Berita Wisata

5 Masjid Tua Bersejarah di Sumatera Barat, Nomor 1 Ada Gudang Misterius Belanda : Okezone Travel

PALING SEDIKIT Ada 5 masjid tua bersejarah di Sumatera Barat. Sebagai provinsi yang mayoritas penduduknya beragama Islam, banyak masjid yang tersebar di Sumatera Barat. Beberapa di antaranya berusia berabad-abad dan bersejarah, cocok untuk wisata religi.

Masjid-masjid tersebut tentunya menjadi saksi sejarah perkembangan Islam di Sumatera Barat. Sehingga wisatawan yang datang ke kawasan tersebut tidak hanya menikmati berbagai kelezatan kuliner, destinasi wisata alam, tetapi juga sejarah Islam.

Nah kali ini Okezone akan merangkum masjid-masjid tua bersejarah Sumatera Barat. Apa yang salah? Berikut ulasannya:

BACA JUGA:Jadi Wisata Religi Unggulan, Masjid Syekh Al Zayed Solo Akan Dipercantik

1. Masjid Asasi

Masjid tertua di Sumatera Barat yang pertama adalah Masjid Asasi. Masjid ini terletak di kota Padang Panjang, Sumatera Barat.

Salah satu yang unik, masjid ini memiliki atap berbentuk piramida bersusun tiga, mirip dengan Masjid Agung Demak. Selanjutnya bangunan utama memiliki jendela dengan banyak ukiran khas rumah adat Sumatera Barat yaitu Rumah Gadang.

Menggambar

Masjid Asasi di Padang Panjang, Sumatera Barat (Twitter)

Masjid Asasi ini merupakan masjid tertua di Indonesia setelah Masjid Saka Tunggal di Banyumas, Jawa Tengah yang dibangun sekitar tahun 1200.

Di dalam Masjid Asasi terdapat ruangan yang menyimpan barang-barang kuno yaitu brankas penjajah Belanda. Tapi sayang kamar belum bisa dibuka sampai sekarang.

Masjid Asasi masih aktif untuk beribadah umat Islam. Tidak hanya penduduk setempat, banyak turis juga datang ke tempat ini. Bahkan Masjid Asasi telah dikunjungi oleh para pemuka agama dari berbagai negara seperti Mesir, Maroko dan Thailand.

BACA JUGA:7 Tempat Wisata Terbaik di Tidore, Ada Masjid Berusia 3 Abad

2. Masjid Tuo Kayu Jao

Berikutnya adalah Masjid Tuo Kayu Jao. Masjid ini juga termasuk dalam deretan masjid tertua di Indonesia yang terletak di Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Masjid yang diperkirakan peninggalan abad ke-17 ini merupakan salah satu cagar budaya Sumatera Barat yang diawasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Karena kekunoannya, masjid ini telah beberapa kali direnovasi seperti tiang penyangga, penggantian atap ijuk dan perubahan warna cat masjid yang semula putih menjadi coklat kehitaman.

Tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga digunakan sebagai sarana pendidikan agama bagi masyarakat, bahkan menjadi salah satu tempat wisata terkenal di Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Solok.

Baca juga: Peduli pejuang kanker, donasi rambut bersama Lifebuoy x MNC Peduli sedang berlangsung!

3. Masjid Bawan Tuo

Ada juga Masjid Bawam Tuo yang sudah ada sejak tahun 1800-an Masjid ini terletak di Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Menurut laporan, Masjid Bawan Tuo yang berdiri saat ini bukanlah masjid asli. Karena pada tahun 1942 masjid ini dibangun kembali tidak jauh dari lokasi aslinya. Karena sebelumnya masjid ini berada di tanah berlumpur yang dikhawatirkan akan tenggelam.

Pada tahun 1800-an, masjid ini dibangun oleh Abdul Baqir Zein. Dahulu, masjid ini digunakan sebagai benteng terakhir kerajaan Lembah Bawan yang berhasil dikuasai Belanda pada tahun 1800-an.

4. Masjid Agung Syekh Burhanuddin

Masjid Agung Syekh Burhanuddin dibangun pada tahun 1670 oleh Syekh Burhanuddin. Masjid yang terletak di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman ini mengalami renovasi besar-besaran karena rusak berat akibat gempa yang mengguncang Sumatera Barat pada tahun 2009 lalu.

Menggambar

Proses renovasi akhirnya selesai pada 2011, dan bangunan masjid semakin megah. Masjid ini memiliki 2 menara di sisi kiri dan kanan dan dirancang sebagai tempat evakuasi tsunami.

5. Masjid Agung Limo Kaum

Dan terakhir, Masjid Raya Limo Kaum yang terletak di Jorong Tigo Tumpuak, Nagari Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar.

Masjid ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1710. Dari segi konstruksi, masjid ini memiliki gaya Minangkabau yang sangat khas. Apalagi atapnya merupakan sinkretisme antara Hindu-Buddha dan Islam.

Menggambar

Masjid ini berdiri di atas sebidang tanah berbentuk persegi panjang, menggantikan bangunan klenteng yang sudah lama ditinggalkan jamaahnya karena memeluk agama Islam.

Karena terletak di ketinggian, orang yang datang ke masjid ini bisa melihat keindahan alam Danau Singkarak dari atas bangunan masjid.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button