Berita Wisata

Ingin seperti dulu, pantai Marunda tetap hijau meski sangat lambat

Jakarta

Pantai Marunda, sebuah kawasan pesisir di Jakarta Utara yang keindahannya telah memudar dan memudar. Mulai sekarang, kabupaten ini bertekad untuk mengembalikan kilaunya.

detikTravel Mengunjungi Pantai Marunda, baru-baru ini. Pantai untuk liburan hanyalah kenangan. Rumah warga dekat dengan laut, yang lebih mirip genangan air raksasa. Airnya jauh dari kebiruan seperti pantai-pantai di Indonesia bagian timur. Pabrik dan mesin kapal berlomba-lomba membuang sisa bahan bakar fosil ke “ladang”.

Sampah tidak kalah ganasnya. Mulai dari sprei plastik, botol dan gelas plastik, baju bekas bahkan kasur bekas.

IKLAN

Gulir untuk melanjutkan konten

Penduduk hanya memiliki kenangan bahwa pantai ini adalah tempat liburan akhir pekan mereka. Pasir pantai di beberapa daerah, di daerah lain ada hutan bakau.

Widodo Setiyo Pranowo, Peneliti Senior Ahli Oseanografi Terapan dan Pengelolaan Pesisir, Pusat Penelitian Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Badan Penelitian dan Inovasi Nasional (BRIN), Pantai Marunda dulunya penuh dengan mangrove.

“Kondisi hidrodinamika perairan pantai Marunda secara umum tidak terlepas dari kondisi hidrodinamika Teluk Jakarta,” kata Widodo detikTravel.

Sejumlah warga menikmati Pantai Marunda di Jakarta Utara.  Waktu terbaik untuk datang ke Pantai Marunda adalah saat matahari terbenam.Sejumlah warga menikmati Pantai Marunda di Jakarta Utara. Waktu terbaik untuk datang ke Pantai Marunda adalah saat matahari terbenam. Foto: Pradita Utama

Arus permukaan laut di Teluk Jakarta merupakan hasil dari penggabungan pembangkitan oleh gaya pasang surut dan angin. Angin yang bertiup di langit Teluk Jakarta adalah angin muson barat dan angin muson timur.

Saat angin muson barat bertiup, angin bergeser dari barat laut ke tenggara. Saat angin musim timur bertiup, angin bergerak dari timur ke barat.

Angin muson barat menghasilkan arus permukaan laut yang masuk ke Teluk Jakarta dari arah barat laut dan utara. Berbeda dengan angin muson timur, arus permukaan laut yang ditimbulkannya di Teluk Jakarta cenderung bergerak ke arah barat. Angin muson juga menghasilkan gelombang laut.

“Pantai Marunda saat musim barat dihantam ombak dari arah utara. Gelombang ini berpotensi menimbulkan abrasi di pantai Marunda,” jelasnya.

Sedangkan pada musim timur, gelombang laut cenderung meninggalkan pantai Marunda ke arah barat. Akan tetapi, kenaikan muka air laut tetap ada ke arah pantai pada saat air pasang dan menjauhi pantai saat terjadi gaya surut.

“Ada sekitar 13 sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta dan sekitarnya. Dari semua muara tersebut, muara Sungai Cikeas/Bekasi dan muara Sungai Gembong diyakini sangat mempengaruhi dinamika fisiografis pesisir Marunda,” ujarnya. .

Sedangkan pada musim hujan, kedua sungai tersebut akan mengeluarkan air keruh yang mengandung sedimen yang sebagian besar akan terbawa arus ke Teluk Jakarta, dan sebagian lagi akan mengendap di sekitar muara kedua sungai tersebut.

Pengembangan mangrove di pantai MarundaPengembangan Mangrove di Pantai Marunda Foto: (Widodo S Pranowo/KKP/BRIN)

“Berdasarkan citra satelit tahun 2000 hingga 2022, terlihat bahwa kondisi fisiografis pantai Marunda telah berubah cukup menarik. Citra Oktober 2000 menunjukkan bahwa kondisi pantai Marunda adalah tambak, dengan garis pantai yang bisa dibilang cukup menarik. Masih utuh. Ada beberapa rumah yang terlihat tapi sangat sedikit. Tidak ada mangrove di pantai Marunda,” katanya.

Penelitian dilanjutkan dengan Citra pada Juni 2009, yang menunjukkan bahwa keadaan pantai Marunda bagian timur telah mengalami perubahan yang signifikan, baik terkikis secara alami maupun sengaja dibuka.

Pengembangan mangrove di pantai MarundaPengembangan Mangrove di Pantai Marunda Tahun 2009 (Widodo S Pranowo/KKP/BRIN)

Namun, di pantai barat Marunda, sebelah utara pantai 2000, telah dibangun penjaga pantai seperti pemecah gelombang, sehingga kapal-kapal berlabuh di depan pemukiman penduduk, masuk dari sisi timur yang terbuka.

“Gambar Juli 2011 menunjukkan penambahan pelindung pantai di sisi timur, penambahan area tempat kapal berlabuh, terlindung dari gelombang laut. Kondisi perairan yang terlindung dari gelombang ini memungkinkan mangrove tumbuh dengan baik, buktinya juga ditunjukkan oleh image, bahwa ada petak-petak mangrove yang tumbuh meski jumlahnya masih sangat sedikit,” ujarnya.

Pengembangan mangrove di pantai MarundaPengembangan Mangrove di Pantai Marunda Tahun 2015 (Widodo S Pranowo/KKP/BRIN)

Kemudian pada Citra Agustus 2013, Mei 2014, Agustus 2015, Juli 2016, Mei 2017, April 2018, Mei 2019, Mei 2020, Oktober 2021, Agustus 2022 secara time series menunjukkan pertumbuhan kawasan mangrove yang signifikan.

“Pertumbuhan rumah tinggal terjadi antara tahun 2013 hingga 2015. Namun, permukiman di sisi barat tampak menghilang pada 2016-2017, kemudian mulai 2018 digantikan oleh vegetasi/tanaman hijau,” ujarnya.

Pengembangan mangrove di pantai MarundaPengembangan Mangrove di Pantai Marunda Tahun 2019 (Widodo S Pranowo/KKP/BRIN)

Menurut Widodo, maju mundurnya garis pantai memang terjadi secara alami, namun pemerintah (daerah/pusat) dapat mengatur pengelolaannya sehingga penyimpangan dapat dikurangi dan garis pantai dapat dilestarikan. Pemerintahan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengembangan mangrove di pantai MarundaPengembangan Mangrove di Pantai Marunda Tahun 2022 (Widodo S Pranowo/KKP/BRIN)

Abrasi dapat dikurangi dengan kombinasi beton struktur pelindung pantai dan penanaman mangrove. Akar mangrove dapat menjebak sedimen yang kemudian bisa menjadi daratan/garis pantai baru. ‘akar kuat dan tumbuh, jika tidak ada struktur beton pelindung yang melindungi. mereka, menahan ombak laut yang menerpa mangrove yang masih muda/masih tumbuh,’ katanya.

Tonton video “Mengenal Edukasi Memasak Mangrove di Ekowisata Budeng”
[Gambas:Video 20detik]
(bn/perempuan)

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button