Berita Wisata

Dengan memperpanjang jalur non-motorized heritage, berikut usulan penataan kawasan wisata metro bersejarah oleh mahasiswa ITERA

Metro, Suara.com- Wacana akademis tentang pengembangan kawasan bersejarah di Kota Metro terus menarik perhatian berbagai kalangan, tidak hanya yang berlatar belakang sejarah atau arkeologi, tetapi juga kajian wilayah dan perkotaan.

Adalah Ahmad Fauzan Andika Harmawan, mahasiswa dari ITERA Dinas Perencanaan Wilayah dan Kota Lampung yang melakukan penelitian Konsep perancangan kawasan wisata sejarah perkotaan di kota metropolitan sebagai misi terakhirnya di bawah kepemimpinan Fran Sinatra dan Hafi Munirwan. Penelitian ini sendiri akan diuji dalam waktu dekat.

Ia mencoba membatasi wilayah pencariannya pada pusat bedeng (settlement system) yang terletak di desa metro dan Imopuro, kecamatan metro tengah dan desa Yosorejo, kecamatan metro timur sebagai wilayah rancangan kawasan. Ini memperhitungkan distribusi bangunan cagar budaya yang terletak di dalam lokasi desain.

Pria yang akrab disapa Andika ini mengusulkan pengembangan kawasan wisata metro bersejarah melalui konsep Jejak warisan tidak bermotor. Sebagai perbandingan, Andika juga telah melakukan studi banding dengan Singapore Heritage Trail, Intramuros di Filipina dan beberapa kota lain di Indonesia.

Baca Juga: Pemerintah Kota Metropolitan Ambil Sumpah Beruang di Kabupaten Banyumas

Heritage Trails sendiri merupakan jalur wisata bersejarah yang menghubungkan cagar budaya di suatu kawasan tertentu yang seharusnya berperan sebagai cara bercerita dan berbagai pengalaman untuk melestarikan cagar budaya, untuk tujuan pendidikan, konstruksi bangsa dan pemahaman budaya.

Jejak warisan tidak bermotor Singkatnya, konsep pariwisata mengunjungi banyak situs bersejarah dalam jarak dekat dengan berjalan kaki atau mengendarai kendaraan tidak bermotor“dia berkata.

Melalui penelitian ini Andika mengemban misi Pertamamengubah bangunan cagar budaya yang ada menjadi ruang publik baru tanpa meninggalkan kegiatan pelestarian cagar budaya. Kedua mendorong revitalisasi ruang terbuka hijau di area desain untuk menciptakan ruang publik yang menarik dengan karakter Tempoe Doeloe yang dipadukan dengan gaya modern dan kearifan lokal. Ketigamenciptakan jalan raya serta koridor jalan dan jalur pejalan kaki yang mengutamakan kenyamanan penggunanya.

Andika juga mengusulkan pemanfaatan kembali bangunan cagar budaya yang ada dengan fungsi gedung pertunjukan dengan merevitalisasi bangunan yang menerapkan konsep cagar budaya. penggunaan kembali adaptifyaitu renovasi bangunan tetap mempertahankan bangunan asli untuk menghilangkan pertumbuhan bangunan baru dan menampilkan ikon bersejarah kawasan wisata bersejarah.

Terkait pengembangan kawasan, Andika juga merekomendasikan beberapa fasilitas penunjang pariwisata di kawasan desain yang belum memadai. Diperlukan langkah-langkah untuk merevitalisasi fasilitas pendukung pariwisata dan merevitalisasi trotoar dan trotoar, katanya. tidak bermotor tersedia untuk mendukung konsep desain.

Ini juga merekomendasikan penataan ruang publik yang ada dan mengembangkan ruang publik baru, menambahkan Tengara berupa spidol atau instalasi seni baru untuk menambah citra dan estetika kawasan serta menarik pengunjung untuk berkunjung ke kawasan wisata bersejarah Kota Metro.

Selain itu, dalam mengembangkan citra kawasan wisata sejarah Kota Metro, Anda bisa menerapkan konsep desain kontemporer yang dipadukan dengan gaya Eropa, gaya Tempoe Doeloe dan kearifan lokal budaya Lampung untuk menciptakan kontras yang unik dan menarik.

Sedangkan jenis objek wisata yang akan ditampilkan di Kawasan Wisata Bersejarah Kota Metro adalah: jejak warisan. Menurutnya, konsep ini dipilih karena mengadaptasi konsep wisata sejarah dengan Kota Metro berupa: tur jalan kaki dipimpin oleh seorang pemandu.

“Kacau jejak warisan dipilih adalah jejak warisan tidak bermotor karena letak antar cagar budaya hanya >500m dan hanya membutuhkan waktu ±5 menit jalan kaki atau sepeda. Jalur ini juga akan terhubung dengan tempat parkir mobil utama, ruang publik dan tempat kuliner,” jelasnya.

Andika menambahkan, untuk menambah keunikan dan estetika citra kawasan, penanda yang ada harus ditulis setidaknya dalam dua aksara, yaitu aksara Latin dan aksara Lampung, yang tidak hanya digunakan untuk penanda nama jalan, tetapi penanda lain seperti informasi tentang warisan budaya, tempat wisata dan/atau banyak lainnya. .

Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kebudayaan Kota Metro, Siti Rogayati Seprita, mengapresiasi berbagai kontribusi pemikiran untuk mengembangkan pemanfaatan cagar budaya di Kota Metro.

“Tentu kami mengapresiasi kontribusi Andika terhadap refleksi yang dihasilkan penelitian ini dan akan menjadi bahan refleksi kami untuk mendorong kemajuan program revitalisasi sarana budaya di Kota Metro,” ujarnya, Jumat (4/11/2022).

Seprita juga mengatakan keterbatasan anggaran yang dimilikinya tidak menghalanginya untuk terus mengembangkan kerjasama dengan berbagai kalangan dalam pengembangan cagar budaya yang ada, sebagaimana disyaratkan oleh UU Cagar Budaya itu sendiri.

Menurutnya, partisipasi berbagai kalangan mulai memunculkan berbagai terobosan dan inovasi dalam mendorong salah satu visi Kota Metro menjadi kota berbudaya.

“Saya berharap penelitian yang dihasilkan Andika juga bisa dibaca oleh para pengambil kebijakan di Kota Metro,” pungkasnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button