Berita Wisata

Sepanjang pantai Jembrana yang rawan abrasi akhirnya ditata dan dikelola secara bertahap

NEGARA – Sepanjang 71 kilometer garis pantai Jembrana ini merupakan daerah rawan abrasi, sejumlah titik merupakan daerah yang paling parah terkena dampaknya. Namun pengerjaannya dilakukan secara bertahap dan pelapisan baru dilakukan di beberapa tempat. Abrasi terparah di Desa Banyubiru masih diusulkan Pemkab Jembrana ke pemerintah pusat agar bisa dilakukan tahun depan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman Jembrana I Wayan Sudiarta mengatakan, pantai Jembrana sepanjang 71 kilometer rawan abrasi. Beberapa tempat telah terjadi, bahkan ada yang terparah, menghancurkan puluhan rumah. “Ada pelapis yang dirawat,” katanya, Kamis (15/12).

Perawatan abrasi tahun ini dilakukan di tiga lokasi berbeda dengan panjang pelapisan berbeda. Diantaranya adalah Desa Gilimanuk, Desa Candikusuma dan Desa Delodberawah. Beberapa tahun sebelumnya, ia juga pernah dimanipulasi, seperti di Desa Cupel, Desa Baluk, Desa Pulukan, Desa Penyaringan dan Desa Medewi. “Masih banyak hal yang harus diselesaikan,” katanya.

Sejumlah titik yang tergerus parah abrasi, seperti Pantai Pefruit, Desa Banyubiru. Abrasi pantai yang terjadi di Banjar Pefruit tergolong kritis dan membutuhkan penanganan yang cepat.

Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Jembrana menawarkan kepada pemerintah pusat sebesar Rp 100 miliar. Anggaran untuk pengamanan di Pantai Peburan sekitar 2 kilometer, Desa Cupel diperkirakan mampu mengelola sekitar 350 meter hingga 1 kilometer.

Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan, pengerjaan revetmen untuk keamanan pantai sebenarnya menjadi tanggung jawab dan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Penida Bali. “Kami hanya mendapatkan hasil kerja. Karena ada masyarakat di Jembrana yang terkena dampaknya,” ujarnya.

Menurut Bupati, pengamanan pantai berdampak positif bagi masyarakat. Karena selama bertahun-tahun mereka selalu mengkhawatirkan abrasi yang parah, bahkan menyebabkan kerusakan berat pada rumah warga. Terutama saat banjir pasang dan laut.

Ada tiga lokasi perlindungan pantai tahun ini yakni Pantai Gilimanuk, Candikusuma dan Delodberawah dengan anggaran Rp 40 miliar. Daerah lain yang tergerus sudah ditawarkan ke pemerintah pusat dengan usulan nilai Rp 100 miliar yang diharapkan bisa terealisasi tahun depan. “Kami masih punya utang kepada masyarakat, seperti di Peburan, Desa Banyubiru yang paling parah abrasinya, masih kami perjuangkan sampai pusat,” ujarnya.

Terkait perlindungan pantai di Desa Gilimanuk, masih ada titik yang belum dibenahi karena ada kabel bawah laut. proyek ini akan tenggelam sekitar 6 meter pada tahun 2023. “Saya minta kontraktor berhati-hati dengan pembuangan air tanah ke laut. Karena dengan pantai yang landai, rawan banjir saat hujan”, ujarnya. (bass/ menyingkirkan)

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button