Berita Wisata

Buku Teguh Srimulat terbitan tahun 1990 kembali dicetak

Pemerintah Kota Surabaya dan Museum Wayang Gubug Mojokerto menggelar Pameran Srimulat dengan sejumlah pertunjukan wayang yang menampilkan tokoh-tokoh Srimulat di Alun-Alun Surabaya mulai 20 September hingga 16 Oktober 2022.

Srimulat, sebuah nama yang erat kaitannya dengan perkembangan masyarakat Jawa Timur pada umumnya, dan Surabaya pada khususnya. Sekelompok orang yang berkumpul dalam formasi yang sangat sederhana pada masanya, tumbuh menjadi kelompok yang mendorong nama-nama besar ke panggung dunia. Asmuni, Mamiek, Bambang Gentolet, Tarzan, Tessy (Kabul), Gogon, Pak Bendot, Basuki, Nunung, Jujuk, Ateng, Iskak, bahkan Tukul Arwana memulai kiprahnya di Srimulat.

Zura Nurja Ana, Direktur Museum Wayang Gubug, mengatakan kegiatan ini dapat memunculkan generasi penerus Srimulat di kalangan keluarga muda Srimulat yang ingin melanjutkan jejak orang tuanya, serta mereka yang tertarik dengan Srimulat. .

Ia juga membeberkan rencana Museum Wayang Gubug Mojokerto yang akan merilis merchandise bertema Srimulat berupa pakaian, botol tumblr, dan tote bag.

Desain sampul baru buku Teguh Srimulat karya Herry Gendut Janarto yang akan dicetak ulang pada Jumat (14/10/2022). Foto: RedhitaSuarasurabaya.net

Sementara itu, dalam upaya menarik minat generasi muda terhadap Srimulat, dipamerkan wayang golek yang menampilkan wajah tokoh Srimulat dan desain pameran dibuat dengan konsep sederhana yang menampilkan sejumlah spot foto.

“Faktanya, masih banyak hal yang tidak ditampilkan di pameran. Seperti koleksi kostum tokoh Srimulat dan gambar lainnya masih kami simpan. Foto-foto ini kami ambil dari buku Pak Herry Gendut Janarto. Kami juga menunjukkan kelengkapan cover buku yang ditulisnya,” ujarnya saat ditemui Suarasurabaya.net pada Jumat (14/10/2022).

Buku berjudul Teguh Srimulat yang terbit tahun 1990 itu kini akan dicetak ulang dengan sampul baru dan sejumlah penyempurnaan lain seperti perubahan foto dan tata letak.

Herry Gendut Janarto, penulis buku Teguh Srimulat, mengaku harus menunggu sembilan bulan untuk mendapatkan persetujuan Teguh Slamet Rahardjo, pendiri Srimulat, untuk menulis buku yang diproduksinya dalam dua tahun setengah. merawat.

Ia bersyukur atas pembuatan buku yang telah disusunnya, dibantu oleh anggota dan penggemar Srimulat dalam mengumpulkan sejumlah foto, serta respon yang baik dari masyarakat saat Srimulat masih berjaya.

“Karena Museum Wayang Gubug, kegiatan ini bisa berjalan dengan sangat baik. Buku saya, terkubur lama, tampaknya telah digali lagi. Saya senang dengan acara ini, apalagi mengetahui nanti akan selesai dan disempurnakan dan disiarkan ke Solo dan Semarang,” ujarnya. (merah/iss)

Source: www.suarasurabaya.net

Related Articles

Back to top button