Berita Wisata

Kemenparekraf Fokus Promosikan Wisata Ramah Muslim, Bagaimana Strateginya?

Ilustrasi desa wisata di Lombok. Foto: Said Safri/Shutterstock Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berniat mengembangkan pariwisata ramah Muslim. Staf Menparekraf, Andi Maipa Dewandaru, mengatakan wisata halal atau wisata ramah muslim memiliki pasar yang cukup besar.

Andi mengungkapkan, berdasarkan data State of the World Islamic Economy Report 2019, jumlah pengeluaran wisatawan muslim di seluruh dunia mencapai 12% dari total pengeluaran wisatawan dunia yang mencapai $1,66 triliun.

“Sementara itu, US$200,3 juta dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan atau kebutuhan wisatawan muslim,” kata Andi saat acara penandatanganan MoU PPHI dan Bulan Sabit di kantor pusat KNEKS, Jumat, 14 Mei 10.

Menurutnya, konsep pariwisata yang layak untuk umat Islam yang dikembangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengacu pada seperangkat layanan tambahan (extended services) terkait amenitas, daya tarik wisata, dan aksesibilitas yang ditujukan dan disediakan untuk memenuhi pengalaman, kebutuhan. dan keinginan wisatawan muslim.

Staf Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Andi Maipa Dewandaru saat penandatanganan MoU PPHI dan CrescentRating di Kantor Pusat KNEKS, Jumat (14/10/2022). Foto: Narda Margaretha Sinambela/Reel

Untuk itu, Andi menjelaskan berbagai layanan tambahan akan disiapkan. Pertama, perlu punya seperti halal Layanan Makanan dan sarana sholat.

“Kedua, bagus untuk dimiliki seperti toilet ramah Muslim dan ramah Muslim-wanita,” kata Andi.

Ketiga, bagus untuk dimiliki seperti fasilitas rekreasi keluarga Di mana ramah muslim. Andi meyakini kenyamanan wisatawan muslim ke tempat wisata justru menjadikan destinasi sebagai kawasan wisata yang ramah muslim.

“Wisata ramah Muslim bukan berarti tempat wisata,” kata Andi.

Strategi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mengembangkan pariwisata ramah Muslim

Andi mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan strategi untuk mengembangkan pariwisata ramah Muslim. Pertama, inovasi melalui pendekatan big data dan penguatan pariwisata berbasis digital dengan memaksimalkan pemanfaatan teknologi untuk promosi pariwisata.

Pada tahun 2022, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) merilis panduan pariwisata ramah Muslim di 5 destinasi pilihan, kata Andy.

Andi menjelaskan, buku tersebut berisi informasi yang dapat memandu wisatawan muslim dalam berwisata ke 5 destinasi super prioritas di Indonesia, yaitu Danau Toba, Borobudur, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang. Buku ini juga dikemas dalam bentuk fisik dan dalam bentuk e-book yang dapat diakses melalui www.indonesia.travel.

Kedua, adaptasi melalui penerapan protokol kesehatan Cleanliness, Health, Safety & Environmental Sustainability (CHSE). Untuk itu, Andi terus mendorong para pelaku di sektor pariwisata seperti hotel atau homestay, restoran, perusahaan angkutan wisata dan pengelola objek wisata untuk mendaftarkan usahanya agar bisa tersertifikasi CHSE.

Ketiga, kolaborasi. Andi memastikan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terus bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait dalam upaya mengembangkan pariwisata ramah Muslim. Pada tahun 2022, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Dewan Masjid Indonesia dengan tujuan menjadikan masjid sebagai Objek Wisata Minat Khusus untuk mendukung pariwisata yang menguntungkan bagi umat Islam di Indonesia.

“Kami terbuka untuk berkolaborasi dengan siapa saja untuk mencapai tujuan mengembangkan pariwisata ramah Muslim yang inklusif dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat,” kata Andi.

Source: kumparan.com

Related Articles

Back to top button