Berita Wisata

Berburu tempat di kaki Rinjani, berlomba mewarnai negeri

Sembalun, Lombok Timur (ANTARA) – Sore itu, ratusan peminat foto dari berbagai bidang bersatu. Mereka benar-benar perlu menguji kemampuan mereka untuk mengambil gambar dalam bingkai cerita yang indah.

Seorang wanita dalam balaclava di atas kuda dengan latar belakang Gunung Rinjani, rumput hijau, langit tertutup jingga setelah mendung menerpa. Pemandangan ini menjadi magnet tersendiri bagi pecinta foto landscape dan model.

Hal tersebut terekam dalam event fotografi terbesar di Nusa Tenggara Barat (NTB) yaitu “Jambore Photography NTB 2022” yang digagas oleh Komunitas Fotografi Indonesia (KFI) dan Lombok Landscaper Community (LL) yang berhasil menjaring pecinta fotografi pada 22- 23 Oktober 2022.

Sedikitnya seratus fotografer lain dari luar Pulau Lombok atau bahkan luar NTB, yakni Jawa Timur dan Bogor, turut serta dalam acara tersebut.

137 peserta terdaftar. Ada yang dari Jawa Timur, dua dari Bogor dan ada yang dari Bima.

Tidak hanya bertemu, berjabat tangan dan bercanda bersama, pada acara ini para peserta diajak untuk bersama-sama meneliti tema landscape, model konsep, LandsMo dan human interest untuk menunjukkan kemampuan fotografi mereka.

“Untuk tempat fotonya di Bukitselong untuk landscape kemudian human interest di sawah yang ada tanamannya serta modelling di sekitar area camping,” ujar Suherman selaku ketua panitia.

Pelantikan resmi pada Sabtu (22/10) siang, dilanjutkan dengan “berburu bersama” yang merupakan model konseptual yang disiapkan panitia. Antusiasme peserta terlihat dengan berkumpul di sekitar tempat sang model berada.

Hal yang tidak akan ketinggalan saat berburu, baik itu telinga atau mata, adalah suara kamera yang fokus saat membidik dan kilatan cahaya bagi fotografer yang menggunakan flash.

“Leak-leak” terkadang diucapkan oleh seorang peserta atau bahkan pada saat yang sama, ketika seseorang menghalangi atau mengganggu objek yang akan difoto.

Malam harinya, HUT KFI dan LL ke-11 dimeriahkan dengan pemotongan nasi tumpeng. Serentak workshop pun berlangsung, memberikan materi dari para mentor yang tidak pelit berbagi ilmu atau pengalamannya yaitu Arbain Rambey, Martha Suherman dan Andi Kusnadi selaku Presiden Yayasan Fotografi Indonesia (YFI) dan yang mendukung acara ini.

Kemudian percakapan dingin segera berubah menjadi bising sebelum perangkat keras dimatikan setelah ular cincin emas menabrak atap rumah dengan punggung mentor. Namun, panitia dengan cepat menyingkirkan ular tersebut, agar tidak terjadi keributan yang berkepanjangan.

Selang beberapa menit, usai kegiatan hari pertama, para peserta diajak bergabung dengan tenda atau asrama masing-masing. Untuk keesokan paginya, dilanjutkan dengan memotret matahari terbit yang menunjukkan kemegahan Gunung Rinjani dan sekitarnya dari Bukitselong.

Keesokan harinya, meski dingin menusuk tulang, tidak menyurutkan semangat para peserta untuk memulai hari dengan menerobos kabut untuk mengejar sunrise di Bukitselong. Ada juga yang memilih menginap di tenda, untuk menikmati matahari terbit di sekitar bumi perkemahan Sada 360, Sembalun Lawang.

Selain itu, peserta juga mengambil foto LandsMo di rumah adat di desa Blek pada jalur pendakian menuju puncak Bukitselong. Setelah kembali, para peserta diajak untuk makan, sementara panitia menyiapkan model untuk dijadikan sesi terakhir “berburu bersama” bagi para peserta.

Peserta dibiarkan berkreasi dalam mengambil foto model yang telah disiapkan, senyum manis gadis bernama Cila berseri-seri dalam balutan kain putih bak ratu di negeri dongeng, menambah indahnya pagi di kaki Gunung Rinjani.

Tanpa disadari, para peserta telah sampai di penghujung acara. Pertemuan yang dibarengi dengan gegap gempita singkat akan menjadi momen yang ditunggu-tunggu kembali oleh para peserta dengan tidak sabar.

Meski acara ini luar biasa, banyak peserta yang menyayangkan minimnya waktu untuk acara ini.

“Programnya singkat, jadi kami tidak puas, kami ingin berfoto dan bersilaturahmi dengan fotografer lain,” kata Husnul.

“Acaranya nggak lama, tempatnya adem, acaranya bagus, panitianya juga membantu,” kata Muhammad Jauhi, pesepeda asal Sidoarjo.

Kemudian saat acara penutupan, fotografer senior Arbain Rambey mengaku senang dengan acara yang berlangsung selama 2 hari tersebut.

“Fotografi membuat kita bahagia. Apapun masalah yang kita ajukan ke fotografi, kita bahagia. Kita semua diuji di sini, 2 hari kita sangat bahagia. Anda sangat senang dan saya sangat senang”, katanya.

Selain tujuan diselenggarakannya acara ini untuk mempertemukan para fotografer dari berbagai bidang seperti landscape, macro, model, street photography dan lain-lain, fotografi adalah satu.

Dengan acara ini, para fotografer diharapkan lebih kuat dari semboyan Yayasan Fotografi Indonesia “Kita mewarnai Indonesia” melalui fotografi.

“NTB sedang mengembangkan pariwisatanya. Melalui fotografi ini, kita akan mempromosikan pariwisata, kemudian Tugas Kami mengangkat daerah-daerah terpencil, juga UMKM karena selalu dalam satu rangkaian. Saat kita datang, UMKM juga akan dipanggil. Soalnya sangat strategis ke depan,” ujarnya.

Tempat pedesaan

Beberapa tempat potensial, bagi pecinta foto pemandangan di kaki Gunung Rinjani:

Sad Bumi Perkemahan 360

Kawasan di Sembalun Lawang di bawah Bukit Pergasingan ini menampilkan hamparan persawahan warga yang hijau. Sepanjang jalan, Anda akan melihat bunga kuning bermekaran di sekitar jalan.

Tidak akan lepas dari pemandangan, keindahan Gunung Rinjani dan sekitarnya dari tempat ini. Pecinta fotografi landscape yang ingin mengabadikan momen dengan panorama indah di bawah kaki Gunung Rinjani sangat cocok di sini. Tidak hanya memanjakan mata, di Camping Sada 360 juga terdapat toilet untuk wanita dan pria, jadi jangan khawatir bagi anda yang takut perjalanan jauh dan mengeluh tidak ada toilet.

Menurut Bukit

Juga di Desa Sembalun Lawang yang belum mengenal wisata Bukitselong. Tempat wisata yang menawarkan keindahan Gunung Rinjani dari sudut pandang yang berbeda.

Mengutip nativeindonesia.com, ketinggian Bukitselong mencapai 1800 meter di atas permukaan laut, meski begitu pengunjung memiliki akses yang mudah untuk menuju puncak Bukitselong dengan tangga yang dapat memudahkan pengunjung trekking.

Kelelahan yang dirasakan akan terbayarkan jika sampai di atas sana, kita akan melihat keindahan hamparan persawahan dengan warna yang tidak serasi, membuat keindahan yang bervariasi disuguhkan dari atas sana.

Rumah adat di desa Bleq

Kehadiran desa Blek di dekat Bukitselong berarti wisata tidak terbatas pada keindahan alam.

Lokasi desa Blek berada di jalur pendakian menuju puncak Bukitselong Sembalun. Jadi, sekali mendayung, dua pulau lewat, seperti dilansir nativeindonesia.com.

pecinta foto penata taman juga modelnya sangat cocok untuk berfoto disini. Apalagi mengambil foto saat subuh. Ada tujuh bangunan yang memiliki bentuk tertentu yang atapnya terbuat dari bambu dan alasnya terbuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran sapi.

Bukit Pergasingan

Tidak jauh berbeda dengan Bukitselong, Bukit Pergasingan menawarkan hal yang sama namun dengan ketinggian bukit yang berbeda yaitu 1670m dpl.

Saat anda mendaki bukit pada siang hari anda akan merasakan keindahan sunset dari sana anda bisa melihat Gunung Rinjani yang begitu dekat dan mudah dijangkau.

pusuk Sembalun

Satu dari tempat yang bisa mengajak sobat untuk melihat panorama keindahan Gunung Rinjani yang mempesona dengan hutannya yang lebat dan masih terlihat asri dan alami.

Perbukitan, lembah, peternakan bahkan tebing curam yang menjulang tinggi dapat terlihat dengan jelas dan menakjubkan dari sini.

Penerbit : Achmad Zaenal M.

Penerbit : Achmad Zaenal M.
HAK CIPTA © ANTARA 2022

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button