Berita Wisata

Air terjun Lae Pandaroh, tempat wisata di Dairi yang menyimpan cerita mistis

TRIBUN-MEDAN.COM, SITINJO – Kabupaten Dairi selain terkenal dengan kopinya, juga terkenal dengan keindahan alam dan tempat wisatanya.

Salah satu spot wisata yang wajib dikunjungi adalah Air Terjun Lae Pandaroh tepatnya di Jalan Lintas Medan – Dairi, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi, Minggu (29/1/2023).

Air terjun pinggir jalan ini menampilkan daya pikat air yang jatuh dari atas tebing, dan yang unik adalah berada di pinggir jalan.

Baca Juga: Kawasan wisata Lagoi menawarkan destinasi wisata yang beragam, ada Kampung Peranakan

Wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut dapat merasakan suara air yang jatuh dari atas tebing dan mengalir deras ke jurang Lae Renun.

Wisatawan juga dapat menikmati suasana dengan mampir ke chalet dan mengambil foto air terjun hanya dengan membayar Rp 3.000, dan dapat mengambil foto sebanyak yang diinginkan.

Namun dibalik keindahan air terjun tersebut, terdapat beberapa mitos yang harus diketahui oleh wisatawan.

Menurut penjaga lokasi air terjun Lae Pandaroh, Boru Sagala mengatakan air terjun ini memiliki 3 warna yaitu merah, putih dan coklat.

“Air terjun ini belum pernah sejernih warna air danau. Paling tidak warnanya putih susu,” katanya kepada Medan Grandstand.

Dia mengungkapkan, warna merah bisa dinikmati saat subuh menjelang pagi. Namun, warna merah yang dihasilkan tidak dominan seperti merah darah, melainkan kombinasi putih dengan sedikit kemerahan.

Boru Sagala juga mengungkapkan bahwa ada seorang suami tua dan istrinya yang menjaga tempat di tempat ini, dimana sang istri berjuluk Kudadiri dan suaminya berjuluk Lingga.

Baca Juga: Lagoi Safari Park Menampilkan Wisata Alam yang Memukau Traveler

Ia pun menjelaskan, awalnya tempat tersebut tidak diperbolehkan untuk berfoto.

“Dulu, ketika kami ingin mengambil gambar, kami tidak bisa melihat hasilnya. Terkadang foto-foto itu menunjukkan makhluk yang tidak terlihat,” jelasnya.

Hingga pada suatu hari seseorang yang dipercaya sebagai juru kunci tempat tersebut, memohon kepada kedua juru kunci tempat tersebut untuk dijadikan tempat wisata foto.

“Saat itulah pengurus dan pemilik datang, mengemis selama tujuh hari tujuh malam, agar bisa dijadikan spot foto,” jelasnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button