Berita Wisata

Bilebante, yang dulunya tambang pasir, sekarang menjadi tempat rekreasi

KOMPAS.com – Bilebante adalah salah satu dari 61 desa wisata di wilayah tengah Lombok.

Lokasi Bilebenta berada di Desa Bilebante, salah satu dari 11 desa yang berada di Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Dari pusat kota Mataram, Bilebante berjarak sekitar 16 kilometer, dapat ditempuh dalam waktu sekitar 15-20 menit.

Setelah menyusuri Jl Tuan Guru Haji Mustafa Al Khalidy sejauh lima kilometer, gerbang besi akan langsung menyambut Anda tidak jauh dari SD Negeri Tapon.

“Welcome to Bilebante Green Village,” demikian tulisan di atas gapura yang berdiri di Jl Raya Bilebante.

Baca juga: Jelang Hari Tani Nasional, tukang kebun pasar di Pangalengan dicekik harga pupuk yang tinggi di tengah ancaman investor pariwisata

Gerbang ini terletak di ruas utama dengan lebar lima meter menuju ke desa yang indah dengan penduduk sekitar 6.000 orang, mayoritas beragama Islam dan ratusan lainnya beragama Hindu.

Siapa sangka sebelumnya desa ini lebih dikenal sebagai daerah pengambilan pasir, yang menjadi sumber pendapatan penduduk selain bertani.

Bahkan di masa lalu, hampir tidak ada yang bisa dibanggakan di desa ini. Tidak ada gunung, pantai, hutan, bukit dan air terjun yang membentuk pesona alam Pulau Lombok.

Demikian disampaikan ketua Kelompok Sadar Wisata Bilebante, Pahrul Azim yang juga direktur Desa Wisata Bilebante Green.

“Di desa kami hanya ada sawah, petani, dan bebek. Tidak ada bayangan untuk berpikir bahwa tempat ini akan menjadi desa wisata utama Lombok. Apalagi banyak penduduk desa kami yang memilih menjadi pekerja migran Indonesia (PMI),” kata Pahrul. seperti dikutip Darri. Indonesia.go.id.

Baca juga: Sandiaga Uno Sebut Kunjungan Wisatawan ke Desa Wisata Naik 30%

Kemudian mereka dilatih dalam Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) melalui Badan Kerjasama dan Perencanaan Pembangunan Indonesia-Jerman (Bappenas) pada 4 April 2015.

Melalui pelatihan, pemahamannya tentang desa wisata perlahan berubah.

Padahal, yang disebut desa wisata adalah bagaimana seluruh lapisan masyarakat mampu menjaga keaslian suasana kehidupan desanya dan menghadirkan pengalaman yang berbeda bagi masyarakat di luar desa.

Gowes keliling desa

Sebuah tempat wisata bernama Desa Wisata Bilebante di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (doc. GoMandalika.com | Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Tengah)Dermaga. GoMandalika.com | Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Tengah Sebuah tempat wisata bernama Desa Wisata Bilebante di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (doc. GoMandalika.com | Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Tengah) Kemudian, pada tahun 2017 lalu, dinas tersebut sociopreneur Institute of Digital Social Economy (ISED) menyelenggarakan pelatihan manajemen keuangan riil bagi ibu rumah tangga.

Pahrul dan masyarakat Desa Bilebante kemudian sepakat untuk mengembangkan seluruh potensi desa mereka menjadi objek wisata. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.

Tur sepeda keliling desa menjadi percontohan awal.

Mulai dari depan kantor sekretariat desa wisata Bilebante, wisatawan akan melewati kawasan pemukiman dan terus melewati jalan setapak yang membelah hamparan persawahan.

Baca Juga: Dorong Perekonomian, Pemkab Gunungkidul Resmikan Desa Wisata Candirejo

Selanjutnya, singgah di komunitas Hindu untuk mempelajari budaya mereka.

Di kawasan ini, wisatawan juga bisa singgah di Pura Lingsar Kelod, tempat peribadatan umat Hindu tertua di Lombok tengah yang berdiri sejak tahun 1822.

Pengunjung juga dapat menikmati musik tradisional Bale Ganjur dari komunitas Hindu Bilebante.

Jenis wahana sepeda ini sempat viral beberapa waktu lalu dan banyak diminati oleh warga lokal Lombok, wisatawan domestik maupun mancanegara.

pasar memancing

Sebuah tempat wisata bernama Desa Wisata Bilebante di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (doc. GoMandalika.com | Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Tengah)Dermaga. GoMandalika.com | Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Sebuah tempat wisata bernama Desa Wisata Bilebante di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (doc. GoMandalika.com | Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok) Pilot project tidak berhenti di sepeda.

Pokdarwis Bilebante bekerjasama dengan Gene Youth Community Proyek percontohan tidak berhenti pada bersepeda karena Pokdarwis Bilebante juga menciptakan pasar ikan yang beroperasi setiap hari Minggu. Gabungan Pesona Indonesia (Genpi) kemudian mencoba membangun daya tarik baru yang menarik wisatawan dan menghasilkan pendapatan. potensi desa.

Kemudian terciptalah pasar ikan yang beroperasi setiap hari Minggu dari pukul 07.00 hingga 14.00 Wita.

Model meniru pasar akhir pekan masih ditemukan di beberapa desa di Lombok.

Para pedagangnya juga terbuat dari bambu dan bilah alang-alang dan para pedagang tersebut berpakaian khas Sasak, suku asli Pulau Lombok.

Baca Juga : 11 Tempat Wisata Pantai Di Aceh Air Lautnya Biru Jernih

Bedanya, di pasar pemancingan, wisatawan juga bisa memancing di kolam pemancingan dari lubang-lubang tua yang digali di pasir sebagai daya tarik utama.

Di pasar tersebut, wisatawan dapat mencicipi lebih dari 30 kuliner khas masyarakat Sasak, seperti ayam merangkat atau gulai ayam yang dagingnya telah dibakar, ebatan atau rujak, clorot atau dodol Lombok yang dibungkus dengan daun kelapa, plecing kangkung dan ayam taliwang.

Wadah makannya menggunakan daun pisang, dan alat transaksinya menggunakan uang kepeng.

Harga kuliner yang ditawarkan sangat bersahabat. Jika pengunjung ingin melakukan transaksi, mereka harus menukarkan uang di sebuah biro de change.

Baca Juga: Momen G20, Kunjungi 3 Destinasi Wisata di Belitung Pecahkan Rekor

Pengelola memberikan Uang Kepeng dengan nilai 2,5, 5 dan 10. Uang Kepeng 2,5 senilai Rp 2.500, Kepeng 5 senilai Rp 5.000 dan Kepeng 10 senilai Rp 10.000.

Jika ada uang yang tersisa, Anda dapat menukarkan sisanya di satu tempat untuk mendapatkan uang secara teratur. Sebelum pandemi melanda, pasar ini dikunjungi sedikitnya 800 orang, sebagian besar penduduk lokal di sekitar Lombok dan wisatawan dari nusantara.

kebun herbal

Sebuah tempat wisata bernama Desa Wisata Bilebante di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (doc. GoMandalika.com | Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Tengah)Dermaga. GoMandalika.com | Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Tengah Sebuah tempat wisata bernama Desa Wisata Bilebante di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (doc. GoMandalika.com | Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah) Bilebante juga memiliki kebun herbal seluas 400 meter persegi yang dibangun oleh Martha Tilaar Group.

Ada sekitar 200 jenis obat herbal, seperti jawer kotok (Coleus ascutellarodes) yang berkhasiat menyembuhkan sakit pinggang dan wasir. Atau binahong (Adredera cordifolia) untuk mengobati asam urat, tifus dan mencegah stroke.

Tidak hanya itu. Kebun herbal ini berhasil mengembangkan minuman herbal yang disebut teh serai atau sorbet dalam bahasa setempat.

Bahan dasarnya adalah serai, secang, kunyit yang dipadukan dengan gula pasir dan gula aren. Bahkan orang-orang Bilebante diproduksi secara massal teh serai Dengan merk Mulegati berukuran 200 gram seharga Rp25.000 per box.

Baca juga: Cegah Kecelakaan di Gunung Bromo, Polres Probolinggo Akan Cek Kelayakan Mobil Jeep Wisata

Alhasil, setiap bulan warga bisa mendapatkan penghasilan Rp 10 juta.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Barekraf Sandiaga Salahuddin Uno saat berkunjung ke Bilebante pada 15 Januari 2021 berkesempatan mencicipi minuman herbal ini.

“Namanya teh serai atau sorbet campuran yang terbuat dari rempah-rempah berkualitas dan itu minuman khas Lombok saat berkunjung ke Bilebante,” kata Sandiaga sambil mengangkat gelas cokelat di atas kayu kelapa dan menyeruput teh serai.

Ia pun memberi nama baru untuk minuman sehat ini, yakni LGT Uno.

Di tempat ini juga dibangun gubuk terbuka dengan atap hijau menghadap ke sawah untuk fisioterapis sambil menikmati semilir angin dan suasana persawahan.

Baca Juga: 28 Tempat Wisata Tabanan, Banyak Destinasi Liburan Keluarga

Layanan spa termasuk di sini pijat tubuh, lulur, masker tubuh, pijat tangan dan kaki, perawatan wajah, pijat wajah, dan refleksi.

Sesuai Perda NTB Nomor 2 Tahun 2019 tentang Kepemudaan, terapis pria hanya melayani pengunjung pria, begitu juga terapis wanita.

Pelatihan dan pengembangan ini diawasi langsung oleh manajemen Martha Tilaar. Terapisnya adalah warga Bilebante yang telah mendapatkan pelatihan khusus.

Masih ada kunjungan ke Gardena Valley, sebuah taman yang dulunya merupakan area galian pasir tua.

Dengan konsep ekowisata, wisatawan akan disuguhi berbagai tanaman dan pepohonan indah yang tumbuh indah di sana. Selain itu, ada juga kolam berbentuk hati yang bisa dijadikan spot foto.

Desa ini juga mengembangkan masakan tradisional yang disebut galette rumput laut.

Baca Juga: Kades Amuk dan Teriak Guru SD Lombok Barat Minta Maaf

Rumput laut yang ditanam di persawahan rakyat, unik bukan? Masih banyak lagi tortilla chips berbahan jagung, kolangkaling, dan singkong yang semuanya mudah didapat di lingkungan Bilebante.

Wisatawan juga dapat merasakan proses pembuatannya melalui aktivitas pelajaran memasak.

Dari penjualan produk tortilla dalam toples, pendapatannya mencapai Rs 25 juta per bulan. Ide tersebut dicetuskan oleh Zainab, pengemudi UMKM asal desa Bilebante.

Tak perlu takut malam karena desa ini juga menawarkan homestay atau penginapan homestay dengan biaya Rp 175.000 hingga Rp 225.000 per malam.

Alhasil, sebelum pandemi melanda, Pahrul mencatat lebih dari 3.000 orang mengunjungi desanya setiap bulan.

Sejumlah penghargaan juga diraih Desa Wisata Hijau Bilebante atas kemampuannya menggerakkan perekonomian lokal.

Baca Juga: Sambutan Bupati Lombok Utara Edisi SE untuk Pemandu Dibanting, Dianggap Selektif

Misalnya, penghargaan desa terbaik 2017 dalam ajang Anugerah Desa Wisata 2017 Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Bilebante juga meraih juara kedua kategori Desa Wisata Alam pada BCA Tourism Village Award 2021. Bilebante juga menjadi desa wisata pertama di Bumi Gora sebagai desa percontohan tahan bencana dan penerima sertifikasi Desa Wisata (Serti Dewi). .

Mereka juga telah meraih sertifikat Clean, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama dua desa wisata NTB lainnya pada tahun 2021.

Selamat berwisata!

SUMBER: indonesia.go.id

Dapatkan pembaruan berita terpilih dan berita Baru setiap hari di Kompas.com. Jom join grup telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link lalu join. Pertama, Anda perlu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: regional.kompas.com

Related Articles

Back to top button