Candi Gunung Kawi: Sejarah, Tengara, Lokasi dan Pintu Masuk
Bali tak hanya menyimpan pesona alam dan pantai, tapi juga situs sejarah. Salah satunya adalah Pura Gunung Kawi di Tampaksiring, Prefektur Gianyar. Tempat ini menjadi tujuan wisata yang populer bagi para wisatawan, terutama wisatawan dari benua Eropa.
Lokasinya berada di sebelah utara Kabupaten Gianyar, di antara persawahan yang menghijau. Sedikitnya ada 10 pura di areal persawahan yang bertingkat-tingkat dan menggunakan sistem pengairan subak.
Uniknya, candi-candi ini terpahat di dinding tebing berbatu berpasir. Candi di Gianyar ini diperkirakan sudah ada sejak pertengahan abad ke-11, pada masa pemerintahan Dinasti Udayana.
Sejarah Candi Gunung Kawi
Pura Tebing Gunung Kawi, demikian masyarakat menyebutnya, diperkirakan dibangun di Saka antara tahun 1025 hingga 1049 M atau antara tahun 944 hingga 948, lebih tepatnya pada masa Sri Haji Paduka Dharmawangsa menjadi rajanya. Pembangunannya berakhir antara tahun 1049 dan 1080 M atau antara tahun 971 dan 999 di Saka.
Raja yang memerintah saat itu adalah Anak Wungsu, anak ketiga dari Raja Udayana dan istrinya, Permaisuri Gunapriya Dharmapatni. Ketika Raja Udayana wafat, tahta diwariskan kepada putra keduanya, Marakata.
Selain itu, pemerintahan Marakata dilanjutkan oleh adiknya, Anak Wungsu, yang memerintah dari tahun 1049 hingga 1080 Masehi. Setelah candi selesai, raja-raja yang meninggal akan dimakamkan di tempat ini.
Hal ini didukung dengan ukiran yang bertuliskan ‘Haji Lumang ing Jalu’, artinya ‘raja berlabuh di Jalu’. Prasasti ini dapat dilihat pada dinding candi. Ada prasasti lain di tempat suci tersebut, yaitu “Rwa Nak Ira”, yang berarti “Dua Putra”.
Dari dua prasasti yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa sangat mungkin pura bersejarah di Bali ini menjadi tempat peristirahatan abadi Raja Udaya dan kedua putranya Marakata dan Anak Wungsu.
Objek Wisata Candi Gunung Kawi
Banyak fakta menarik yang berhubungan dengan candi di Tampaksiring. Obyek wisata Candi Gunung Kawi antara lain :
1. Kuil Bersejarah di Sungai
Meski namanya Candi Gunung Kawi, situs sejarah yang banyak dikunjungi wisatawan ini berbeda dengan candi pada umumnya. Jika candi pada umumnya merupakan bangunan tinggi yang terbuat dari batu karang, tidak demikian halnya.
Sedikit banyak, bangunan di situs ini lebih tepat disebut sebagai candi. Dijuluki candi karena bentuknya berupa pahatan yang menempel di permukaan tebing berbatu. Untuk alasan ini juga dikenal sebagai Pura Tebing Gunung Kawi.
2. Terletak di pertemuan dua sungai
Keunikan lain yang membedakannya dari bangunan candi lainnya adalah lokasinya yang berada di tepi sungai. Lokasinya tepat berada di pertemuan dua sungai, yaitu Sungai Parikesan dan Sungai Bulan.
Tempat bertemunya kedua sungai tersebut dikenal dengan Tirta atau mata air suci yang sering digunakan oleh masyarakat di sana untuk berbagai acara keagamaan. Menurut penduduk setempat yang beragama Hindu, tempat ini untuk penyucian diri.
3. Sepuluh bangunan di tiga titik
Alasan kenapa candi peninggalan Dinasti Udaya ini digemari banyak wisatawan bukan hanya karena bentuknya yang unik. Penataan candi di sana juga sangat menarik. Candi ini terdiri dari 10 bangunan yang terbagi menjadi tiga titik.
Dari sepuluh candi tersebut, lima berada di sebelah timur Sungai Parikesan. Bangunan di sisi timur sungai dianggap sebagai candi utama. Lima sisanya berada di sisi barat Parikesan yang terbagi menjadi dua titik.
Pura sebelah barat Parikesan terbagi menjadi dua lokasi yaitu utara dan selatan. Candi-candi berada di sisi utara, jumlahnya empat, tersusun berjajar dari utara ke selatan, menghadap ke sungai.
Sedangkan candi lain di selatan, jarak ke empat candi di utara sekitar 200 meter. Candi yang terletak di sisi paling utara ini dipercaya sebagai candi yang paling awal atau pertama.
4. Simbol harmonisasi kehidupan
Pura Gunung Kawi yang menjadi saksi kejayaan Dinasti Udayana di Bali menjadi tempat wisata sejarah yang menarik bagi banyak wisatawan. Di kawasan pura ini, wisatawan dapat mengamati dari dekat bangunan pura atau tempat suci yang sedang dibersihkan oleh masyarakat setempat.
Keindahan tempat ini semakin terlihat dengan adanya pertemuan dua sungai yang terletak tepat di dekat area candi. Namun sebenarnya bukan hanya itu yang menarik dari pura yang berada di kawasan Ubud ini.
Pura suci ini juga merupakan simbol harmonisasi kehidupan yang telah terjalin lama. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, diperkirakan candi yang terletak di sisi paling utara ini merupakan yang tertua. Bangunan tertua ini digunakan sebagai tempat peribadatan Udayana.
Sedangkan empat candi lainnya di sisi timur Sungai Parikesan dibangun khusus sebagai persembahan bagi permaisuri Prabu Udayana dan ketiga anaknya. Sedangkan empat candi lainnya di sebelah barat dipercaya sebagai candi yang dibangun untuk para selir Raja Udayana.
Di sebelah barat Sungai Parikesan terdapat pura lain yang konon didedikasikan untuk pejabat kerajaan yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri. Hal ini dilakukan oleh dr. R. Goris, seorang arkeolog.
5. Simbol kerukunan umat beragama
Candi adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi umat Hindu atau Buddha pada zaman kerajaan. Begitu juga dengan Pura Gunung Kawi yang sebenarnya merupakan pura, tempat ibadah umat Hindu.
Pura ini secara keseluruhan sebenarnya digunakan sebagai tempat pemujaan keluarga kerajaan atas perintah Raja Anak Wungsu saat itu. Hal yang menarik dari tempat pemujaan atau pura umat Hindu ini adalah terdapat beberapa relung di sekelilingnya.
Relung-relung ini diukir di permukaan batu seperti candi tempat umat Hindu beribadah.
Lokasi Candi Gunung Kawi
Ubud memang merupakan daerah Bali yang berhawa sejuk karena letaknya yang berada di pegunungan dan disitulah letak pura. Untuk menuju kawasan candi, wisatawan harus menempuh jarak sekitar 40 kilometer, waktu tempuh 1 jam.
Perjalanan ini bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua atau empat dari Kota Denpasar. Rute yang lebih pendek dapat ditempuh dari Gianyar, dimana perjalanan hanya memakan waktu 30 menit.
Tiket masuk dan jam buka
Tarif masuk untuk turis lokal Rp 30.000 per orang dan untuk turis asing Rp 50.000 per orang. Candi Gunung Kawi dibuka untuk umum mulai pukul 08.00 hingga 18.00 setiap hari. WITA.
Wisatawan yang datang diberikan sarung dan selendang untuk dipakai selama berada di kawasan pura. Setelah selesai, selendang dan sarung akan dikembalikan kepada pimpinan sebelum keluar pura.
Diploma
Di kawasan Gianyar Bali tidak hanya terdapat wisata jalan kaki Istana Tampaksiring, tetapi juga terdapat situs sejarah bernama Pura Gunung Kawi. Meski disebut candi, sebenarnya candi atau candi yang dibangun pada masa Dinasti Udayana.
Candi yang dimaksud lebih spesifik digambarkan sebagai candi dan berfungsi sebagai tempat pemujaan keluarga kerajaan pada masa pemerintahan Raja Anak Wungsu. Dikenal juga sebagai Pura Tebing Gunung Kawi, pura ini merupakan destinasi populer bagi wisatawan dari Eropa.
Source: www.tempatwisata.pro