Candi Jolotundo: Sejarah, Atraksi, Lokasi dan HTM
Mojokerto memiliki banyak situs sejarah yang menjadi obyek wisata budaya. Salah satunya adalah Candi Jolotundo. Berada di ketinggian 800 mdpl, candi ini merupakan salah satu situs cagar budaya Kerajaan Majapahit.
Di kawasan pura ini juga terdapat sumber mata air yang dipercaya memiliki berbagai manfaat. Berbagai air mancur yang mengalir dapat terlihat dengan jelas di sekitar candi. Ikan juga berenang di kamar mandi.
Sejarah Candi Jolotundo
Catatan sejarah Kerajaan Jolotundo dimulai pada tahun 899 Saka. Figur ini terukir di sisi kanan candi dan prasasti “gempeng” di sisi kiri dinding belakang. Halaman ini penting karena diketahui adanya hubungan antara Jawa dan Bali.
Disebutkan bahwa situs Jolotundo dibangun oleh Raja Udayana dari Kerajaan Bedahulu, Rumah Warmadewa, Bali. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan terkuat di Jawa pada masanya. Akhirnya Udayana melarikan diri ke Jawa dan dibawa oleh raja Medang.
Kerajaan Medang juga berhasil mengalahkan wilayah Bali, mendirikan koloni di Kalimantan Barat dan menyerang Kerajaan Sriwijaya. Relief di salah satu dataran menceritakan tentang Udayana yang kebingungan karena kesaktiannya telah diusir dari kerajaan Bedahulu.
Raja yang bertempat di Udayana bernama Sri Makuta Wangsa Wardhana. Raja Udayana menikah dengan Putri Gunapriya Dharpamatni dari Kerajaan Medang. Namun, tempat ini merupakan kolam cinta yang dibangun oleh Raja Udayana.
Kolam ini dibangun untuk merayakan kelahiran putranya Airlangga, raja Kahuripan di Jawa. Airlangga lahir pada tahun 991 m. Raja Udayana membangun kolam ini pada tahun 899 Saka atau 997 Masehi.
Daya tarik pariwisata
Sebagai wisata budaya, lokasi Jolotundo tidak kalah menarik untuk menarik pengunjung. Sebaliknya, istana ini menawarkan semua hal menarik yang bisa dialami saat berkunjung ke sini.
1. Bulu
Tentu ada alasan mengapa begitu banyak pengunjung yang datang. Salah satu alasan terkuat pengunjung adalah musim semi yang cerah. Mata air ini diyakini memiliki banyak manfaat.
Banyak pengunjung, pria dan wanita, tua dan muda. Mereka menyelam bahkan mandi di kolam yang ada di situs Jolotundo. Mereka percaya bahwa ritual ini dapat membuat awet muda.
Ketika turis datang ke sini, mereka biasanya membawa botol atau tabung untuk membawa air. Pada umumnya, mereka yang membawa botol tersebut ditugaskan oleh orang tertentu untuk mengobati suatu penyakit.
2. Kolam pemandian
Air yang berasal dari Gunung Penanggungan ini rasanya sangat segar. Baik kolam pemandian atau badan air memiliki sumber yang sama. Ada dua kolam pemandian di area candi.
Kedua kolam tersebut juga memiliki sumber air yang berasal dari pipa bawah tanah dari mata air Gunung Penanggungan. Kolam pertama sedalam 1,5 meter. Kolam ini biasanya digunakan oleh orang dewasa untuk mandi dan berendam.
Pengunjung percaya bahwa mandi di sini memperpanjang umur dan menyembuhkan berbagai penyakit. Kolam kedua berukuran lebih besar, sekitar 6 x 8 meter. Kolam ini dangkal dan penuh dengan ikan-ikan besar.
Anak-anak suka bermain air di sini dan berinteraksi dengan ikan-ikan yang berenang. Anda pasti akan merasa nyaman di area kolam ini jika ingin berlama-lama.
3. Arsitektur kuno yang megah
Meski sudah berusia ratusan tahun, bangunan candi masih terlihat jelas. Bahkan, ada beberapa bagian yang rusak dan menjadi reruntuhan. Meski demikian, struktur bangunannya masih sangat tertata rapi.
Wisata budaya ini sangat cocok bagi pengunjung yang menyukai sejarah. Sedangkan bagi pengunjung yang tidak terlalu menyukai kawasan candi. Pengunjung juga dapat mengunjungi kawasan hutan sebagai tempat penyembuhan.
Di kawasan hutan ini juga terdapat pura yang seolah menyatu dengan panorama hutan dan Bukit Bekel. Udara yang sejuk dan hutan yang rindang menjadikannya latar belakang yang sangat bagus untuk berfoto.
4. Taman Pura
Situs Jolotundo memiliki area taman yang asri dan terawat. Pengunjung juga bisa melakukan berbagai aktivitas di sini, mulai dari duduk santai hingga berbaring. Atau Anda bisa berpiknik untuk menikmati perbekalan yang Anda bawa.
Selalu perhatikan kebersihan. Tempat ini tidak hanya menjadi tempat wisata tetapi juga tempat religi bagi umat Hindu. Menjaga kebersihan berarti menghormati kepercayaan mereka dan membuat pengunjung lain merasa nyaman.
5. Ritual malam Suro
Alasan utama kenapa pura ini begitu ramai pengunjung dan terus meningkat setiap tahunnya adalah ritual Malam Satu Suro. Pura ini sebenarnya digunakan oleh umat Hindu sebagai tempat ritual.
Pengikut gerakan Hindu Siwa biasanya melakukan ritual di sini. Ritual ini bertepatan dengan tanggal 1 Suro penanggalan Jawa. Pada malam Suro, suasana di pura akan sangat meriah.
Kebanyakan pengunjung adalah orang Bali atau penduduk daerah lain yang menganut agama Hindu. Ritual yang dilakukan adalah ritual mandi untuk membersihkan diri.
kualitas air Jolotundo
Jolotundo Waterfront dikenal memiliki kualitas air terbaik ketiga di dunia. Ini bukan sekedar klaim karena beberapa peneliti telah datang dan mempelajari kualitas air. Misalnya pada tahun 1985 tercatat pemerintahan Jolotundo menduduki peringkat ke-5 dunia.
Selain itu, penelitian arkeolog Belanda pada tahun 1991 mengungkapkan bahwa kualitas air di sini menempati urutan ketiga di dunia. Penelitian ini sedang berlangsung dan sedang dilakukan oleh dokter dari Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber ini adalah yang terbaik kedua setelah air Zam Zam.
Kandungan mineral yang sangat tinggi menjadi alasan utama mengapa kualitas air di sini sangat murni. Ahli hidrogeologi juga sepakat bahwa mata air di Jolotundo memenuhi tiga persyaratan. Yaitu kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Jadi tidak diragukan lagi kredibilitasnya.
Alamat dan rute situs Jolotundo
Candi ini terletak di Dusun Balekambang, Seloliman, Kecamatan Trawas, Mojokerto. Candi ini dapat ditempuh sekitar 55 km dari Surabaya. Akses jalan menuju candi dapat diakses melalui Trawas dengan berkendara melewati lereng Gunung Penanggungan.
Medan di sini cukup berkelok-kelok, sehingga pengunjung harus berhati-hati. Kuil ini juga dapat dicapai melalui Ngoro Industrial Park dengan akses jalan utama kemudian melalui pemukiman penduduk. Lokasi pura ini juga dekat dengan Pura Bayi, Pura Lurah, Pura Naga dan masih banyak lagi.
Biaya masuk dan fasilitas
Tiket masuk ke sini sangat murah, pengunjung hanya perlu membayar Rp 10.000 per orang dewasa. Sedangkan untuk anak-anak hanya dikenakan Rp 7.500. Berbagai fasilitas penunjang juga tersedia di dalam pura.
Ada tempat parkir yang luas, pusat informasi, toilet dan warung dengan makanan khas Jawa. Ada juga area berkemah dan piknik di sekitar pura untuk digunakan pengunjung selama ritual malam.
Menutup
Itulah pembahasan lengkap tentang Candi Jolotundo dan segala hal menarik yang ada di dalamnya. Walaupun candi ini merupakan objek wisata, namun tempat ini masih tergolong sebagai situs religi bagi pemeluk agama Hindu. Sebagai pengunjung di lokasi, harap menghormati dan memperhatikan kebersihan.
Source: www.tempatwisata.pro