Candi Kidal: lokasi, sejarah, jam buka dan atraksi
Kehebatan nama Singasari sangat dikenal masyarakat hingga saat ini. Jejak sejarahnya dapat dilihat di situs sejarahnya, termasuk Candi Kidal. Mirip dengan Candi Jago, candi ini juga terletak di kawasan tumpang dan merupakan candi Hindu.
Candi ini dibangun sebagai penghormatan kepada Anusapati, ayah dari Wisnuwardhana. Candi bercorak Hindu ini tidak dapat dipisahkan dan erat kaitannya dengan Kerajaan Singasari. Bangunan ini dipercaya sebagai tempat suci tertua di Jawa Timur dan cukup unik.
Seperti namanya, relief candi dilihat dari kiri ke kanan bagi orang kidal. Candi ini dibangun untuk menghormati raja yang memerintah di Singasari dari tahun 1247 hingga 1249 M dan merupakan raja ketiga.
Sejarah Candi Kidal
Dijelaskan bahwa candi tersebut merupakan bentuk penghormatan kepada Anusapati yang menjadi raja ketiga kerajaan Singasari. Anusapati adalah raja yang naik tahta setelah Tunggul Ametung di Tumapel, yang kemudian digantikan oleh Ken Arok setelah menjadi Singasari.
Candi di Tumpang, Kabupaten Malang ini dibangun hampir bersamaan dengan wafatnya Anusapati, yaitu pada tahun 1248. Sepeninggal Raja Anusapati, jenazahnya dipuja di candi dalam bentuk Siwa.
Anusapati, Raja Singasari ketiga, kisah hidupnya juga penuh misteri. Dalam kitab Pararaton disebutkan bahwa Anusapati adalah orang yang membunuh Ken Arok.
Dalam kitab tersebut, Anusapati diidentifikasi sebagai putra penguasa Tumapel, Tunggul Ametung, dan istrinya, Ken Dedes. Ken Dedes sendiri akhirnya diambil alih oleh Ken Arok setelah membunuh Tunggul Ametung dan kemudian mendirikan Kerajaan Singasari.
Di kitab yang sama, Anusapati juga tewas karena dibunuh oleh Panji Tohjaya, putra Ken Arok dan Ken Umang. Ken Umang adalah istri Ken Arok, bersama Ken Dedes tentunya.
Obyek wisata Candi Kidal
Candi Kidal memiliki beberapa objek wisata yang mengundang wisatawan untuk datang ke sana. Atraksi ini tidak terlepas dari sejarah dan mitos yang melatarbelakanginya. Inilah hal-hal menarik dari candi yang erat kaitannya dengan kisah Ken Arok.
1. Arsitektur campuran Jawa Tengah dan Jawa Timur
Bentuk candi tersebut menghasilkan percampuran antara arsitektur candi khas Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini terkait sejarah adanya peralihan dari zaman keemasan kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah ke Jawa Timur pada saat candi dibangun.
Candi ini dibangun dari batuan andesit yang memiliki dimensi geometris vertikal. Sementara itu, struktur batu sedang didirikan di bagian luar candi dengan fungsi yang sama dengan pagar. Tubuh candi berdiri di atas batur atau kaki setinggi sekitar 2 meter.
2. Ada hiasan kepala yang besar
Ciri khas candi Kidal yang membedakannya dengan candi lainnya adalah adanya hiasan kepala atau kala yang berukuran besar, dengan mata menonjol keluar dan mulut terbuka dengan dua gigi taring besar bengkok. Dua gading seperti itu juga merupakan ciri candi di Jawa Timur.
Kesan seram pura terlihat dari adanya bangunan yang terlihat seperti jari dalam posisi mengancam. Bangunan-bangunan di kiri dan kanan memberi kesan kepada pengunjungnya sebagai penjaga candi.
Tinggi keseluruhan candi Hindu di Jawa Timur ini kurang lebih 12 meter, dengan masing-masing sisi berukuran 8,36 meter. Dilihat dari luar, atap candi tampak seperti kotak-kotak yang tersusun, dengan semakin tinggi ukurannya semakin kecil.
3. Kaya akan kelegaan yang berarti
Relief merupakan ornamen yang umum terdapat pada candi dan biasanya mempunyai arti khusus yang berkaitan dengan sejarah bangunan tersebut. Begitu juga dengan candi peninggalan kerajaan Singasari ini.
Candi bersejarah yang didedikasikan untuk Anusapati ini memiliki relief yang terdiri dari tiga jenis. Tentunya setiap relief memiliki arti dan makna tersendiri yang patut untuk dipelajari. Tiga relief yang bersangkutan di Candi Kidal terdiri dari:
1. Seekor elang memegang tiga ular besar.
2. Elang membawa kendi di kepalanya.
3. Seekor elang menggendong seorang wanita di pelukannya.
4. Cara membaca relief seperti orang kidal
Cara membaca relief agar mengerti artinya adalah dari kanan ke kiri, atau untuk yang kidal, seperti nama candi. Jika Anda membaca ketiga relief tersebut, maka memiliki arti tersendiri bagi seorang anak yang digambarkan sebagai Garuda yang sedang berjuang.
Cerita dalam relief diambil dari sebuah mitos yang muncul dalam kehidupan masyarakat Jawa kuno, yaitu Garudheya. Mitos tersebut dipengaruhi oleh ajaran Hindu, yang menceritakan tentang seorang anak yang berjuang untuk meringankan penderitaan ibunya dengan air suci keselamatan, Amerta.
Kisah dalam mitos ini juga erat kaitannya dengan kisah Prabu Anusapati, putra Tunggul Ametung.
5. Bagian dibagi menjadi tiga bagian
Terkait erat dengan cinta segitiga antara Ken Dedes, Ken Arok dan Tunggul Ametung, candi ini tidak hanya menampilkan relief unik yang dibaca dari kanan ke kiri. Masih banyak keunikan yang ada di candi ini.
Salah satu kekhasan terletak pada bagian-bagian candi yang terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut.
a) Dasar candi
Kaki candi disebut juga Batur. Dasar candi ini berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 6,82 meter. Ketinggian candi adalah 1,94 meter. Jika ingin menuju balai di Batur, pengunjung bisa melalui tangga batu.
Berada di depan pintu candi, undakan batu ini memudahkan wisatawan untuk melewatinya. Di kaki candi, jika diperhatikan dengan seksama, Anda bisa melihat hiasan dengan deretan medali. Medali diselingi bingkai dengan sulur dan motif bunga.
b) badan candi
Yang tak kalah unik adalah tubuh candi Kidal yang bentuknya juga berbentuk bujursangkar, memiliki panjang sisi 5,3 meter dan tinggi 4,92 meter. Tubuh candi memiliki dinding unik yang ditumbuhi berbagai tanaman hias, tanaman rambat, dan hiasan medali.
Namun keunikan tubuh candi tidak hanya sampai di situ, karena masih ada bagian yang menyerupai bilik. Ukuran ruangan sekitar 1,9 x 1,9 meter dan tinggi 2,6 meter. Bilik adalah ruangan mirip ruangan yang berbentuk piramid di candi ini.
c) atap candi
Ciri khas candi Hindu adalah arsitekturnya yang menggunakan model punden berjenjang. Desain ini juga menjadi dasar candi ini. Bentuk atapnya kotak yang disusun dari bawah ke atas. Ukuran kotak persegi mengecil ke arah atas sehingga terlihat seperti pundum bertingkat.
Atapnya terdiri dari tiga tingkat dan tidak lancip ke atas, melainkan bujur sangkar. Bentuk persegi atap ini membuatnya terlihat luas. Berbeda dengan candi Buddha, candi Hindu tidak menggunakan stupa atau manik-manik di atasnya.
Lokasi Candi Kidal
Candi yang merupakan bagian dari cerita sejarah Singasari ini terletak di Desa Rejokidal, Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dari pusat kota Malang, candi ini berjarak sekitar 20 km ke arah timur.
Jam buka dan tiket
Jam buka Candi Kidal mulai dari pukul 08:00 hingga 17:00 setiap hari. Tidak ada harga resmi tiket masuk bagi pengunjung, harap membayar berapapun secara sukarela.
Diploma
Sebagai bagian dari kisah sejarah Kerajaan Singasari dan cinta segitiga Ken Arok, Ken Dedes dan Tunggul Ametung, Candi Kidal merupakan tempat wisata sejarah yang patut dikunjungi. Pura Hindu ini dibangun sebagai penghormatan kepada Anusapati, putra Ken Dedes dari Tunggul Ametung.
Source: www.tempatwisata.pro