Tempat Wisata

Jembatan Merah Surabaya, Tugu Perjuangan Anak Suroboyo!

“Jembatan Merah.. cantik sekali… Bangunan berpagar yang bagus… Sepanjang hari… Satu per satu,” teks gaya ciptaan lagu berjudul “Jembatan Merah” menggambarkan keadaan jembatan saat ini. Jembatan yang berisi kisah heroik pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Jembatan Merah Surabaya.  Foto: Masruroh/BasraFoto: Masruroh/Basra

Jembatan ini membentang di tengah bangunan bersejarah dan masih dilestarikan hingga saat ini. Berjalan di atasnya seolah-olah citra kita dibawa kembali melalui kisah sedih ribuan nyawa sebuahSahabat Suroboyo yang tewas dalam pertempuran ini.

Karena sejarahnya, jembatan ini disebut Jembatan Merah. Dilihat dari situs Pemkot Surabaya, jembatan ini menjadi tempat tewasnya Brigjen AWS Mallaby dalam baku tembak pada 30 Oktober 1945 tepatnya di depan gedung Internatio yang tak jauh dari lokasi jembatan.

Memperingati Pertempuran 10 November 1945 di Jembatan Merah, SurabayaPeringatan Pertempuran 10 November 1945 di Jembatan Surabaya

Kematian komandan Angkatan Darat Inggris itulah yang akhirnya memicu Pertempuran Surabaya 10 November 1945. Saat itu gedung Internatio berada disana, gedung ini merupakan markas pasukan Komandan Brigade 49 Inggris yang ditempatkan di Surabaya.

Kunjungi juga: 10 hal seru yang bisa dilakukan di rumah Sampoerna Surabaya

Padahal, jauh sebelum kejadian, kawasan ini menjadi pusat perdagangan dan peradaban kota Surabaya. Di sebelah barat jembatan, Jalan Willenstraat (sekarang Jalan Jembatan Merah) dan Jalan Heerenstraat (Jalan Rajawali) dipenuhi pedagang grosir Eropa. Maskapai penerbangan dan bank sebagian besar berlokasi di daerah ini.

Sementara itu, kawasan timur jembatan diperuntukkan bagi warga negara Asia seperti Tionghoa, Arab, dan Melayu. Saat itu, kawasan jembatan ini merupakan kawasan elit yang menjanjikan banyak keuntungan bagi pengusaha asing, khususnya Tionghoa.

Lihat juga: Titik pertemuan 22 malam di Surabaya

Jembatan Merah TuaMasa lalu

Penulis sekaligus budayawan kota Surabaya, Dukut Imam Widodo, menulis tentang sejarah Jembatan Merah dalam buku berjudul Soerabaia Tempo Doeloe. Dalam buku tersebut, ia mencatat bahwa komunitas Tionghoa adalah kelompok yang sangat penting di Surabaya.

Mulanya mereka tinggal di daerah yang disebut Kampung Cina (Kampung Cina) sebelah timur Kali Mas. Sejumlah jalan yang dihuni warga Tionghoa adalah Chinesevorstraat (sekarang Jalan Karet) dan Hendelstraat (sekarang Jalan Kembang Jepun).

Melihat arsitektur jembatan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan jembatan lain pada umumnya. Yang terasa istimewa adalah pagar besi di setiap sisi jembatan yang berwarna merah mencolok.

Kunjungi juga: 38 Tempat Wisata Malam di Surabaya

foto di Alte Rote BrückeFoto jaman dulu

Saat ini fungsi jembatan ini tidak jauh berbeda dengan dulu yaitu sebagai jalur penghubung ke kawasan Pecinan Kya-Kya yang merupakan pusat komersial yang membentuk jembatan ini. setiap hari kendaraan.

Puluhan becak parkir di sisi jembatan menambah identitas bahwa kawasan Jembatan Merah merupakan pusat peradaban kota Surabaya. Penduduk multi-etnis, dari Cina hingga Arab hingga Melayu, berbaur secara harmonis ke dalam hiruk pikuk waktu.

* * * * *

Itulah peringkat jembatan merah yang bisa kami ceritakan. Semoga artikel ini dapat mengingatkan kita semua betapa pentingnya perjuangan para pahlawan kita dulu sehingga kita harus mengingat dan mengenang jasa-jasa mereka.

Kunjungi juga: 28 akomodasi & hotel murah di surabaya

Source: tempatwisataseru.com

Related Articles

Back to top button