Berita Wisata

Mengantisipasi dampak bencana terhadap tempat wisata, Cakruk Wisata Spesial kembali menjadi andalan

Harianjogja.com, KULONPROGO — Dinas Pariwisata (Dispar) Kulonprogo tak memungkiri sejumlah destinasi wisata di Bumi Menoreh rawan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.

Untuk mengantisipasi bencana di kawasan wisata, Dispar mengaktifkan kembali program tersebut Wisata Spesial Caruk yang terbentuk 2021 silam.

Kepala Dinas Pariwisata Kulonprogo, Joko Mursito, mengaku mengimbau seluruh pengelola destinasi pariwisata untuk waspada terhadap ancaman bencana hidrometeorologi di awal musim hujan.

Himbauan ini dilakukan secara langsung melalui forum pertemuan dengan pengelola destinasi wisata. Selain itu, juga telah dilakukan pemanggilan melalui Grup Percakapan Kandidat Ada apa. Kemudian dia juga meminta program itu Wisata Spesial Caruk diaktifkan kembali.

“Kami memiliki program di tahun 2021 Wisata Spesial Cakruk yang sudah ada di 40 titik tujuan wisata. Cakruk adalah semacam tempat nongkrong. Ini digunakan sebagai Pusat Informasi Turis [TIC] tujuan dan inklusi dapat digunakan bersamaan dengan perangkat komunikasi HT [handie talkie]kata Joko, via, Senin (14/11/2022).

BACA JUGA: Covid-19 meningkat, DPRD imbau Pemkab Kulonprogo genjot vaksinasi

Menurut Joko, Wisata Spesial Caruk Awalnya, itu adalah TIK, vektor komunikasi antara pengelola destinasi wisata. Apabila pada suatu saat suatu tempat tujuan wisata penuh dengan pengunjung atau turis, maka pengunjung dapat dialihkan ke tempat tujuan lain.

tapi untuk saat ini Wisata Spesial Cakruk dapat digunakan untuk berbagai hal antara lain Pertemuan Kelompok Wanita Tani, Kelompok Petani Ikan (Pokdakan), dll.

Selain itu juga dapat dijadikan sebagai wadah komunikasi antara masyarakat pengelola destinasi wisata dan juga relawan bencana di Kulonprogo.

Ia mencontohkan destinasi wisata di desa Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo, yang berbasis wisata air. Meski di Jatimulyo tidak hujan, namun saat hujan di kawasan hulu, terdapat muatan air yang berpotensi menimbulkan luapan.

“Oleh karena itu, kami fokus pada akses rajin ke cuaca dan komunikasi dengan relawan bencana di wilayah hulu melalui Wisata Spesial Caruk,” dia berkata.

Sementara itu, Pengelola Ekowisata Sungai Mudal Jatimulyo, Mudi Heriyanto mengatakan, untuk mengantisipasi terjadinya luapan, pihaknya melakukan upaya mitigasi bencana dan berkomunikasi dengan sejumlah relawan penanggulangan bencana.

“Jika hujan deras dan debit air meningkat, sirkuit kami akan ditutup dan wisatawan yang sudah masuk diminta untuk naik atau tidak bermain air,” katanya.

Ekowisata Sungai Mudal merupakan salah satu tujuan wisata di Desa Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo. Destinasi yang dibuka sejak tahun 2015 ini menggunakan air yang keluar dari goa yang kemudian dimanfaatkan oleh warga sekitar. Namun sejak tahun 2015 telah dijadikan objek wisata air yang terbagi menjadi beberapa kolam.

Menurut Mudi, jika terjadi peningkatan debit air dari mulut goa, ada komunikasi antara penjaga kolam atas dan bawah melalui HT sehingga tidak ada wisatawan yang bermain air atau mandi di dalam goa.

Baca lebih banyak berita dan artikel di Google Berita

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button