Berita Wisata

Sorot area lahan yang menyusut

MANGUPURA, Nusa Bali
Seiring berjalannya waktu, Subak akan menghadapi berbagai tantangan. Luasnya tidak pernah bertambah, sedangkan luas lahan subak menyusut akibat alih fungsi lahan.

Ke depan, keberadaan subak akan semakin terancam, mengingat pesatnya pertumbuhan penduduk. Isu ini menjadi topik utama Focus Group Discussion (FGD) Subak 2022 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Kebudayaan di Aula Kertha Gosana, Puspem Pemerintah Badung pada Senin (7/11).

Kepala Dinas Pendapatan Daerah/Pasedagang Agung Kabupaten Badung I Made Sutama, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Badung Gede Eka Sudarwitha, Dewan Subak Madya I Made Suka, Narasumber I Ketut Suamba, Kepala Penyuluhan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung Gede Sudarta, Penyuluh Pertanian Senior Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Made Oka Parwata. Sebagai peserta, hadir 210 orang yang terdiri dari Pekaseh dan Kelian Subak Abian dari seluruh Kabupaten Badung.

Kepala Biro Pendidikan dan Kebudayaan Badung Sudarwitha mengatakan menjaga kelestarian dan eksistensi Subak sudah menjadi tanggung jawab bersama. Ia berharap kegiatan FGD ini dapat memberikan solusi, masukan dan saran untuk menggali dan mengatasi permasalahan yang ada akibat degradasi lahan dan alih fungsi serta keberadaan subak itu sendiri. Karena wilayah Kabupaten Badung membentang dari utara ke selatan, peran pemerintah juga diperlukan untuk menciptakan konsep hulu dan hilir dalam pengelolaan pertanian.

“Melalui FGD Subak 2022 ini menjadi wadah untuk menyerap segala aspirasi dan permasalahan yang ada di lembaga subak. Serta mencari solusi keberadaan lembaga adat subak yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia,” kata Sudarwitha.

Mantan Camat Sore itu menambahkan, keberadaan ekowisata dapat dijadikan solusi untuk mensinergikan bidang pertanian dan pariwisata antar peradaban subak. Wisata eko-budaya dikatakan sebagai sebuah konsep dimana aspek ekologi dan budaya suatu daerah digabungkan untuk menciptakan surga wisata alam. Konsep ini merupakan destinasi wisata, di mana kekayaan budaya dan alam menjadi daya tarik utama, yang dipandang sebagai strategi potensial untuk mendukung pelestarian habitat alam sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

“Untuk meningkatkan peradaban Subak sebagai wisata eko-budaya, strategi prioritas adalah menggunakan kekuatan dan kearifan budaya subak itu sendiri,” kata Sudarwitha.

Sementara itu, Ketua Panitia yang juga Kepala Bidang Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Badung, Ni Luh Putu Miarni mengatakan, FGD Subak di Kabupaten Badung tahun 2022 bertujuan untuk mempertahankan eksistensi Subak sebagai lembaga adat. dari sudut pandang Tri Hita Karana. “Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan eksistensi lembaga subak tradisional di wilayah parhyangan, pawongan dan palemahan,” ujarnya. *eng

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button