Berita Wisata

Standardisasi becak wisata | Kamera kecepatan tunggal

ISI Becak sebagai alat transportasi memiliki potensi yang besar bagi perkembangan pariwisata dan budaya di kota Solo. Karakter budaya muncul dari moda transportasi tradisional ini. Peluang ini bisa terwujud jika pemerintah daerah bekerja dengan serius dalam berbagi terobosan-terobosan baru.

Beberapa strategi dan terobosan bisa dilakukan pemerintah kota Surakarta untuk menjadikan becak sebagai alat transportasi khas wisata solo. Salah satunya adalah standarisasi becak khas wisata solo. Standar ini mengacu pada fasilitas becak yang bisa dinikmati wisatawan.

Sentuhan kreatifitas dan modifikasi becak wajib dilakukan. Salah satunya dengan memberikan warna dan lukisan yang menarik sebagai daya tarik tersendiri bagi wisatawan.Perubahan lain yang dapat dilakukan adalah dengan standarisasi kenyamanan tempat duduk pengunjung saat menaiki becak.

Saat ini becak masih menjadi incaran dan tujuan utama para pelancong sebagai alat transportasi untuk berpindah dari satu tempat wisata ke tempat wisata lainnya dalam jarak dekat. Wisatawan, terutama wisatawan asing, lebih memilih becak untuk menjemput mereka dari hotel ke tempat wisata.

Becak tersedia di beberapa area strategis, misalnya di dekat pasar, di pinggir jalan, atau di dekat area perbelanjaan. Biasanya para tukang becak berhenti di tempat-tempat tersebut untuk menjemput penumpang dan barang yang akan diangkut.

Para penarik becak ibarat pemandu wisata untuk mengenalkan budaya dan tradisi kota Solo. Saat mengendarai becak, terjadi hubungan dan interaksi antara pengemudi becak dengan penumpangnya, sehingga tercipta rasa keakraban dan rasa saling percaya. Banyak pedagang mempercayakan pengambilan barang di pasar kepada tukang becak biasa.

Sehingga harus ada kerjasama dan kerjasama dengan tempat wisata, akomodasi (hotel) dan tempat kuliner. Kerja sama ini diperlukan untuk menambah waktu operasional dan pendapatan tukang becak. Becak yang masih menggunakan tenaga manusia juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Oleh karena itu perlu juga dilakukan peningkatan kualitas penarik becak.

Meningkatkan sumber daya manusia pengemudi becak dengan menyediakan seragam unik bagi pengemudi becak. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat diberikan dalam bentuk pelatihan bahasa. Bersentuhan langsung dengan wisatawan domestik dan mancanegara, keterampilan komunikasi para tukang becak perlu ditingkatkan upgrade. Salah satunya dengan memberikan pelatihan dan pengenalan bahasa Indonesia dan Inggris.

Selain itu, harus ada infrastruktur pendukung jalur becak wisata. Sebelumnya, Pemkot juga merencanakan jalur khusus di kanan kiri Jalan Slamet Riyadi. Namun sekarang digunakan oleh angkutan lain dan tempat parkir kendaraan, sehingga tukang becak merasa haknya diambil alih oleh angkutan umum trayek. Oleh karena itu aturan-aturan ini perlu diperjelas dan ditekankan kembali.

Aturan penggunaan becak sebagai alat transportasi wisata juga perlu diperjelas. Kejelasan operasional becak dapat dicapai dengan mewarnai becak sesuai dengan waktu berjalannya. Misalnya merah bagi yang beroperasi pada siang hari, putih bagi yang beroperasi pada malam hari. Pemberian warna ini diatur lebih lanjut oleh pemerintah setempat.

Kunci utama menjadikan becak sebagai transportasi wisata ada di tangan pemerintah setempat. Bagaimana perintah memberikan dukungan dengan kebijakan yang dikeluarkannya. Jika dilakukan dengan benar, becak sebagai alat transportasi bisa menjadi peluang besar untuk meningkatkan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat. (Kutipan wawancara dengan wartawan Radar Solo Septian Refvinda dengan BRM Bambang Irak as Pengamat Pertumbuhan ekonomi UNS)

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button