Berita Wisata

Sumber daya manusia masih menjadi kendala pengembangan desa wisata di Wonogiri – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Muara Gua Resi di Desa Conto, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri. Wisatawan bisa menuruni goa hingga jarak 64 meter. Foto diambil pada Minggu (5/6/2022). (Solopos/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI — Desa wisata dianggap mampu mensejahterakan warga setempat jika dikelola dengan baik. Sayangnya, pembentukan dan pengembangan desa wisata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada sejumlah kendala yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan desa wisata.

Dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan ulet untuk menjalankan desa wisata. Selain itu, sinergi antara pengelola dan pemerintah kota merupakan salah satu kunci keberhasilan desa wisata.

Promosi Daihatsu Rocky, Harga Mobil Rp 200 Juta Jadi Hanya Rp 99.000

Di Wonogiri, sejauh ini, enam desa telah ditetapkan sebagai desa wisata. Keenam desa tersebut antara lain Desa Sendang (Kecamatan Wonogiri), Kepuhsari (Kecamatan Mandaran), Conto (Kecamatan Bulkerto), Karanglor (Kecamatan Mandaran), Sumberejo (Kecamatan Batuwarno) dan Paraanggupito (Kecamatan Paraanggupito).

Keenam desa wisata tersebut masih dalam kategori percontohan atau terendah dari empat kategori yang ada. Empat kategori desa wisata tersebut adalah perintis, berkembang, maju dan mandiri. Pengelolaan sumber daya manusia di desa wisata tetap menjadi faktor utama sulitnya mengembangkan desa wisata.

Desa Wisata WonogiriSejumlah kepala desa/lurah dari Kecamatan Wonogiri dan Selogiri mengikuti sosialisasi desa wisata di Pendopo Girimanik, Komplek Setda Wonogiri, Selasa (18/10/2022). Pembentukan dan pengembangan desa wisata di Wonogiri masih dibatasi oleh sumber daya manusia yang kompeten. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Wonogiri, Panggah Triasmara mengatakan, kerjasama dan sinergitas antara pemerintah desa, pengelola, perangkat desa dan pemerintah diperlukan untuk mengembangkan desa wisata. Namun faktor utama yang menentukan suatu desa wisata dapat berkembang atau tidak adalah sumber daya manusia pengelola desa wisata. Pasalnya, merekalah yang menjadi motor penggerak atau mesin untuk menjaga desa wisata tetap berjalan.

Baca juga: Partai Rakyat Tidak Populer

Pembentukan dan pengembangan desa wisata seringkali terhenti di tengah jalan karena tidak adanya komitmen untuk benar-benar mengelola desa wisata tersebut. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain kurangnya pemahaman atau sumber daya manusia yang kompeten mengenai pengelolaan desa wisata. Selain itu, aset desa wisata dinilai belum atau kurang memuaskan. Kalaupun hasil desa wisata belum bisa dikatakan sebagai usaha objek wisata.

Di desa wisata, keuntungan tidak bisa dihitung secara riil. Berbeda dengan tempat wisata yang keuntungannya bisa dihitung atau dilihat dari jumlah tiket yang terjual. Keuntungan di desa wisata tersebar dan tidak terpusat. Misalnya, sebuah desa wisata dikunjungi oleh sekelompok wisatawan. Mereka membeli paket wisata. Dalam perjalanan terorganisir, ada homestay, wisata kuliner, budaya atau alam. Dengan cara ini, manfaat pariwisata akan menyebar ke pelaku komersial di ekosistem desa wisata.

“Kami sudah melakukan inventarisasi potensi desa Wonogiri. Namun mereka belum mampu mengelola potensi tersebut. Tidak mudah, harus SDM dulu yang mengelola potensi ini, kalau ada, apakah pengelolanya konsisten? Jika tidak apa-apa, kami akan menerimanya. Tapi kalau SDM tidak ada, kami tidak berani membentuk desa wisata,” kata Panggah saat ditemui Solopos.com usai sosialisasi desa wisata di aula Girimanik, Komplek Setda Wonogiri, Selasa ( 18/10/2022).

Baca juga: Selamat Bersenang-senang! KFS Berburu Foto Bersama Anggota Tingkatkan Potensi Desa Mondokan Sragen

Menurut Panggah, beberapa desa sedang berupaya membangun desa wisata. Mereka membangun infrastruktur untuk desa wisata tetapi tidak mampu memeliharanya karena kurangnya sumber daya manusia yang berkomitmen untuk mengelolanya. Pada akhirnya potensi desa wisata tersebut tidak berkembang bahkan stagnan hingga akhirnya gagal menjadi desa wisata.

“Karena mungkin dengan sosialisasi itu bisa memberikan pemahaman bagaimana mengelola desa wisata. Mungkin ada desa yang memiliki potensi wisata, tapi tidak tahu bagaimana mengelolanya,” ujarnya.

Ia melanjutkan, Disporapar akan menyelenggarakan pelatihan desa wisata untuk delapan atau sepuluh desa yang akan diikuti 40 orang pada November 2022. Selama bulan ini, pihaknya membuka pendaftaran bagi desa-desa yang berminat mempelajari desa wisata. Disporapar terlebih dahulu akan menyeleksi desa-desa yang berpotensi untuk dibentuk dan dikembangkan menjadi desa wisata.

Baca juga: Masakan Unik! Ada sekeranjang mie ayam di wonogiri dengan rasa yang enak dan gurih

Hal senada dikatakan Deputi Koordinator Pengembangan Daya Tarik Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah, Riyadi Kurniawan. Pembentukan dan pengembangan desa wisata masih dibatasi oleh sumber daya manusia dan kelembagaan. Tidak jarang pemerintah desa dan pengelola berselisih sehingga menghambat pengembangan desa wisata.

“Kemampuan mengelola sumber daya manusia untuk menciptakan kondisi pariwisata yang kondusif sesuai dengan Sapta Pesona” [aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan] itu menjadi desa wisata utama yang bisa sukses. SDM tetap menjadi kendala utama. Selain itu, sertifikasi keterampilan masyarakat terkait kepariwisataan juga menimbulkan permasalahan, baik pada tataran pemerintahan, pemandu maupun homestay. Harus ada pelatihan khusus untuk mereka,” jelas Riyadi.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button