Berita Wisata

Taman Wisata Hutan Jurung, tiga habitat primata terkecil di dunia

KLIK. BUN DASAR- Taman Wisata Hutan Jurung Tiga (TWH) yang terletak di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, merupakan habitat salah satu primata terkecil di dunia, yaitu tarsius. Hal ini tentunya dapat menambah daya tarik destinasi wisata alam ini.

Jurung Tiga sangat alami dan menawarkan pemandangan yang fantastis, dan fasilitas yang disediakan mengandung unsur pendidikan, terutama lingkungan. TWH Jurung Tiga memiliki pesona yang luar biasa.

Direktur TWH Jurung Tiga Sugeng mengatakan, saat ini lebih dari 20 primata tarsius hidup di kawasan hutan dengan luas total 100 hektar, sekitar 7 kilometer dari pusat Pangkalan Bun.

Sebab, lanjut Sugeng, primata ini merupakan hewan nokturnal, sehingga sering kita jumpai saat senja hingga malam hari untuk mencari makan.

Jungle Tiga menawarkan wisata malam lanjutan yang didampingi langsung oleh salah satu pemandu untuk melihat langsung kehidupan hewan bermata besar yang terkenal di habitatnya.

“Ya pemandu akan langsung mengantar anda ke tempat atau tempat yang sering dilihat tarsius mencari makan,” ujarnya.

Menurut data konservasi sumber daya alam dan ekosistem, tarsius adalah salah satu dari 25 spesies primata paling terancam punah di dunia. Memang perburuan liar, baik untuk perdagangan maupun pemeliharaan, merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup satwa tersebut.

“Selain tarsius, pengunjung juga bisa menemukan satwa yang sudah cukup langka, seperti kucing hutan, macan dahan, kera klasik, siamang, kera, bekantan, dan tupai terbang,” kata Suggest.

Di kawasan hutan kelolaan seluas 40 hektar ini, pengunjung juga dapat menemukan jenis tumbuhan langka, seperti pohon ulin, meranti merah, pohon sindur, pohon keberuntungan dan lain-lain.

“Kawasan Jurug Tiga juga sering menjadi lokasi pelepasliaran burung liar oleh BKSDA,” kata Sugeng.

Selain itu, TWH Jurug Tiga juga menawarkan beberapa lapangan yang menarik, seperti rumah pohon, lapangan camping, lapangan sempit dan lapangan lainnya.

“Tempat ini ramai sebelum pandemi, tapi setelah pandemi sepi pengunjung, minimal 10-20 pengunjung per minggu, dengan tiket masuk Rp15.000 per orang,” kata Sugeng.

Purwati, salah satu pengunjung dari TWH Jurug Tiga, menyayangkan kurangnya minat untuk mengunjungi kawasan tersebut. Meski TWH bersifat komprehensif, selain sebagai tempat wisata, juga sebagai tempat edukasi atau edukasi alam.

“Selain berwisata, tempat ini juga menjadi pelajaran bagi kita tentang pentingnya menjaga hutan, baik flora maupun faunanya,” kata Purwati. (KLIK MERAH)

Source: www.klikkalteng.id

Related Articles

Back to top button