Berita Wisata

Untag Surabaya Resmikan Wisata Kampoeng Kelengkeng

Secara simbolis, Rektor Untag Surabaya, Prof Mulyanto Nugroho menanam bibit kelengkeng saat peresmian Wisata Kampoeng Kelengkeng di Desa Simoketawang Wonoayu, Sidoarjo

Merealisasikan dana pendamping Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Surabaya, Bhirawa

17 Agustus 1945 (Untag) Universitas Surabaya meresmikan Wisata Kampung Kelengkeng di Desa Simoketawang, Wonoayu Sidoarjo. Pelaksanaan program hibah Dana Pendamping Kemendikbud senilai Rp 800 juta ini merupakan pengabdian masyarakat bagi dosen dan mahasiswa program MBKM (Kampus Merdeka Belajar Mandiri) lima tahun fakultas Untag Surabaya.
Rektor Untag Surabaya, Prof Mulyanto Nugroho menjelaskan, tahun ini Untag Surabaya mendapatkan kucuran dana dari dana pendamping 16 Miliar dari Kemendikbud, Ristek. Pembiayaan ini ditujukan untuk pengembangan desa wisata di beberapa wilayah Jawa Timur. Seperti Blitar, Jombang dan Sidoarjo.
“Yang kami lakukan dengan dana ini adalah membangun desa,” ujarnya, Selasa (6/12).
Program yang diinisiasi oleh Program Studi Arsitektur bekerjasama dengan lima fakultas lainnya di Untag Surabaya ini, melibatkan sedikitnya 141 mahasiswa dan 35 profesor dari berbagai disiplin ilmu. Seperti ekonomi dan teknik.
Profesor Nug mengaku sudah tiga tahun sejak pihaknya menerima hibah dari skema dana pendamping. Untuk itu bertujuan orientasi dan pengembangan desa wisata yang diwujudkan Untag Surabaya agar dikenal masyarakat luas.
“Tidak hanya untuk memproduksi, tetapi juga untuk membimbing. Sehingga desa wisata yang kita bangun terus hidup dan menjadi ikon desa sekitar,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Tim Program Dana Pendamping sekaligus Dosen Kurikulum Arsitektur Untag, Febby Rahmatullah Masruchin menambahkan, dalam menjalankan program ini, pihaknya telah menggandeng 13 kurikulum yang terdiri dari 31 kegiatan.
Meski sudah diresmikan, wisata Kampoeng Kelengkeng, kata Febby, mengangkat tiga isu terkait infrastruktur produk dan sumber daya manusia (SDM).
Dari sisi infrastruktur, pihaknya berencana merancang masterplan desa, tidak melibatkan Tanah Kas Desa (TKD), namun seluruh desa di Simoketawang saat menjadi desa wisata akan diintegrasikan ke dalam TKDnya.
“Infrastruktur jalan dan sungai yang akan datang yang cukup sempit perlu diatur desain dan tata letak jalan. Kami akan membuat master plan untuk itu,” jelasnya. Kemudian zona selfie di taman berubah menjadi taman afiari dan kelinci.
Masih dalam program yang sama, Febby mengatakan ada beberapa program yang akan dilakukan pada tahun 2023. Seperti bantuan perencanaan terkait tambak. Desain ikon kelengkeng dimasukkan ke dalam program Jawa Timur yaitu pendanaan Desa Berdaya.
“Jadi kami berkolaborasi membuat desain RAB yang diimplementasikan dengan desa-desa mandiri. Kami juga membantu merancang dan menata rumah produksi lengkeng di selatan balai kota,” jelasnya. .
Program lainnya adalah pembuatan program budaya pendukung pariwisata. Diantaranya adalah pembibitan kelengkeng. Dengan demikian, saat wisatawan datang, mereka bisa disuguhi oleh-oleh bibit asli Simoketawang.
Program berikutnya adalah melakukan percontohan terpadu antara peternakan dan pertanian karena biaya terbesar pertanian atau kebun wisata terkait dengan operasional atau pemeliharaan, salah satunya pupuk.
“Kami sedang membuat percontohan pembibitan kambing yang sudah bekerja memakan rumput liar di kebun, kemudian kotorannya bisa dijadikan pupuk di kebun lengkeng,” imbuhnya.
Budidaya kelengkeng madu juga merupakan bagian dari program yang digagas Untag Surabaya. Selain itu juga akan fokus pada pengembangan produk olahan kelengkeng, kopi, selai dan sirup.
“Harapan kami ada unggulan selain wisata alam dimana semuanya bisa dibanggakan dan dijadikan uang. Tamasya tidak hanya berdampak pada desa tapi juga Surabaya Untag,” tutupnya. [ina]

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button