Berita Wisata

Peringatan Perjuangan Rakyat Bali di Tugu Bajra Sandhi – KBK

Monumen Bajra Sandhi, Denpasar, Bali. (Foto: SHUTTERSTOCK/CHRSTDNI)

Posting dilihat: 49

DENPASAR – Selain terkenal dengan wisata alam dan wisata budaya, Bali juga memiliki banyak tempat wisata sejarah. Salah satu ikon sejarah Bali adalah Monumen Gulat Bali atau masyarakat setempat menyebutnya Bajra Sandhi.

Monumen ini berdiri megah di tengah kota Denpasar, tepatnya di kecamatan Niti Mandala, Renon, Denpasar.

Selain digunakan sebagai tempat bersejarah, kawasan di sekitar monumen ini juga ramai dikunjungi warga dan wisatawan hanya untuk kegiatan rekreasi, jalan-jalan, berjualan, mengoleksi, atau berolahraga. Setiap pagi dan setiap malam, lingkungan ini menjadi hidup dengan berbagai kegiatan.

Monumen ini dibangun di atas lahan seluas 13,8 hektar dengan luas konstruksi 4.900 meter persegi. Dindingnya dibuat dengan sistem tulangan beton cor dan dilapisi dengan batu andesit (lahar) untuk menahan guncangan.

Di sekeliling monumen juga terdapat jam peninggalan Belanda, monumen nol kilometer dan hotel tertua Ina Veteran Renon.

Filosofi Bajra Sandhi

Monumen tersebut diberi nama Bajra Sandhi karena bentuk monumen ini menyerupai lonceng pendeta Hindu. Bajra berarti lonceng besar atau lonceng. Di bagian atas adalah pot (kumba) yang melambangkan Guci Amerta.

Nyoman Subawa, salah satu staf pengelola tugu, mengatakan lonceng yang menjulang di atas tugu dimaknai sebagai simbol pertemuan lingga, sisi maskulin, dan yoni, sisi feminin.

Lingga adalah bangunan utama, sedangkan yoni adalah bangunan dasar. Dalam filosofi Hindu, itu adalah simbol pertemuan purusa (laki-laki) dan radana (perempuan) yang membawa kemakmuran bagi kehidupan manusia.

Nyoman Subawa (56), bertanggung jawab atas monumen bersejarah Bajra Sandi selama sembilan tahun. Selama ini melayani semua wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Apalagi, kata Nyoman, bangunan ini juga berdasarkan cerita proyeksi Mandara Giri yang bersumber dari buku Adi Parwa, cerita pertama epos Mahabarata.

“Melalui kisah proyeksi Gunung Mandara, para pencipta monumen Bajra Shandi telah menyampaikan pesan kepada generasi muda bahwa kesuksesan hanya dapat diraih dengan kerja keras, ketekunan, keuletan dan tekad. gotong royong,” kata Nyoman.

Demikian pula bangunan segi delapan melambangkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).

Setiap sisi bangunan ini memiliki landasan filosofis tersendiri. Hal ini terlihat dari 17 undakan gapura utama, 8 tiang besar di dalam bangunan tugu dan tugu yang menjulang setinggi 45 meter.
​​
Angka ini mengacu pada perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah agar bisa merdeka pada 17 Agustus 1945.

Secara horizontal, tugu berbentuk bujur sangkar yang mengacu pada konsep Tri Mandala.

Pertama-tama, Nista Mandala (sisi jaba) bermanifestasi sebagai halaman luar yang mengelilingi monumen yang dilengkapi dengan jalan setapak, taman, tempat duduk dan trek serta lapangan untuk kegiatan olahraga.

Kedua, Madia Mandala (jaba tengah) yang berada pada lapisan kedua bermanifestasi sebagai pelataran yang dikelilingi pagar bangunan yang dilengkapi dengan gapura (Candi Bentar) pada keempat sisinya. Ketiga, Utama Mandala (jeroan) merupakan jantung bangunan yang dikelilingi danau, jalan setapak dan bola-bola kosong di setiap sudutnya.

Secara vertikal, kata Nyoman, gedung ini mengusung konsep Tri Angga. Pertama-tama, Nistaining Utama Mandala adalah lantai paling bawah dari bangunan monumen. Di bagian ini terdapat ruang informasi, ruang pameran, ruang pertemuan, perpustakaan, pusat suvenir, dan toilet.

Kedua, Madianing Utama Mandala merupakan lantai dua yang berisi 33 diorama, yang merupakan tempat untuk menampilkan miniatur perjuangan masyarakat Bali dari masa ke masa. Ketiga, Utamaning Utama Mandala adalah lantai paling atas dimana wisatawan dapat melihat pemandangan kota Denpasar.

33 Diaroma

Monumen ini, kata Nyoman, dirancang oleh generasi muda bernama Ida Gede Yadnya yang masih mahasiswa arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana Denpasar. Dia mengalahkan arsitek seniornya dalam kompetisi yang diadakan pada tahun 1981.

Setelah melalui lomba desain dan gambar, monumen perjuangan rakyat Bali mulai dibangun pada Agustus 1988 dengan anggaran dari Pemprov Bali. Pembangunan monumen ini sempat terkendala oleh depresiasi rupiah pada tahun 1997. Pada tahun 2001, bangunan tersebut selesai dibangun.

Pada 14 Juni 2003, Presiden Megawati Soekarno Putri meresmikan Monumen Perjuangan Rakyat Bali bersamaan dengan pembukaan Pesta Kesenian Bali. Sejak saat itu, monumen ini dibuka untuk umum.

Monumen ini juga dibangun untuk menghormati jasa para pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Beberapa koleksi yang dipamerkan di Museum Monumen Perjuangan Rakyat Bali, antara lain 33 diorama, koleksi foto dan lukisan.

Dalam 33 diorama itulah sejarah kehidupan masyarakat Bali selama empat generasi ditampilkan.

Dalam diorama berukuran 2×3 meter ini, wisatawan dapat melihat kehidupan masyarakat Bali dari zaman prasejarah, zaman Bali kuno, zaman Bali tengah dan masyarakat Bali yang berjuang untuk kemerdekaan.

Dengan pencahayaan yang baik, wisatawan dapat dengan jelas melihat miniatur cerita perjuangan masyarakat Bali. Setiap diorama menerima informasi dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Bali, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Secara berurutan, diorama dimulai di bagian prasejarah Selatan, kemudian berbelok ke kanan searah jarum jam. Tempat pertama dari satu hingga 20, putaran kedua dari 21 hingga 33.

Saat memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, Bali menjadi salah satu basis perjuangan melawan Belanda yang terungkap dalam beberapa pertempuran antara lain Perang Jagaraga (1848-1849), Perang Kusamba (1849), Perlawanan Rakyat Banjar ( 1868), Perang Puputan Badung (1906), Puputan Klungkung (1908).

Juga terjadi perang Puputan Margarana di desa Marga, Tabanan yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai dan Laskar Ciung Wanara yang telah melakukan perlawanan total atau Puputan terhadap Belanda pada tahun 1946.

Jadi, monumen adalah tanda atau pengingat sejarah (memento historia). Demikian pula Bajra Sandhi, dibangun untuk mengenang sejarah dan menghormati para pahlawan yang mempertaruhkan nyawanya.

Oleh karena itu tidak salah, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sendiri telah mempromosikan sejarah Bali melalui paket wisata mengunjungi monumen Bajra Sandhi kepada para delegasi acara Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) pada Mei mendatang. 2022.

Jadi, bagi wisatawan yang ingin mengetahui sejarah Bali dan keindahan arsitektur tradisionalnya, Monumen Perjuangan Rakyat Bali atau Bajra Sandhi adalah pilihan yang tepat.

Sumber: Antara

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button