Berita Wisata

Dicari di Pantai Pasang, ternyata di dekat lokasi mandi korban

Sebelum keluarga menemukan gelar mapekeling dan memperkenalkan Guru Piduka ke tempat kejadian, menurut nunasang kepada orang-orang cerdas, korban disukai oleh makhluk halus.

Korban yang dibawa saat mandi di Tukad Yeh Ho, Banjar yetbang kawasan Kaja, desa yetbang, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, I Ketut Suada, 49, akhirnya ditemukan pada penelitian hari kedua, Jumat (28/10). Korban yang masih lajang ditemukan mengambang 100 meter dari tempat berenangnya.

Jenazah Ketut Suada, warga Desa Banjar Langan, ditemukan. Lokasinya ditemukan di dekat Beji Mapasina atau di sebelah utara. Sebelum ditemukan, petugas menyisir seluruh area Tukad Yeh Ho, termasuk penggeledahan yang dilakukan di Pantai Pasut, Desa Tibubiu, Kecamatan Kerambitan.

Bahkan warga banjar korban sempat mencari dengan bantuan gong. Penggeledahan menggunakan gong menurut kepercayaan populer karena dari maluasin (bertanya pada orang pintar) korban Ketut Suada disembunyikan oleh wong samar. Selain itu, pihak keluarga juga menggelar Upacara Duka Guru Wali Tukad Yeh Ho Mbah Gelek. Karena menurut kepercayaan masyarakat, Tukad Yeh Ho memang angker (angker). Hampir setiap tahun ada insiden orang terpaut.

Kapolsek Kerambitan AKP Ni Luh Komang Sri Subakti mengatakan, korban ditemukan Jumat pekan lalu pukul 15.15 WITA. Tubuh korban tiba-tiba muncul di permukaan air. “Sebelumnya kami melakukan penggeledahan. Termasuk di mana pakaian korban ditinggalkan. Tapi hasilnya nihil. Tiba-tiba, tubuh itu muncul ke permukaan, telungkup,” ujarnya menjelaskan.

Setelah ditemukan, jenazah korban langsung dievakuasi oleh tim gabungan kemudian dibawa ke RSUD Tabanan dengan ambulans untuk pemeriksaan luar. “Keluarga menolak untuk dilakukan otopsi. Nanti kita cari hari yang baik untuk upacara,” jelasnya. Menurut AKP Sri Subakti, setelah dilaporkan hilang pada Kamis (27/10) sore, tim yang terdiri dari Basarnas Bali, Polres Udara Tabanan, BPBD Tabanan, Samapta Polda Tabanan dan Polda Bali langsung melakukan penggeledahan, namun tidak ada korban yang ditemukan. ditemukan. Hingga akhirnya pencarian kembali dilakukan, mulai Jumat pagi hingga sore hari. “Diperkirakan pencarian akan dilakukan hingga pukul 15.00 WITA karena hujan deras di hulu, dikhawatirkan air di Tukad Yeh Ho akan deras. Namun karena masih landai, pencarian akan dilakukan. terus sampai akhirnya jenazah korban muncul,” jelas AKP Sri Subakti.

Sementara itu, sebelum ditemukan sekitar pukul 13.00 WITA, keluarga Ketut Suada telah menggelar upacara mapekeling dan menghadirkan Guru Piduka di lokasi kejadian. Upacara dilakukan menurut nunasang kepada orang-orang cerdas karena Ketut Suada disukai oleh makhluk halus. “Kami menggelar upacara sakral,” kata kakak ipar korban, Pande Made Budawati, saat ditemui di lokasi kejadian.

Menurut dia, Ketut Suada dilaporkan hilang karena tidak pulang semalaman atau hingga Kamis sore. Keluarga mencari di sekitar tegalan di seberang sungai atau di desa Mambang, tetapi tidak ada yang ditemukan. Sebagai gantinya, ia menemukan pakaian dan sepeda motor saudara iparnya diparkir di tepi sungai, bersama dengan slepan (kelapa tua) yang dibawanya dan seekor ayam. “Dia sebenarnya tidak pulang tadi malam, kami sudah bertanya-tanya mengapa dia tidak pulang. Tapi karena dia masih lajang dan belum menikah, kami pikir itu melalui teman. Faktanya, sampai Kamis sore, dia tidak’ tidak pulang. Saya tidak pulang. Kemudian kami laporkan ke yang lain,” kata Budawati.

Menurut Budawati, kehidupan sehari-hari korban terdiri dari pekerjaan sambilan. Kadang mereka menjadi buruh bangunan dan lain-lain atas ajakan teman. Apalagi kelima korban keluarga ini justru mandi dan menyeberang Tukad Yeh Ho setiap hari karena kebetulan ada tegalan di depan desa Mambang. “Kalau habis maburuh pasti ke tegalan dan memberi makan ayam. Biasanya pulang jam 17.00 sore,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Bawahbang I Ketut Dyana Putera membenarkan bahwa di lokasi kejadian, sejak 2020 sudah dua orang dibawa kabur. Namun di sepanjang Tukad Yeh Ho hampir setiap tahun ada event. “Kalau dibilang tenget karena semuanya seperti itu, tapi dalam tradisi Tukad Yeh Ho ada kejadian setiap tahun,” jelasnya.

Menurut Dyana Putera, di tempat mandi korban, terdapat jalan penghubung sepanjang 35 meter antara Desa Yet, Kecamatan Kerambitan dan Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur. Rute tersebut dibuat oleh warga secara mandiri. “Itu jalur alternatif, kalau warga kita mudik, harus lewat jalur ini. Karena kalau lewat jalan pintas sampai 3 kilometer. Selain itu, warga Mambang masuk ke pasar Kerambitan,” ujarnya.- dia menjelaskan. *dari

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button