Berita Wisata

Kebangkitan Budaya & Wisata Alam, Dispar DIY Permudah Hari Budaya Perjuangan

Harianjogja.com, BANTUL—Kantor Pariwisata DIY memfasilitasi acara tersebut Festival Budaya Pertarungan Di mana Pertarungan Festival Budaya (TCF) digelar di Gerbang Banyu Langit, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Bantul, Jumat hingga Minggu (28-30/10/2022). Festival ini merupakan upaya Dispar untuk membangkitkan wisata budaya dan alam.

Kepala Bidang Destinasi Wisata Budaya Dispar DIY Kurniawan mengatakan selain untuk membangkitkan pariwisata, TCF digunakan untuk mengangkat UMKM sekitar. “Acara ini bertujuan untuk menghidupkan kembali pariwisata berbasis budaya dan alam dan menghidupkan kembali UMKM serta menghidupkan ekonomi kreatif di sekitar,” kata Kurniawan, Senin (31/10/2022).

Kurniawan mengatakan Dispar DIY mendanai sebagian pelaksanaan TCF 2022. “Kami mengalokasikan anggaran melalui paket fasilitasi acara untuk mendukung acara yang bernilai sekitar Rp 15 juta ini,” katanya.

DIPROMOSI:

Kepresidenan Indonesia di G20, momentum untuk mengeluarkan dunia dari krisis global

Sementara itu, Ketua Panitia Combat Culture Fest Kuswirawan mengatakan TCF 2022 dibagi menjadi dua acara. “Khusus untuk hari Jumat dan Sabtu untuk budaya sedangkan untuk hari Minggu acara modern untuk anak muda,” kata Kuswirawan, Senin.

Agenda yang ditampilkan di TCF juga menarik. Iwan menjelaskan, ada unjuk rasa tentang sungai pada Jumat (28/10/2022). “Hari yang sama [Jumat] ada Ketoprak Tobong dari grup Suryo Bawono. Kemudian pada hari Sabtu [29/10/2022] pagi dilanjutkan ke prosesi Merti Kali dan Minggu [30/10/2022] ada pesta diperban dan jalan sehat,” ujarnya.

Dia menjelaskan, nama Pertarungan Festival Budaya diambil dari ikon pintu Banyu Langit yaitu pertarungan. Pertempuran adalah titik di mana dua sungai bertemu. “Ada dua sungai di sini, yaitu Sungai Opak dan Sungai Gawe,” katanya.

Alasan penunjukan Merti Kali sebagai bagian dari TCF kali ini adalah pengenalan terhadap Merti Dusun yang sudah ada. “Dusun Merti adalah hasil akhir dari proses kehidupan. Dusun Merti digunakan untuk merayakan panen, hasil kerja mereka. Nah, kami mengadakan merti kali karena waktu itu sumber merti di dusun tadi. Hasil yang kami hasilkan sekarang memiliki sumber di sungai selain awal peradaban,” katanya.

Soal pariwisata, Iwan mengatakan sungai Opak dan Gawe layak untuk dipajang dengan pemandangan. “Ini [sungai] layak dipajang untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar. Sebagai tanggung jawab kita ya, kita harus menjaga sungai,” lanjutnya.

Baca lebih banyak berita dan artikel di Google Berita

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button