Berita Wisata

Pengembangan wisata halal dan brand image destinasi Deswita Munding, narasumber UIN Walisongo, mendampingi Pokdarwis

Seminar Suasana Pengembangan Wisata Halal dan Destination Branding Bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Desa Wisata Munding, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Walisongo Semarang. (Foto. UIN Walisongo)

SEMARANG (Sigi Jawa Tengah) – Nur Hidayati dan Fenny Bintarawati dosen UIN Walisongo Semarang menggelar seminar tentang pengembangan wisata halal dan brand image destinasi. Seminar ini merupakan wujud dari program pengabdian masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Walisongo Semarang. Program pengabdian ini berfokus pada pendampingan komunitas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Desa Wisata Munding, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.

Bertempat di Desa Munding, Kabupaten Semarang, seminar ini diikuti oleh sekitar 50 orang warga Desa Munding. Turut hadir dalam kegiatan tersebut aparat desa Munding, petugas dari Pokdarwis dan perwakilan dari masing-masing RT di desa Munding.

Nur Hidayati, ketua tim pengabdian, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kawasan Munding memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai wisata halal.

“Kemarin tim kami menawarkan untuk mengadakan pelayanan di desa wisata di Munding ini karena desa wisata ini memiliki potensi wisata halal,” katanya, Selasa (1/11/2022).

Dalam sambutannya, Romdoniyatun, Kepala Desa Munding menjelaskan dinamika perjalanan Pokdarwis. Kepala desa perempuan ini mengakui bahwa Pokdarwis membutuhkan pendampingan lebih banyak karena banyak program desa wisata yang tidak berjalan karena kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.

“Pokdarwis selalu membutuhkan bantuan dan pelatihan. Ya, begitulah untuk saat ini. Mungkin karena anggotanya tidak bermain cukup jauh,” katanya.

Menurut Romdoniyatun, desa wisata Munding memiliki potensi yang menarik dalam bidang wisata halal. Ada wisata religi dan wisata alam yang penuh pesona, namun akibat Covid-19 yang melanda, desa wisata itu sepi.

“Mohon bantuannya dengan berbagai upaya agar berjalan dengan baik. Saya juga akhirnya menolak beberapa wisatawan di Munding karena pengelolaan pascapandemi tidak maksimal. Semoga setelah itu desa wisata Munding bisa lebih baik lagi. ditingkatkan,” harapnya.

Hadir sebagai narasumber dalam seminar ini adalah Ubbadul Adzkiya’ dan Muhamad Yusuf dari Yayasan Bantuan Masyarakat (YPK) eLSA Semarang. Ubbadul Adzkiya’ Saat menyampaikan materi, beliau mengatakan bahwa saat ini desa telah menjadi subyek pembangunan, bukan lagi obyek. Oleh karena itu, desa juga memiliki kemandirian untuk mengembangkan potensinya.

“Dulu desa hanya menjadi obyek, hanya menjadi sasaran, yang utama desa menjadi sasaran program pemerintah. Jika mencermati UU Desa yang diundangkan tahun 2014, desa kini berkembang sebagai subjek, sebagai aktor. Artinya desa menjadi mandiri dengan adanya dana desa dan lain-lain dana yang ada di desa guna menjadikan desa lebih maju dan sejahtera dengan mengembangkan potensi yang ada di dalamnya,” jelasnya.

“Kami harap kalian akan berdiskusi bersama bagaimana kita bisa membangun persatuan. Semuanya ada di sini. Ada jajaran pemerintah desa, BPD dan sebagainya. Kami memiliki kekuatan untuk memajukan desa dari ‘desa lain’, katanya.

Fokus pada potensi, bukan masalah
Pendekatan pemecahan masalah, menurut Muhammad Yusuf, pembicara pelatihan, justru akan menghambat pengembangan potensi desa wisata Munding karena warga hanya akan fokus pada permasalahan.

“Jika kita bertanya tentang masalah, setiap orang dan setiap organisasi pasti memiliki masalah masing-masing. Jika kita menggali potensi tetapi fokus pada masalah, ya, yang akan muncul hanyalah masalah. Yang terpenting menurut saya bagaimana mengubah masalah menjadi potensi,” kata Yusuf.

Dalam paparannya, Yusuf mengajak masyarakat sekitar untuk mengapresiasi upaya teman-teman Pokdarwis yang telah berusaha memajukan desa melalui pengembangan pariwisata.

“Jadi saya tidak akan banyak bicara, saya dorong saja. Dan faktanya sekarang beberapa tahun ini sudah ada bentuk pariwisata dan produksi, walaupun jumlahnya tidak terlalu besar, tapi tetap harus kita hormati karena setelah semua itu adalah potensi,” katanya.

Selain mengajak warga untuk mengapresiasi segala upaya yang dilakukan Pokdarwis, Yusuf mengajak warga untuk berefleksi. Menurutnya, refleksi itu penting karena banyak langkah yang telah dilakukan, sehingga kita harus bertanya pada diri sendiri apa yang bisa kita lakukan bersama di masa depan. Ia juga menyebutkan beberapa hal yang sudah disampaikan kepala desa di awal, seperti pengembangan olahan pangan lokal, homestay, wisata air dan wisata halal di Desa Wisata Munding.

Selain itu, tim pengabdian UIN Walisongo akan fokus membantu pengelolaan wisata halal dan mengembangkan branding atau promosi destinasi di desa wisata Munding. “Saya berharap dengan dedikasi kami dari UIN Walisongo, kami dapat lebih memajukan pariwisata Halal dan branding destinasi yang sebelumnya ada di desa ini.” kata Fenny Bintarawati. (mushonifin)

Baca lebih banyak berita

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button