Berita Wisata

Kersik menggeliat menuju desa wisata

BALIKPAPAN – Perjalanan dari Kota Samarinda menuju Desa Kersik di Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartengara, Kalimantan Timur memakan waktu sekitar tiga jam. Perjalanan menuju desa yang baru saja mendapatkan Sertifikat Utama Program Iklim Desa (Proklim) 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini tidak selalu mudah, ada beberapa tempat yang masih melintasi jalan rusak.

Begitu juga dengan sinyal telekomunikasi yang terkadang hilang di beberapa tempat. Namun, sesampainya di Pantai Kersik, destinasi ekowisata dan edukasi mangrove baru di Desa Kersik, sinyal telekomunikasi dari sejumlah operator telekomunikasi lancar dan cepat.

Menurut Kepala Desa Kersik Jumadi, salah satu pengembangan yang dilakukan adalah desa digital. “Jadi Kersik bisa ramai ditonton sekarang ini,” ujarnya saat ditemui di kawasan pantai Kersik, Rabu (2/11).

Selain telekomunikasi, berbagai fasilitas telah dibangun di Pantai Kersik, seperti homestay, hingga toilet umum. Pantai Kersik sebagai destinasi wisata memang belum sempurna, namun memiliki potensi yang cukup besar jika dikembangkan dengan baik. Khususnya di Kaltim. wisata pantai masih terbatas jumlahnya.

“Tujuan kami menjadikan Kersik sebagai desa wisata. Desa mandiri yang berkelanjutan,” kata Jumaidi.

Jumadi mengaku sebagian besar pengunjung Pantai Kersik berasal dari Samarinda dan Bontang. Untuk itu, pemerintah desa sadar harus berbenah terlebih dahulu sebelum menjadi desa wisata. “Kami terus mengedukasi masyarakat agar Kersik layak dikunjungi,” kata Jumadi.

Tidak hanya masalah ekonomi dan sosial masyarakat, pembangunan desa Kersik melalui pendampingan dan pendampingan PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) juga tidak melupakan lingkungan. Selain itu, perkembangan desa-desa di kawasan Ring 1 operasi migas di hulu PHKT, khususnya Daerah Operasi Utara (DOBU) bersumber dari isu lingkungan yaitu abrasi.

Masalah lingkungan ini secara bertahap diperbaiki oleh masyarakat dengan bantuan PHKT. Bahkan Desa Kersik yang menjadi desa binaan program Corporate Social Responsibility (CSR) PHKT menerima Penghargaan Sertifikat Program Desa Iklim Utama (Proklim) 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Selasa, 25 Oktober 2022.

Proklim merupakan acara review berskala nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Komponen evaluasi adalah peningkatan kapasitas terkait kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Desa Kersik dipilih karena mampu melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Salah satunya adalah pengelolaan sampah, pengembangan bank sampah dan pengelolaan bank sampah.

Desa Kersik juga rutin melakukan penanaman mangrove dan pembangunan burung pegar. Kedua hal ini dilakukan untuk menghindari abrasi yang terjadi di sepanjang pantai. “Tahun ini kami telah menanam 1.000 pohon bakau seluas 0,1 ha jenis avicenia,” kata Syamsul Maarif, pengelola kelompok sahabat bakau di Desa Kersik.

Menurut Syamsul, penanaman mangrove dimulai pada 2018 dengan penanaman 180 bibit mangrove. Perkebunan ini terus berkembang dan hingga saat ini memiliki 8.000 spesies mangrove Rhizophora sp. di Pantai Biru Kersik dan 10.000 pohon bakau di bagian utara dan selatan Pantai Biru Kersik yang telah ditanam. Untuk menghindari abrasi di pantai Biru Kersik, telah dipasang 1.000 Geobag Pegar (pemecah gelombang ambang rendah). Selain membuat petak ikan di pantai biru Kersik.

Secara terpisah, Djujuwanto, Direktur Utama Sub-Operasi Hulu Zona 3 Kalimantan Regional, Pertamina, mengatakan bahwa strategi roadmap Desa Wisata Kersik, program Dersik untuk tahun 2022 meliputi pembuatan paket pendidikan bahari, bantuan pengembangan wisata pantai (sarana penunjang). dan infrastruktur), pelatihan promosi dan penjualan produk unit usaha ekonomi, perluasan cakupan pemasaran eduwisata dan melibatkan PKK, UMKM dan BUMDES.

Untuk tahun 2023, strateginya adalah memaksimalkan jumlah nasabah bank sampah, membentuk kelompok baru dan memperkuat kelembagaan kelompok yang sudah ada, mengembangkan unit usaha ekonomi kelompok (homestay, pemandu wisata, produk UKM, dll), penanaman mangrove, pembangunan pagar, rusun nelayan dan kerjasama kemitraan kelembagaan antara Sahabat Mangrove, Pokdarwis dan BUMDES. “Sekaligus mereplikasi restorasi mangrove di desa lain,” kata Djujuwanto.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button