Berita Wisata

Ekosistem laut yang tidak terlindungi, sehingga menjadi sumber bencana

Penampilan Universal Orchestra bertajuk “Ghurnita Samudra Murti” yang diselenggarakan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud dan didukung oleh Desa Ketewel di Kabupaten Gianyar pada Sabtu (12/11). (BP/Khusus)

GIANYAR, BALIPOST.com – Koordinator Staf Khusus Presiden AAGN Ari Dwipayana menekankan pentingnya menjaga kelestarian ekosistem laut agar laut memberikan manfaat dan menjadi sumber kehidupan masyarakat. Ekosistem laut seperti pantai yang tidak terjaga, bahkan praktik pembukaan hutan bakau hanya untuk membangun tempat menikmati sunset atau sunrise dapat membuat laut menjadi bencana bagi masyarakat.

Hal itu disampaikan Ari saat membuka Universal Orchestra Show bertajuk “Ghurnita Samudra Murti” yang diselenggarakan Yayasan Puri Kauhan Ubud dan didukung oleh Desa Ketewel di Kabupaten Gianyar pada Sabtu (12/11). Pentas seni yang mengusung pesan kepedulian kepedulian menjaga kesucian air dan laut hasil kerjasama antara Gamelan Yugananda, Bumi Bajra, Ayu Laksmi, Alien Child dan Wayang Sunar ini juga dihadiri oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki serta Direktur Jenderal Penataan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan Victor Gustaf Manopo.

“Laut sangat penting bagi sistem kepercayaan dan kehidupan masyarakat Bali. Laut memiliki dua wajah “Buto” dan “Tuhan”. Menghadapi “buto” itu seperti penderitaan akibat wabah, bencana, dan sejenisnya yang berasal dari laut. Sedangkan wajah dewa laut menunjukkan bahwa sumber kehidupan ada di dasar lautan,” kata Ari yang juga Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud.

Menurut Ari, konteks saat ini adalah bahwa laut adalah sumber kehidupan bagi semua orang, bukan hanya nelayan, pemandangan laut yang menyediakan sumber ekonomi, pangan, dan juga berperan penting dalam ketahanan iklim “karbon biru” .

Ekosistem pesisir juga telah disebutkan oleh berbagai penelitian sebagai sumber penyerap karbon yang dapat membuat kita beradaptasi dengan fenomena perubahan iklim saat ini, kata Ari dalam keterangannya.

Namun, Ari menjelaskan saat ini laut terancam. Terumbu karang yang telah melindungi masyarakat selama jutaan tahun telah dirusak, dijarah dan hutan bakau banyak ditebang demi tempat menikmati matahari terbenam atau matahari terbit. Bahkan, laut telah menjadi tempat pembuangan sampah raksasa.

Tak heran, akhir-akhir ini banjir bandang kerap terjadi di Bali. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang salah dengan pengelolaan sistem lingkungan saat ini.

Sementara itu, Teten Masduki dalam sambutannya mengatakan bahwa isu lingkungan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Upaya penyadaran akan pelestarian lingkungan harus terus dilakukan. “Kita memiliki kekuatan ekonomi lokal dari hasil laut. Sebagai perbandingan, salah satu pendapatan terbesar Norwegia saat ini berasal dari peternakan ikan salmon. Luar biasa, padahal Indonesia punya tuna, lobster, dan lain-lain, itu harus jadi kekuatan ekonomi kita,” kata Teten.

Dijelaskan Teten, saat ini banyak start-up yang digagas oleh pemuda yang fokus mengembangkan bisnis kemaritiman bekerjasama langsung dengan para nelayan Indonesia. Beberapa aplikasi tersebut mulai dari Aruna, e-fishery, Multiply, Delos, hingga Fish Log. (km/pos bali)

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button