Berita Wisata

4 Mitos di Banyuwangi Tentang Penanggulangan Bencana Purba

Banyuwangi

Masyarakat zaman dahulu menularkan mitigasi bencana dengan mitologi atau mitos. Sedemikian rupa sehingga banyak mitologi berkembang hingga saat ini.

Seperti mitologi Nyi Roro Kidul, Semar, Damar Wulan, Minak Jinggo hingga Harimau Putih yang ditunggangi Prabu Tawang Alun.

“Banyak mitologi seperti yang dijelaskan di buku Pararaton. Penjelasannya berupa lagu, tarian sehingga mudah dipahami oleh masyarakat,” kata Ketua Harian Ijen Geopark Abdillah Baraas. Jawa TimurMinggu (13/11/2022).

1.Nyi Roro Kidul

Abdillah membahas tentang mitologi Nyi Roro Kidul atau biasa disebut dengan Ratu Pantai Selatan. Dia mengatakan bahwa mitologi itu berasal dari tahun 1600-an. Saat itu, tsunami dahsyat melanda bagian selatan pulau Jawa.

“Salah satu tokoh mitologi yang cukup familiar bagi masyarakat Jawa khususnya Banyuwangi adalah sosok Nyi Roro Kidul,” jelasnya.

Dalam cerita yang berkembang di masyarakat, Nyi Roro Kidul digambarkan sebagai wanita cantik yang dipercaya sebagai penguasa pantai selatan.

Nyi Roro Kidul berpakaian hijau tua, bermahkota anggun, memiliki banyak prajurit dan suka menunggangi kereta khas kerajaan.

“Dalam cerita di mana sebuah tragedi atau bencana terjadi di Laut Selatan, angka ini sering dikaitkan. Biasanya orang mengatakan bahwa bencana yang terjadi adalah akibat dari kemarahan ratu,” jelasnya.

Padahal, tanah air tercinta kita ini diapit oleh Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Lempeng itu bisa bergerak dan menyebabkan gempa bumi. Gempa kemudian dapat menyebabkan tsunami.

“Jadi kalau dijelaskan secara ilmiah pada masa itu, tidak akan masuk ke masyarakat. Karena pada masa itu sumber daya manusia masyarakat jaman dulu belum secerdas sekarang”, tambahnya.

Selain itu, mitos Nyi Roro Kidul merupakan mitigasi bencana agar masyarakat lebih waspada. Dengan demikian, ketika tsunami terjadi, dampaknya bisa diminimalisir.

2. Nenek Semar

Semar merupakan salah satu tokoh wayang yang karakternya ditiru oleh masyarakat Jawa. Ia digambarkan memiliki perawakan seperti orang tua dengan tubuh gemuk, dengan ciri khas rambutnya dikuncir atau ekor kuda.

Ada banyak versi tentang asal usul tokoh Semar. Namun, semua mengatakan bahwa Semar adalah perwujudan dewa.

Penampakan Semar konon terjadi di Banyuwangi. Tepatnya saat Gunung Raung meletus pada tahun 1593.

Namun, hilangnya puncak Gunung Raung dan munculnya Semar dapat dijelaskan secara ilmiah.

Abdillah mengatakan itu adalah gugusan awan yang dihasilkan dari letusan Plinian. Yang ditandai dengan ledakan gas dan abu vulkanik, yang menyembur tinggi ke stratosfer. Stratosfer adalah lapisan udara di atas troposfer.

Karakteristik utamanya adalah emisi batu apung dalam jumlah besar. Ada juga letusan gas yang kuat dan bertahan lama.

Letusan singkat bisa berlangsung kurang dari sehari. Namun lama letusannya bisa mencapai beberapa bulan.

Letusan panjang diawali dengan terbentuknya awan abu vulkanik, terkadang disertai aliran piroklastik. Jumlah magma yang dikeluarkan begitu besar sehingga puncak gunung bisa runtuh, menciptakan kaldera. Abu halus dapat menyebar di area yang sangat luas.

“Secara visual, awan panas yang keluar saat erupsi Plinian menyerupai Semar. Jumlah magma yang dikeluarkan begitu besar sehingga puncak gunung bisa runtuh, sehingga memunculkan istilah Semar Nendang Pucuk Raung,” ujarnya.

Selain itu, mitos Semar merupakan mitigasi bencana agar masyarakat lebih waspada. Sehingga ketika gunung berapi meletus, bisa meminimalisir dampaknya.

Tonton video “5 mitos gerhana yang dibantah oleh sains”
[Gambas:Video 20detik]

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button