Berita Wisata

Tak Hanya Sebagai Simbol Batas Kota, 3 Gapura Jadi Tempat Rekreasi Masyarakat

centralnews|Medan ~ Pembangunan tiga pintu gerbang kota Medan saat ini sedang berjalan dan sudah memasuki tahap konstruksi. Selain mengusung konsep yang berarti perkembangan kota Medan semakin hari semakin meningkat, ketiga gapura tersebut juga tetap dominan menyimbolkan ikon etnik Melayu yang diselimuti etnik lain di ibu kota provinsi utara Sumatera itu.

“Kota Medan merupakan kota yang berkembang sangat dinamis dan terdiri dari berbagai etnis, namun etnis melayu tetap menjadi yang menonjol,” ujar Kepala Dinas Permukiman dan Tata Ruang (PKP2R) Kota Medan Endar Sutan Lubis saat Podcast Sikombur Meletube Gawean di Bagian Protokoler dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Setdako Medan di Medan Club beberapa hari lalu. Dalam podcast yang juga dihadiri Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Medan, SI Dongoran dan pengurus Yayasan Sultan Makmun Al Rasyid T Makmun Al Rasyid, Endar mengatakan tiga pintu gerbang di Jalan Gatot Subroto (Kampung Lalang), Jalan Sisingamangaraja (Amplas) dan Jalan Jamin Ginting (Tuntungan) direnovasi karena terlalu tua dan desainnya terlalu monoton. “Ketiga gapura lama perlu direnovasi karena sudah terlalu tua dan desainnya terlalu monoton. Kami renovasi dengan meminjam amanah walikota dengan mewujudkan konsep kekinian tanpa menghilangkan identitas kota Medan, termasuk ornamen Melayunya,” jelasnya. Endar mengungkapkan, biaya yang digunakan untuk renovasi tiga gapura sekitar Rp 9 miliar lebih, rincian biaya renovasi gapura Amplas sekitar Rp 4 miliar, gapura Kampung Lalang Rp 3,5 miliar lebih dan gapura Kampung Lalang Rp 3,5 miliar lebih. Gerbang Tuntungan Rp 2,4 miliar. Dikatakannya, gapura Amplas dan Kampung Lalang memiliki ikon Keris melayu. Sedangkan di Gerbang Tuntungan, jelasnya, identitas melayu direduksi, namun etnis Karo lebih ditekankan, seperti penyajian Sapu Angin dan Tumbuk Lada. Renovasi ketiga gapura itu, jelas Endar, dilakukan oleh seorang arsitek dan ahli pertamanan Bandung. Bahkan, katanya, dia adalah presiden dari Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia (IALI). Pembangunan tiga gerbang tersebut diharapkan selesai pada Desember mendatang. Lebih lanjut Endar mengungkapkan, ketiga gapura yang akan direnovasi tidak hanya melambangkan batas antara Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, tetapi juga menjadi tempat rekreasi masyarakat karena akan dibangun taman termasuk tempat istirahat bagi orang yang keluar masuk Kota Medan. . . Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan, SI Dongoran menjelaskan, tujuan revitalisasi gapura tersebut agar masyarakat yang masuk ke Kota Medan mengetahui bahwa Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara sekaligus sebagai ibu kota Provinsi Sumut. kota terbesar ketiga. di Indonesia. Dongoran menjelaskan, konsep gapura yang akan dibangun mencerminkan perkembangan yang sedang berlangsung di Kota Medan yang semakin meningkat dan berkembang. Karena itu, jelasnya, bentuk gapura akan dibuat meruncing ke atas. “Gerbang baru ini akan mencerminkan suasana kekinian yang melambangkan Kota Kreatif Medan dalam mencapai tujuan yang tertuang dalam visi dan misi Walikota Medan,” ujar Dongoran. Selain penjelasan Kadis PKP2R Kota Medan tentang taman tersebut, Dongoran menjelaskan taman yang akan dibangun nantinya dapat dinikmati oleh banyak orang. Ada taman bunga, taman bermain untuk anak-anak dan tempat istirahat. Selain itu, lanjutnya, juga akan ada selfie corner (spot foto) dengan konsep berbeda. “Nanti sistem pengelolaan taman, kami akan mengelola dan merawatnya secara langsung. Setiap taman memiliki mandor yang memantau dan beberapa petugas kebersihan. Taman ini gratis dan terbuka untuk umum. Sedangkan T Makmun Al Rasyid, selaku Direktur Yayasan Sultan Makmun Al Rasyid sangat mengapresiasi konsep renovasi tiga pintu tersebut, katanya konsep yang akan ditampilkan Pemko Medan ini menunjukkan bahwa dirinya ingin tampil di luar kewajaran. menjelaskan, sebelumnya konsep tersebut terkesan agak kaku, namun kini terlihat lebih modern dan up-to-date.” Upaya Pemko Medan untuk menggabungkan dua konsep ternyata. Konsep modernisasi yang satu cenderung lebih fleksibel dan konsep budaya yang lain cenderung kaku. Saya sangat mengapresiasi upaya Pemko Medan untuk memadukan kedua konsep ini. Saya berharap ketika orang berkunjung ke pintu gerbang, mereka tahu kota ini seperti apa, identitasnya seperti apa,” harap Makmun Al Rasyid. Selain gapura, Makmun Al Rasyid juga berharap Pemko Medan juga memperbaiki gapura dengan pembenahan kota. “Saya harap Pemko Medan juga mensinkronkan desain pintu depan Kota Medan dengan ruangan alias kotanya,” sarannya. Lebih lanjut, Makmun Al Rasyid mengemukakan bahwa budaya merupakan identitas suatu daerah. Artinya, budaya tersebut tidak akan dihilangkan dan tidak mungkin dihilangkan. Sebab, lanjutnya, karakter masyarakat suatu daerah terbentuk dari budaya yang sudah ada sejak lama. “Pemerintah sedang bekerja, merancang sebuah kota sebagai titik awal dengan terlebih dahulu melihat budaya yang ada. Dari situ pemerintah bisa melihat karakteristik masyarakat seperti apa, lalu programnya bisa ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak mungkin kehilangan jati diri mereka yang sebenarnya,” pungkasnya. Dalam kesempatan tersebut, Makmun Al Rasyid juga berharap agar Pemko Medan melalui OPD menginformasikan dan mensosialisasikan pembangunan ketiga gerbang tersebut. Sebab, kata dia, sebagian orang menilai revitalisasi yang dilakukan akan menghilangkan simbol atau identitas melayu. Kondisi ini terjadi karena minimnya informasi yang diterima masyarakat terkait detail pembangunan ketiga pintu gerbang tersebut. “Karena minimnya informasi detail, masyarakat menilai revitalisasi gapura akan menghilangkan identitas melayu. DPO terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Dinas Komunikasi dan Informatika dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa revitalisasi yang sedang berjalan, Pemko Medan tidak tidak ingin menghilangkan identitas melayu di pintu tersebut,” terangnya.(SB/01)

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button