Berita Wisata

Berkah Kiriman Sampah Bagi Penjual Kayu Bakar

MANGUPURA, Nusa Bali
Sampah yang terus dikirim ke Pantai Kuta, Kecamatan Kuta, Badung ini bukan sekadar wabah tersendiri.

Pasalnya, kedatangan tong sampah itu justru menjadi berkah tersendiri bagi sebagian orang, khususnya penjual kayu bakar. Bahkan, para penjual kayu bakar ini bisa mengambil satu kumpulan kayu per hari dan menjualnya kembali ke beberapa perusahaan.

I Nyoman Sutarma adalah salah satu dari sekian banyak penjual kayu bakar yang menggunakan remitan. Pria yang berdomisili di kawasan Gelogor Carik, Denpasar, itu mencari kayu di kiriman sampah yang dibuang tepat di luar Setra Asam Celagi, Kuta, pekan lalu. Bahkan, pihaknya sengaja mengerahkan unit pick-up dan juga senso (alat pemotong kayu) untuk memudahkan proses pemisahan dan pengangkutan. Berkat penggunaan sensor, kayu berukuran besar pun sangat mudah dibelah dan memiliki keuntungan dijual ke sejumlah perusahaan komersial. “Limbah yang kami gunakan sebagian besar adalah limbah kayu. Banyak kayu yang diangkut ke pantai Kuta dan itu yang kami ambil untuk dijual kembali,” jelasnya saat sesi operasi kehutanan di Serta Asam Celagi, Kuta, Jumat (18/11). ).

Diakuinya, kayu yang terkumpul dari Pantai Kuta akan dijual kembali ke sejumlah usaha seperti babi guling, pabrik tahu, laundry, pakaian, kedelai, dan lain-lain. Padahal, kata dia, kayu ini banyak diminati karena memiliki ukuran yang besar dan mudah terbakar. Ia juga tak memungkiri ada beberapa proses sebelum kayu bakar tersebut dijual. Dimana, dia harus membelahnya terlebih dahulu dan mengeringkannya, karena di dalamnya masih ada sedikit air laut.” Jadi sebelum dijual memang harus dicacah lagi dan dikeringkan. keluar,” jelas Sutarma.

Pria yang mengaku tinggal di kawasan Gelogor Carik Denpasar ini mengaku sudah 3 tahun mencari kayu di Pantai Kuta. Karena dia tahu kalau musim sampah cukup banyak kayu yang dibawa ke Kuta. Selain itu, sampah juga dipersilahkan oleh agen, untuk diambil sendiri. Karena dia tahu cukup untuk mengurai sampah yang dikirim ke pantai. Sayangnya, tidak semua orang mengetahuinya, meski pendatang yang tinggal di Bali diketahui sangat tertarik untuk menemukan kayu ini. “Saya sudah lama mengoleksinya. Ya, tiga tahun terakhir ini saya mulai mencari kayu di sini,” ujarnya mengakui harga kayu bakar yang dikoleksi dikirim ke pengapalan mencapai Rp 300.000.

Ia juga bercerita bahwa saat mulai mencari kayu, cukup sulit menemukannya saat musim hujan tiba. Bahkan, ia mengaku saat itu sedang kehabisan stok, karena permintaan yang cukup banyak. Untuk itu, pihaknya kemudian berupaya mencari bahan baku di kawasan pesisir. Tak hanya di Kuta, ia juga beberapa kali mencari kayu yang dikirim ke pantai Gianyar dan pantai kawasan Jembrana. Apalagi saat musim hujan dan saat terjadi banjir rob yang terjadi di daerah tersebut. “Dulu, sebelum Covid-19, 2 pickup bisa habis dalam satu hari. Jadi waktu itu saya sedang mencari kiriman potongan kayu ini. Tapi karena Covid, sekarang saya agak lambat mencarinya. Saya bisa menjual maksimal 1 carry per hari,” jelasnya.

Selain karena masih banyaknya usaha laundry yang tutup, penurunan minat usaha dalam memanfaatkan kayu bekas limbah ini disebabkan karena bahan bakunya saat ini cukup mahal. Untuk itu, perusahaan diketahui membatasi jumlah produksi, sehingga mereka juga memesan kayu lebih sedikit. Untuk itu, saat itu, ia mengaku cenderung mencari kayu sendirian dengan berbekal mobil pick-up dan mesin senso. Padahal sebelumnya, dia bisa mengundang 4 pekerja dan menugaskan truk yang dia miliki di gudang. “Saat ini kami hanya bisa mengangkut 2 buah pickup kayu bekas. Sebelumnya kami bisa mengangkut 5 buah pickup kayu bekas, truk juga dikerahkan lebih banyak. Untuk 1 buah pickup kayu yang dikirim biasanya dijual Rp 300.000. Harganya relatif lebih murah dari kayu, ” dia menyimpulkan. *dar

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button