Berita Wisata

Kawasan Bedono Sayung dan 3 Tempat Lain di Jawa Tengah Menjadi Sasaran Proyek Konservasi Konsep NBS

TRIBUNJATENG.COM, DEMAK – Kawasan Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang terkena abrasi menjadi sasaran konservasi.

Konservasi lahan yang menggunakan konsep Nature Based Solution (NBS) dan didukung dengan pendekatan kolaboratif Pentahelix yang melibatkan pemangku kepentingan dilakukan di lokasi.

Upaya ini dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mendorong pendekatan ekonomi hijau guna menangkap potensi pengembangan bisnis ke depan.

Baca Juga: Belanda dan Senegal Lolos, Berikut Hasil Lengkap dan Klasemen Final Grup A Piala Dunia

Baca Juga: Polres Demak Berikan Bantuan Sosial Kepada Korban Gempa Cianjur

Baca juga: Lilik Ngesti: Pengembangan dan Pelestarian Budaya Desa Melalui Kelompok Kerja Adat Adat

Kegiatan ini diinisiasi oleh pemerintah, swasta dan akademisi lingkungan.

Dari pihak swasta, Bank Mandiri menjadi motor penggerak gerakan konservasi ini dengan dukungan pemerintah Kabupaten Demak dan civitas akademika UGM.

Manager Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Rohan Hafas menjelaskan bahwa Bank Mandiri melakukan konservasi awal dengan konsep NBS di Desa Bedono, Kecamatan Sayung Demak dan tiga titik lokasi lainnya yang ke depannya akan diperluas secara bertahap ke berbagai titik di Indonesia hingga mencapai 500 Ha. .

“Program yang dilaksanakan Bank Mandiri sejalan dengan komitmen keberlanjutan perusahaan untuk menjadi juara keberlanjutan Indonesia untuk masa depan yang lebih baik, di mana salah satu tujuannya adalah mencapai operasional net emisi nol (NZE) pada tahun 2030,” kata Rohan dalam keterangan tertulis penyataan. .

Revitalisasi berkelanjutan diperkenalkan dengan metode inovatif dan praktik terbaik di mana Bank Mandiri melibatkan kolaborasi pentahelix, yaitu pemerintah daerah, departemen lingkungan hidup, kelompok tani dan akademisi atau praktisi lingkungan.

Pihaknya juga mendorong pemberdayaan ekonomi kreatif warga setempat, termasuk memberikan pendanaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi inklusif dan kemandirian masyarakat.

“Melalui program ini, kami juga akan mengembangkan desa ekowisata dan pertumbuhan ekonomi inklusif melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada petani kerang, ekspedisi truk kargo, penyewaan perahu, pemanen ikan dari laut, kepada pemilik sewa perahu, hingga toko kelontong. Langkah ini juga kami tempuh dengan upaya digitalisasi transaksi di daerah dengan memasang standar kode QR Indonesia (QRIS) di sejumlah kios di tempat konservasi,” jelas Rohan.

Sebagai bagian dari pemberdayaan desa ekowisata, kawasan ini kami investasikan pada spot-spot foto Instagrammable dan mendorong pemberdayaan ekonomi kreatif warga sekitar dari olahan mangrove seperti mangrove chips, kopi mangrove, dodol dan sirup mangrove.

Kami juga akan bekerjasama dengan komunitas ini untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan digital marketing untuk Rumah BUMN Bank Mandiri,” pungkas Rohan.

Sementara itu, Regional CEO Hendra Wahyudi menyampaikan bahwa pada tahap awal ini, Bank Mandiri bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada untuk menindaklanjuti beberapa tahun ke depan dan menanam kembali bibit mangrove yang tidak tumbuh baik di bronjong yaitu yang langsung ditanam di ditumbuk dengan ajir tulangan bambu.

Program ini juga terdaftar dalam sistem registrasi nasional untuk mendapatkan ICER (Indonesia Certified Emission Reduction).

Proyek awal yang berlokasi di Desa Bedono (Demak), Desa Pati Ayam (Kudus), Desa Kedung Malang (Jepara) dan Desa Mulyorejo (Pekalongan) bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pesisir dan dukungan kehutanan bagi ratusan masyarakat rentan terdampak.

“Proyek ini akan mencegah banjir dan erosi pantai lebih lanjut, termasuk tambak. Tanpa proyek ini, erosi pantai akan terus berlanjut dan tanah di pantai utara akan terus hilang,” tambah Hendra.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button