Berita Wisata

sibuk melindungi kesehatan lautan | Republik daring

Mereka menjadi sahabat laut untuk menjaga kesehatan lautan.

Oleh Ronggo Astungkoro

REPUBLIKA.CO.ID — Suatu malam di Muara Gembong, Bekasi. Air laut mulai membanjiri Muara Gembong. “Ayo ke betis,” jawab Yolanda Parede Republik pada Oktober 2022, tentang unsur-unsur yang mendorongnya untuk aktif dalam kegiatan lingkungan.

Yolanda mengatakan Muara Gembong yang berada di pesisir utara Bekasi hanya berjarak empat jam dari Jakarta Pusat dengan mobil. Hanya satu jam jika ditempuh dari Cilincing, Jakarta Utara. Tapi, jauh dari kegilaan metropolitan.

Dari warga Muara Gembong, alumnus Bahasa Inggris Universitas Ilmu Komputer (Unikom) Bandung angkatan 2013 ini mendapat cerita duka. Desa ini menjadi “waduk” berbagai limbah yang terbawa aliran sungai Citarum. Mayat tak dikenal sering berakhir di Muara Gembong. Belum diketahui kemana jenazah dibuang, jenazah hanyut terbawa arus Ciliwung yang mengalir ke Muara Gembong.

Yolanda menilai Muara Gembong tidak sendirian. Tentu saja, banyak daerah mengalami kerusakan lingkungan serupa. Selama 1 tahun setengah, ia bergabung sebagai relawan Pandu Laut Nusantara yang dirintis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Ia kini menjadi Koordinator Nasional Garda Laut, organisasi yang dibentuk oleh mantan relawan Pramuka Laut di berbagai daerah.

Sampah yang terbawa arus sungai ke laut tentunya akan membuat laut menjadi tidak sehat. Demikian juga desa-desa di pesisir pantai, juga terkena dampaknya. Kondisi ini diperparah jika hutan mangrove di pesisir juga ikut rusak. Iklim terpengaruh. “Kami di kota hanya merasakan panas sekali dan musim tidak menentu, tapi di desa petani tidak panen, nelayan menangkap ikan sedikit, itu pun sedikit,” kata Yolanda.

Pada tahun 2021, untuk pertama kalinya Marine Rangers akan melakukan Young Climate Action. Dari prediksi 76 titik, menurut usia Indonesia naik menjadi 142 titik untuk tempat kegiatan di berbagai wilayah Indonesia. Ini membuktikan betapa anak muda tertarik pada sesuatu untuk memperbaiki kerusakan lingkungan. Saat itu, hampir 8.000 relawan ikut serta dalam Aksi Pemuda Perlindungan Iklim, dengan berbagai kegiatan yang dilakukan antara lain penanaman mangrove, transplantasi terumbu karang dan pembersihan pantai.

Aksi kedua akan berlangsung pada Oktober 2022. Selalu dengan judul kegiatan yang sama: Aksi pemuda untuk perlindungan iklim. Kegiatannya meliputi penanaman mangrove, transplantasi terumbu karang, pembersihan pantai, bincang-bincang lingkungan, dan lainnya. Jumlah titik lokasi kegiatan mencapai 279 dari Sumatera hingga Papua. Di Pusat Mangrove Tanjung Pasir, mereka menanam 2.000 bibit mangrove. Jumlah ini cukup untuk satu hektar. “Mangrove mampu menyerap karbon 3 hingga 5 kali lebih banyak dibandingkan tumbuhan lain, mencapai 800 ton karbon per hektar,” kata Pina Ekalipta, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Citarum Ciliwung (BPDASHL).

Mangrove juga melindungi garis pantai. “Hutan mangrove akan membatasi laju sedimentasi di sepanjang garis pantai,” jelas Kepala Seksi Konservasi BKSDA Wilayah II Jakarta, Dian Banjar Agung.


kebersihan lautan

Di tempat lain, selain yang juga menanam mangrove, ada juga yang hanya membersihkan pantai. Seperti yang dilakukan di Merauke. Anak muda dan mahasiswa juga pelindung lingkungan di Merauke yang tergabung sebagai relawan “Aksi Muda Lindungi Iklim” mengadakan aksi bersih pantai di Pantai Imbuti Lampu Satu.


Pembela lingkungan Merauke, Susana Kandaimu, mengatakan generasi muda perlu membangun kapasitasnya untuk menjaga hutan dan laut melalui berbagai kegiatan. Saat mengikuti Econusa Foundation School of Ecodiplomacy, Susana Kandaimu mengaku mempelajari apa yang kemudian bisa dipraktikkan di lingkungan. Itu bisa menyampaikan semangat perlindungan iklim melalui media. “Saya juga menyelesaikan program Let’s Tell About Papua di RRI Pro2 Merauke,” jelas Susana Kandaimu.

Dari aksi bersih pantai tersebut terkumpul 67 kantong sampah. Limbah logam dan aluminium mencapai 89 kilogram, limbah tekstil 67 kilogram, puntung rokok 12 kilogram, batang cilok lima kilogram, dan sampah lainnya 127,7 kilogram. “Mudah-mudahan aksi ini tidak berhenti pada perayaan Sumpah Pemuda, atau pada upacara Instastory juga tidak mengalir di media sosial, tetapi juga harus menjadi tindak lanjut untuk menjaga lingkungan dan iklim di Kabupaten Merauke,” kata Koordinator Aksi Iklim Pemuda Merauke Ewin Falufi Irianti.

Pandemi Covid-19 rupanya meningkatkan volume sampah plastik. Selama penerapan PSBB sosial berskala besar pada April-Mei 2020 saja, menurut data Puslitbang Oseanografi, sampah plastik dari jasa pengiriman parsel meningkat 62% dan plastik dari layanan pengantaran makanan siap saji meningkat sebesar 47%. di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat dan Makassar.

Survei yang dilakukan Tim Peneliti Sampah Plastik di Pusat Penelitian Oseanografi terhadap 1.095 responden berusia 15 tahun ke atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang sebelumnya berbelanja online satu hingga lima kali dalam sebulan menjadi hingga 10 kali selama PSBB, terutama di wilayah Jabodetabek. . Hal ini berdampak pada bertambahnya sampah plastik karena pelayanan menggunakan bungkus plastik, plastik gelembungdan tape dalam proses pengiriman.

Meningkatnya jumlah sampah plastik menjadi acuan Direktur Eksekutif Divers Clean Action (DCA), Swietenia Puspa Lestari, untuk memotret kondisi sampah di masa pandemi Covid-19. Menurutnya, selain sampah plastik, sampah medis alias sampah infeksius seperti masker dan sarung tangan bekas pakai juga cenderung meningkat jumlahnya di masa pandemi Covid-19.

“Limbah medis, seperti limbah bekas masker sekali pakai, sarung tangan bekas dan segala macam yang banyak ditemukan di sungai, di pantai, karena penggunaannya di masa pandemi meningkat,” kata Swietenia kepada Republik.

Sampah jenis ini mendominasi sampah di laut, sungai atau lainnya selama pandemi. Secara umum, jumlah sampah di perkotaan sebenarnya sudah berkurang, karena selama ini casserole, demi para pekerja yang tinggal di kota penyangga, mereka tidak bekerja di kantor-kantor di kota.

Bahkan di lokasi wisata pun sampah sudah berkurang, hanya menyisakan sampah rumah tangga di lokasi wisata. Mengenai sampah di laut, menurut Swietenia, masih ada sampah yang dikirim tergantung musim. Dia mengambil contoh dari perairan Derawan, Kalimantan Timur. Merek-merek pembawa sampah dari Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura dan lainnya dapat dilihat di sana selain fakta bahwa ada sampah dari daerah itu sendiri. Pengiriman sampah juga bergantung pada musim yang menentukan arah angin.

Swietenia mengatakan, di tahun pertama pandemi ini tentu saja sangat mempengaruhi pekerjaan yang dia lakukan bersama teman-temannya dan para relawan DCA. Meski ada kegiatan, namun hanya di wilayah yang diizinkan oleh pemerintah dan jumlah peserta dibatasi. Ia mencontohkan, biasanya dalam kegiatan diskusi atau pelatihan, 50 orang bisa melakukannya. Dengan pembatasan ini, jumlahnya dikurangi menjadi hanya 20 orang dan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Kegiatan sukarela tertentu juga harus dibatasi. Sebelum pandemi, DCA melakukan kegiatan pembersihan menyelam dengan relawan hampir sebulan sekali dengan kegiatan ekowisata. Ini adalah paket yang ditawarkan kepada para relawan untuk mengunjungi daerah dampingan DCA di Pulau Seribu. Di sana, para relawan bisa berlibur sambil belajar tentang masalah sampah dan bisa ikut serta mendukung pengelolaan sampah di pulau tersebut.

“Saat pandemi sudah hampir delapan sampai sembilan bulan, kami melakukan beberapa uji coba potensi,” ujar Swietenia yang menerima penghargaan di awal tahun 2020. Republik dengan nama ‘Tokoh Muda Inspiratif’. Di Kepulauan Seribu, program pengelolaan sampah masih berjalan. “Kita pastikan tidak meninggalkan sampah yang sudah adamengumpulkan bank sampah tidak dikirim atau didaur ulang,” kata Swietenia.

Saat ini pusat daur ulang yang bisa mengolah sampah plastik ada di Surabaya dan Tangerang. Di daerah lain, seperti Papua, Kalimantan, dan Sulawesi, kalaupun ada pengelolaan sampah, bermuara pada mencabik-cabik atau mengompres plastik. Akibatnya, mereka harus mengangkut sampah melalui jalur laut yang harganya naik.

DCA juga telah melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi tantangan yang ada. Swietenia mengungkapkan, DCA berupaya memberikan subsidi atau upaya lain agar sampah yang menumpuk di kawasan itu tetap bisa didaur ulang.

Di satu sisi, pandemi memang membawa manfaat bagi kesehatan laut. Di perairan Gili Terawangan dan sekitarnya di Nusa Tenggara Barat (NTB), menurut Delphine Robbe, pendiri Gili Eco Trust, kondisinya lebih sehat untuk ikan dan terumbu karang, karena tidak ada pencemaran oleh kapal wisata, seperti minyak. dan polusi suara. gangguan. “Terumbu karang di sekitar Gili Terawangan, ikannya, semuanya lebih banyak dan tumbuh lebih cepat dari sebelumnya karena tidak ada polusi atau tekanan turis,” jelas Delphine. Republik.

Di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, aktivitas liburan di lokasi wisata tetap eksis di masa pandemi. Kegiatan yang tidak banyak berkurang dibanding hari-hari biasa sebelum pandemi tidak dibarengi dengan kegiatan pembersihan lingkungan secara besar-besaran.

“Tidak ada lagi limbah Tidaktapi lebih ke keadaan Tidak hati-hati di jalan. Kondisinya serupa di hari-hari ketika kita belum sering melakukannya untuk membersihkankata Ketua Sahabat Bumi Sumbawa, Tiara Dwi Yunindasari Republik.

Selama pandemi Covid-19, tidak ada kegiatan pembersihan pantai secara besar-besaran. Sahabat Bumi masih melakukan aktivitas di bulan Maret 2020 di pantai-pantai yang banyak dikunjungi wisatawan. Pengumpulan sampah plastik hingga 22 kantong sampah. “Itu maksimal,” kata Tiara mengenai 22 kantong plastik sampah tersebut. Wisatawan lokal biasanya membawa minuman kemasan berupa gelas plastik dan snack buatan pabrik.

Menurut Tiara, kesadaran anak muda untuk mengikuti kegiatan Sobat Bumi terwujud saat foto kuda laut yang mengenakan penutup kuping menjadi viral. Foto diambil di perairan Sumbawa. Tiara, Sobat Bumi dan Nusantrak (Komunitas Penggiat Lingkungan Nusa Tenggara Beraksi) terus melakukan kampanye zero plastic waste. “Target kampanyenya ya anak muda,” kata Tiara.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button