Berita Wisata

Warga Mapak Direlokasi, Pemkot Mataram Percepat Pembangunan Shelter

MATARAM – Pemerintah Kota Mataram akan menyiapkan Detailed Engineering Design (DED) pembangunan Rumah Tinggal Sementara (Huntara). “Kami biasa melakukan perencanaan selama seminggu,” kata Wali Kota Mataram saat meninjau lahan yang dihibahkan Pemprov di Kabupaten Mapak Indah.

Kemarin, sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (RPP) mendampingi walikota meninjau lahan pemberian pemerintah provinsi di belakang UPTD untuk pengujian kendaraan bermotor. Panitera Kota Mataram H Effendi Eko Saswito dan Asisten II Setda Kota Mataram Lalu Alwan Basri juga terlihat meninjau lahan seluas 20 hektar itu.

Dia mengatakan, meski tanah itu telah dihibahkan oleh pemerintah provinsi, namun belum resmi. Namun hal itu cukup menjadi dasar bagi Pemkot untuk bertindak atas tanah-tanah yang telah dihibahkan. “Minggu depan kita siapkan rencana pembangunan shelter. DED-nya kita siapkan,” kata Mohan.

Ia meminta Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Mataram, Bapak Nazarudin Fikri, untuk membuat jadwal. Untuk melacak tahap implementasi. Menurutnya, dalam pembangunan Huntara ada tahapan awal seperti perencanaan. Proses administrasi keuangan akan dilanjutkan dengan perpindahan dana darurat (BTT).

Selain itu, akses, jembatan, dll. juga akan dilakukan di lapangan. “Proses pembangunan Huntara tidak instan. Tapi kami akan berusaha menyiapkan gedungnya secepat mungkin,” kata Mohan.

Tahap awal pembangunan Shelter akan dialokasikan untuk 17 Kepala Keluarga (KK) terdampak abrasi. Sedangkan total warga yang terkena dampak abrasi sebanyak 30 KK. “Saya katakan kami akan mengutamakan 17 keluarga yang masih mengungsi,” kata Mohan.

Dia mengatakan, Huntara bukan sekadar proses membangun. Tapi pikirkan juga tentang akses. Masuknya Huntara nantinya melalui UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Mataram.

“Gedung UPTD di sebelah utara akan dirobohkan untuk membuat tempat penampungan. Perencanaan kami membutuhkan waktu seminggu untuk memulai konstruksi,” tanya Mohan.

Dia belum memastikan anggaran yang dibutuhkan untuk membangun Huntara. Namun, yang jelas Badan Keuangan Daerah (BKD) akan berkoordinasi dengan Disperkim. Untuk unit Huntara ukuran 4 X 8 meter sudah terpasang listrik dan air bersih. “Dari satu unit ke unit lain ada jaraknya,” ujarnya.

Tak lupa ia mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Gubernur NTB yang tanggap terhadap permasalahan masyarakat terdampak abrasi. Ia juga menginginkan adanya payung hukum dan legalitas yang terikat dengan hibah tanah ini. Karena penyiapan lahan akan berdampak pada relokasi nantinya. Akankah orang-orang yang tinggal di tanah menetap di Huntara atau akan seperti apa?

“Kami akan komunikasi intensif dengan pemerintah provinsi. Pembangunan shelter akan kami percepat, mohon maaf bagi warga yang terus mengungsi bersama keluarganya,” kata Mohan.

Ke depan, lanjutnya, Pemkot juga memiliki tugas (PR) untuk memantau bangunan yang ada di pinggir pantai. Apakah rumah warga yang rusak akibat abrasi akan menjadi tanggul pengaman atau semacamnya? “Nanti kami akan diskusikan dengan warga sekitar,” pungkasnya.

Kepala Disperkim Kota Mataram, M Nazarudin Fikri, mengatakan pembangunan shelter akan menggunakan konstruksi tahan gempa dan ringan. Jelas mudah dan cepat. Dinding bangunan yang akan digunakan lebih tebal dari Huntara di Bintaro. Sehingga lebih layak dan berkelanjutan. “Kita akan bangun 30 unit Huntara,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, fasilitas sosial akan dibangun untuk ibadah atau kegiatan sosial. Dia tidak memastikan kapan Huntara akan dibangun di tengah kesibukan warga. Namun yang pasti, pekan ini pihaknya akan membuat DED. “Dalam pengerjaannya juga harus melihat cuaca. Cuma untuk tanggul saja butuh dua ribu meter kubik,” kata Ujang, sapaan akrabnya.

Ia enggan bicara soal target untuk mengetahui kapan shelter akan selesai sehingga bisa ditempati. Karena katanya, setelah ada DED, kita bisa bicara tentang tujuan. “DED ada tahapan penimbunan dan curing, juga pagar pembatas,” pungkasnya.

Camat Sekarbela Cahya Samudra mengatakan warga yang akan tinggal di pengungsian akan disesuaikan berdasarkan data dari lurah dan camat. Terutama bagi warga yang terkena dampak abrasi. Menurut data tersebut, 17 keluarga mendapat prioritas. Prioritas kedua adalah 12 keluarga. “Jadi data yang masuk ke Disperkim sebanyak 29 KK,” kata Cahya.

Disebutkan warga yang masuk prioritas utama tidak pernah kembali ke rumah. Mereka tinggal di rumah keluarga mereka. Sedangkan prioritas kedua bergantung pada kondisi cuaca. Memang rumah mereka berdekatan dengan rumah warga yang diprioritaskan. “Kalau ombaknya tinggi, mereka tidak akan tinggal di rumah,” kata Cahya.

Sesuai arahan walikota, katanya, tidak boleh ada pembangunan lebih lanjut di pantai. Lantas, apakah bangunan yang rusak akan dijadikan pos jaga, dll? ? “Kami juga akan memasang tanda pelarangan konstruksi di pantai. Setelah kami ratakan, tidak ada yang bisa membangun kembali. Ini akan dipantau oleh RT dan Kaling,” ujarnya.

Biasanya, tambahnya, dalam satu keluarga ada empat orang. Jadi untuk prioritas utama, ada sekitar 60 jiwa yang akan menempati Huntara. (jay/r3)

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button