Berita Wisata

7 Tempat Wisata Religi di Pacitan Pilihan Tepat Untuk Berziarah

TIMESINDONESIA, PACITAN – Tak kalah dengan wisata alamnya, Kabupaten Pacitan Jawa Timur juga memiliki tempat wisata religi yang bisa menjadi pilihan tepat untuk berziarah.

Wisata religi Pacitan identik dan masih terkait dengan sejarah masa lalu para ulama dan wali yang didapuk sebagai penyebar agama Islam. Sejarah dan nilai ajarannya seakan terikat secara abadi pada suatu tempat dimana mereka berhenti dan dikubur.

Iklan

Berikut beberapa daftar tempat wisata religi dan sejarah di Goa Kota 1001 yang wajib Anda kunjungi.

1. Makam Kiai Santri

Makam Kiai Santri terletak di Dusun Mojo, Desa/Kecamatan Punung, sekitar 1,5 kilometer sebelah utara terminal angkutan umum.

Ekstrak buku BabadMojo oleh R. Ganda Wardaya, 1935, Kiai Santri adalah seorang alim yang dikenal sebagai salah seorang penyebar agama Islam dan penguasa wilayah Maling Mati pada zaman kerajaan Majapahit. Dikisahkan raja Majapahit memiliki 135 putra yang tersebar di beberapa penjuru.

Kesucian Kiai Santri diuji ketika ia dituduh berselingkuh dengan Dewi Ratri, istri Ki Ageng Mojo. Tanda kesuciannya adalah darahnya yang berbau harum dan berwarna putih setelah ditusuk dengan keris karena tidak bersalah.

Situs pemakaman ini direnovasi pertama kali pada tahun 2020 oleh tokoh setempat. Selain sebagai tujuan ziarah, kini setiap malam kawasan makam Kiai Santri sering digunakan warga untuk menjalankan rutinitas keagamaannya.

Untuk memperingati Kiai Santri, penduduk setempat melakukan upacara adat Nyadran yang masih dilestarikan hingga saat ini.

2. Makam dan Menara NU Mbah Umar Tumbu

Mbah-Umar-Tumbu-Pacitan.jpgPeninggalan Mbah Umar Tumbu Pacitan adalah menara NU. (FOTO: Dok TIMES Indonesia)

KH Umar Tumbu dikenal sebagai seorang mubaligh kharismatik terkenal dengan nama asli Umar Sahid di desa Jajar kecamatan Donorojo, namun beliau diketahui memiliki peninggalan penting berupa mercusuar atau menara NU yang layak untuk dikunjungi oleh para pemuka agama. orang-orang. turis.

Publik pasti tahu perjalanan KH Umar Tumbu yang wafat pada 4 Januari 2017. Semangat juangnya diabadikan dalam bangunan mercusuar tersebut.

Mercusuar tersebut memiliki makna filosofis yang kuat dari ideologi NU yaitu seperti batu karang, seperti kapal yang menabrak karang pasti pecah, tenggelam bahkan hancur.

Perlu diketahui bahwa KH Umar Tumbu meninggal dunia pada usia 114 tahun. Di masa mudanya, ia menjadi murid KH Dimyathi Abdullah di pondok pesantren Tremas Arjosari Pacitan.

Selain menara NU peninggalan Mbah Umar Tumbu, makamnya yang berada di belakang asrama Pondok Pesantren Nurrohman yang diasuhnya kini menjadi tujuan wisatawan dari berbagai daerah. Apalagi saat bulan Ramadan ramai dikunjungi para peziarah.

3. Sarean Gede Semanten

KH-Abdul-Manan-Dipomenggolo.jpgSarean Gede Semanten yang merupakan makam KH Abdul Manan Dipomenggolo. (FOTO: Dok TIMES Indonesia)

Sarean Gede Semanten merupakan tempat dimakamkannya ulama besar Pacitan, KH Abdul Manan Dipomenggolo.

Mbah Abdul Manan Dipomenggolo adalah santri KH Hasan Besari Ponorogo yang menandai tonggak pendidikan pesantren tertua di Jawa saat itu.

Mbah Abdul Manan meninggal sekitar 1700 tahun yang lalu, sebelum beliau pergi ke Al-Azhar di Kairo untuk menuntut ilmu kemudian mendirikan pesantren yang menjadi tonggak berdirinya pesantren Tremas di Arjosari.

Perjuangan dan peran Mbah Abdul Manan dalam mengemban amanah syariat Islam diakui dunia hingga saat ini.

Selain sebagai tonggak bagi para peziarah baik lokal maupun dari luar daerah, di Sarean Gede Semanten ini setiap tahun juga diselenggarakan angkutan untuk memperingati wafatnya KH Abdul Manan dan memohon berkah. Letaknya sekitar 2 kilometer dari Pacitan Square.

4. Makam Mbah Djaiman

Mbah Djaiman menyandang nama bangsawan Raden Suryo Buwono. Makamnya berada di Kelurahan Nganyang, Dusun Ngasem, Desa Gembong, Kecamatan Arjosari.

Mengunjungi makam Mbah Djaiman memiliki keunikan tersendiri karena terletak di puncak Gunung Pethit.

Banyak cerita beredar bahwa Mbah Djaiman hidup sezaman dengan Kanjeng Jimat.

Selain terkenal sebagai salah satu panglima perang pada masa Pangeran Diponegoro, Mbah Djaiman dianggap sebagai orang sakti yang bisa merobohkan tikar di tempat bersayap. Tak hanya itu, nuansa dakwah selalu melekat di setiap perjalanan di Pacitan.

Untuk memperingati perjuangan Mbah Djaiman, anak-anak turun dan warga setempat mengadakan peringatan transportasi setiap bulan dari Syawal Hijriyah.

Hingga saat ini keberadaan makam Mbah Djaiman masih terjaga dengan baik. Tak jarang para jamaah dan beberapa pesantren kerap mengadakan rutinitas Maulid Nabi SAW di tempat ini.

5. Makam Mbah Kethok Jenggot

Makam Mbah Kethok Jenggot merupakan salah satu situs sejarah yang ada di Dusun Kulak, Desa Tremas, Kecamatan Arjosari.

Konon ribuan tahun yang lalu, dengan kesaktiannya, ia mampu membersihkan tanah dan membuka tanah desa Tremas.

Mbah Kethok Jenggot yang masih muda bernama Raden Bagus Sudarmaji adalah seorang punggawa Keraton Surakarta Hadiningrat.

Berkat Raden Bagus Sudarmaji pemberontakan Adipati Banteng Wareng berhasil ditumpas.

Selain itu, Raden Bagus Sudarmaji juga memiliki tongkat pucang kalak saat bertapa di bawah pohon sambil memegang tongkatnya.

Akhirnya ia meninggal secara musno atau menghilang bersama jasadnya dan kini kawasan tersebut dikenal dengan nama Dusun Kulak.

Sebagai informasi, Raden Bagus Sudarmaji memiliki cambang, yaitu janggut panjang yang tidak bisa dipotong. Akhirnya dikenal dengan nama Mbah Kethok Jenggot oleh masyarakat.

Konon hingga saat ini makam Mbah Kethok Jenggot memancarkan cahaya beberapa hari, namun hanya sebagian orang saja yang bisa melihatnya.

Makam Mbah kethok Jenggot ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Keraton Surakarta Hadiningrat beberapa waktu lalu.

6. Makam Kanjeng Jimat

Makam Kanjeng Jimat berada di Dusun Kebonredi, Desa Tanjungsari, Kabupaten Pacitan. Situs sejarah ini menjadi tujuan wisata religi tidak hanya di Indonesia, tapi juga mancanegara.

Periode tersibuk adalah sebelum Ramadhan. Kemudian hari-hari setelah Idul Fitri. Sedangkan kunjungan rutin yang sering dilakukan para peziarah biasanya dilakukan pada malam jumat.

Tak hanya bagi yang ingin berziarah, makam Giri Sampurno juga menjadi pilihan ketika seseorang ingin menjauhkan diri dari hiruk pikuk kehidupan modern.

Suasananya tenang dan udaranya segar untuk menenangkan pikiran. Belum lagi kadar oksigen yang melimpah di puncak bukit, badan terasa lebih bugar, sehingga suasana rohani lebih terarah kepada Tuhan.

Seperti diketahui, Kanjeng Jimat merupakan bupati ketiga Pacitan yang diangkat menggantikan Setroketipo, bupati sebelumnya. Gelar Jogokaryo juga tetap dipertahankan selama tokoh tersebut menempati posisi tertinggi di pantai selatan pulau Jawa.

Kanjeng Jimat juga dikenal sebagai penyebar agama Islam dari wilayah Arjowinangun. Sebuah desa di sebelah timur Sungai Grindulu yang kemudian menjadi tempat pesantren Nahdlatus Suban.

7. Makam Syekh Brubuh

Keberadaan makam Syekh Brubuh dapat ditemukan di Jalan WR Supratman belakang kantor Disbudparpora Kabupaten Pacitan.

Sosok Syekh Brubuh masih menjadi misteri. Meski sedikit orang yang mengetahuinya, ulama asal Persia ini dianggap sebagai generasi pertama pendakwah Islam di wilayah selatan Pulau Jawa.

Konon, kedatangan rombongan Syekh Brubuh di Pacitan sudah terjadi 200 tahun sebelum Syekh Subakir. Ulama juga melakukan tumbal di berbagai titik rawan bencana alam.

Selain itu, keberadaan makam Syekh Brubuh menjadi magnet tersendiri bahkan ada kaitannya dengan keberhasilan dakwah Islam oleh tokoh-tokoh terkemuka di Pacitan.

Belakangan, makam Syekh Brubuh kerap menjadi tujuan para peziarah, baik Karesidenan Pacitan maupun Madiun setempat, bahkan dari Jawa Tengah.

Menariknya, di tengah area makam terdapat pohon jambu klampok besar yang diperkirakan berusia ratusan tahun, menambah suasana lebih sejuk meski di siang hari.

Inilah 7 tempat wisata religi di Kabupaten Pacitan yang bisa menjadi pilihan tepat untuk berziarah.

**) Ikuti berita terbaru KALI Indonesia di dalam berita Google

Klik link ini dan jangan lupa follow.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button