Berita Wisata

Kota Padang rawan gempa dan tsunami

Sabtu, 1 Oktober 2022 | 22:21 WIB
Oleh: Hendro D Situmorang / YUD

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat acara Hari Siaga Bencana Kota Padang dan deklarasi peringatan tsunami masyarakat, Kota Padang, Sabtu, 1 Oktober 2022.

Kota Padang, Beritasatu.com – BMKG menyatakan bahwa Kota Padang merupakan kota rawan gempa dan tsunami. Melihat kondisi tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mendorong Pemerintah Kota Padang untuk membentuk komunitas peringatan tsunami. (masyarakat siap tsunami) di seluruh desa di Kota Padang. Langkah ini bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat agar selalu siap dan tidak gagap dalam menghadapi ancaman gempa dan tsunami.

“Kota Padang merupakan kota yang berpotensi gempa dan tsunami karena letaknya yang berada di pesisir barat menghadap ke daerah sumber gempa. mega dorong, yang menurut para ahli memiliki potensi magnitudo yang cukup besar,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada acara Hari Siaga Bencana Kota Padang dan keterangan dari komunitas peringatan tsunami, kota Padang, Sabtu (1/10/2022).

Dalam keterangannya, Dwikorita mengatakan seluruh pantai barat Sumatera, mulai dari pantai Aceh hingga Lampung, mengalami gempa bumi yang merusak dan besar. Seluruh energi seismik di pantai barat Pulau Sumatera menyisakan segmen sumber megathrust Mentawai-Siberut menghadap pantai barat Sumatera, sebagai satu-satunya segmen megathrust yang tidak melepaskan energi sejak tahun 2000.

Situasi ini, kata dia, berpotensi menimbulkan gempa bumi yang besar dan merusak. Berdasarkan kajian ahli, segmen ini memiliki potensi magnitudo maksimum hingga 8,9. Menurut Dwikorita, hal ini harus menjadi perhatian bersama semua pihak untuk menyiapkan langkah-langkah mitigasi yang komprehensif agar tidak menimbulkan korban jiwa dan kerugian besar.

Berdasarkan catatan dari Katalog Tsunami BMKG, Sumatera Barat telah mengalami beberapa kali tsunami antara lain tahun 1797, 1833, 1904 dan 1935. Selain itu, pemodelan tsunami BMKG menunjukkan bahwa ketinggian gelombang tsunami di pantai kota Padang disebabkan oleh Gempa dengan kekuatan terparah 8,9 SR bisa mencapai lebih dari 10 meter dengan waktu datang tsunami kurang dari 30 menit,” jelasnya.

Mengingat potensi tsunami, lanjut Dwikorita, serta status Kota Padang sebagai ibu kota provinsi Sumatera Barat dengan kepadatan penduduk di atas 900.000 jiwa, tidak heran jika Kota Padang memiliki indeks risiko tsunami yang sangat tinggi. .

Oleh karena itu, lanjutnya, diharapkan komunitas Siap Tsunami dapat segera terbentuk di seluruh Kota Padang. Sebab, ketahuilah setidaknya ada 5.402.239 warga Indonesia yang diperkirakan terancam tsunami. Jika seluruh masyarakat Kota Padang telah dibimbing dan diarahkan untuk dapat menerapkan Tsunami Ready, maka dengan jumlah penduduk Kota Padang lebih dari 900.000 jiwa ini akan memberikan kontribusi kurang lebih 18% dari keselamatan penduduk Indonesia yang terancam tsunami.

“Hari ini, Tsunami Ready telah dilatih di desa Purus dan Lolong Belanti. Semoga ini menjadi contoh yang baik bagi masyarakat lain di Padang dan desa-desa lain akan segera diikuti oleh desa-desa lain untuk menjadi komunitas peringatan tsunami berikutnya,” kata Dwikorita.

Indikator tsunami
Dwikorita menegaskan, dibutuhkan keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat untuk mempercepat tercapainya masyarakat siap tsunami. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga pihak swasta, akademisi, masyarakat, termasuk media partner-nya. Predikat Masyarakat Siap Tsunami akan tercapai jika semua pihak terlibat dengan berkolaborasi dan bersinergi, sehingga 12 indikator yang telah ditetapkan dapat terpenuhi dengan benar.

Ke-12 indikator tersebut antara lain telah dipetakan dan dirancang kawasan rawan tsunami, dapat diperkirakan jumlah orang yang berisiko di kawasan rawan tsunami, sumber daya ekonomi, infrastruktur dan politik yang teridentifikasi, dan peta evakuasi Tsunami yang mudah diketahui. memahami.

Kemudian sosialisasi, penyadaran masyarakat dan pendidikan tersedia dan didistribusikan. Kegiatan sosialisasi atau pendidikan dilakukan minimal tiga kali dalam setahun, pelatihan untuk dan oleh masyarakat tsunami dilakukan minimal dua tahun sekali.

“Persetujuan Rencana Kontinjensi Tsunami Masyarakat dan ketersediaan kemampuan manajemen operasional tanggap darurat tsunami,” tambah Dwikorita.

Indikator lainnya adalah tersedianya sarana yang memadai dan andal untuk menerima Peringatan Dini Tsunami dari Badan yang Berwenang (BPBD) selama 24 jam secara tepat waktu, dan tersedianya sarana yang memadai dan andal untuk menyebarluaskan peringatan dini tsunami secara resmi 24 24 jam kepada masyarakat setempat. . dalam waktu yang tepat.

Saksikan siaran langsung program BeritaSatu TV di sini

Sumber: BeritaSatu.com

Source: www.beritasatu.com

Related Articles

Back to top button