Berita Wisata

Penduduk Kototuo diteror oleh harimau, lebih dari satu

WAJIB PERIKSA: Petugas BKSDA Agam Resort bersama Wali Jorong Kototinggi saat memeriksa dugaan jejak kaki harimau di Kabupaten Agam beberapa waktu lalu. (IST)

Warga Kecamatan Koto IV, Kabupaten Agam prihatin dengan kemunculan satwa liar yang diduga harimau sumatera selama sepekan terakhir. Hewan langka yang bernama latin Panthera tigris sumatrae ini kerap berkeliaran di pemukiman penduduk.

Warga Jorong Kototinggi, Nagari Kototuo, Kecamatan IV Koto, mengalami derita teror dari inyiak belang. Hewan yang dilindungi ini meresahkan masyarakat sekitar bahkan menyerang anjing peliharaan warga.

Konflik manusia-satwa liar ini telah dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar sejak 7 Oktober 2022. Bahkan, petugas BKSDA telah memasang kamera jebakan untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran visual jenis satwa yang mengganggu tersebut.

Kasi Trantib Kecamatan IV Koto, Netty Hando mengatakan, ada lebih dari satu satwa liar yang diduga harimau sumatera yang dikhawatirkan warga Kototuo. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya jejak kaki hewan dengan berbagai ukuran, besar dan kecil.

Berdasarkan hasil penyelidikannya bersama tim gabungan Polsek IV Koto, Pemerintah Nagari dan warga setempat, dia mengatakan, temuan jejak kaki harimau itu terpantau di sepanjang kawasan Jorong Kototinggi, Nagari Kototuo yang berbatasan dengan Jorong Kotohilalang, Nagari Balingka.

Sementara itu, Wali Kota Nagari Kototuo Darwin Abu menambahkan, konflik satwa dengan masyarakat Kototinggi telah berlangsung sejak 3 Oktober 2022. Akibatnya, anjing peliharaan empat warga setempat ditemukan tewas dan diduga dimakan satwa.

“Anjing itu hilang sejak 3 Oktober 2022, namun baru dilaporkan ke BKSDA Sumbar pada 6 Oktober 2022,” katanya.

Dari hasil pantauan di lapangan, lanjut dia, ditemukan jejak harimau sumatera dan diperkirakan ada dua ekor. Pasalnya, jejak harimau sumatera ditemukan dalam dua ukuran pada jarak sekitar 500 meter dari hutan.

Camat Agam, Irwan Fikri, mengimbau warga Kototinggi, Nagari Kototuo, untuk tidak banyak beraktivitas di kebun. Seruan itu mengingatkan bahwa empat ekor sapi warga dimangsa harimau.

Ia mencontohkan, seruan itu bukan hanya untuk masyarakat Kototinggi. Tapi untuk semua warga Agam.

Sementara itu, Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono mengakui, berdasarkan penelusuran di TKP, petugas menemukan jejak kaki yang mirip dengan jejak kaki harimau sumatera. Namun, dia belum bisa memastikan bahwa hewan yang menerjang anjing warga itu adalah harimau sumatera, karena mirip jejak hewan lain.

“Kami menemukan jejak kaki yang mirip dengan harimau sumatera. Jejak yang kami temukan berukuran kurang dari 10 cm, kemungkinan adalah anak harimau yang masih bersama induknya. Bisa juga macan dahan dewasa,” katanya, Selasa (10/11).

Dia menjelaskan, lokasi kejadian sekitar 1,7 km dari kampung warga dan 1,4 km dari perbatasan Taman Wisata Alam (TWA) Singgalang. Sebagai tindak lanjut, BKSDA Sumbar memasang camera trap di sekitar lokasi kejadian untuk mengidentifikasi jenis hewan yang melintas.

“Kami menghimbau kepada warga agar berhati-hati saat melakukan aktivitas di kebun atau persawahan. Termasuk memindahkan semua ternak dari lokasi kejadian ke desa,” pungkasnya.(ptr/cr8)

Source: padek.jawapos.com

Related Articles

Back to top button