Berita Wisata

Digitalisasi distribusi BBM bersubsidi menjadi berkah bagi nelayan

Cilacap (ANTARA) – Pagi ini sejumlah nelayan terlihat menyiapkan perahu yang berjejer di sepanjang Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah. Mereka biasanya mempraktekkan kegiatan ini setiap hari ketika mereka ingin pergi ke laut untuk menangkap ikan.

Tak hanya perahu dan alat tangkap yang mereka siapkan. Drum berisi bahan bakar minyak (BBM) juga didatangkan untuk mengantisipasi mesin kapal kehabisan bahan bakar di tengah laut.

Suasana ini juga banyak dijumpai di dermaga dan kapal nelayan di Cilacap. Mereka tampak bersemangat melaut dengan harapan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang maksimal.

Terlepas dari itu semua, ketersediaan bahan bakar dan kemudahan memperolehnya sangat mempengaruhi aktivitas nelayan.

Jika beberapa waktu lalu di beberapa daerah terjadi unjuk rasa para nelayan untuk menolak penyesuaian harga BBM, hal itu tidak terjadi di Cilacap sebagai jawaban atas permasalahan tersebut.

Semua ini mungkin terjadi di Cilacap karena nelayan lokal mengharapkan akses yang lebih mudah ke bahan bakar, daripada memikirkan kenaikan harga.

Soal harga BBM, mereka mengikuti pemerintah, karena yang terpenting nelayan bisa dengan mudah mendapatkan BBM.

Harapan nelayan akan kemudahan akses BBM telah terjawab dengan digitalisasi distribusi BBM bersubsidi yang dilakukan Pertamina melalui koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo, Cilacap.

Bahkan, KUD Mino Saroyo telah menjadi pilot project program Solar untuk Koperasi Nelayan (Solusi) yang diresmikan Menteri BUMN Erick Thohir bersama Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki pada 17 September 2022.

Tak hanya itu, KemenkopUKM juga membantu KUD Mino Saroyo meningkatkan digitalisasinya, sehingga pemancing sudah terdaftar, termasuk kebutuhan Solar dan Pertalite masing-masing, melalui aplikasi MyPertamina.

Dengan digitalisasi melalui aplikasi MyPertamina, pemancing Cilacap mendapatkan kepastian dan kemudahan mendapatkan BBM bersubsidi di tempat pelayanan umum bagi pemancing (SPBUN) yang dioperasikan oleh KUD Mino Saroyo.

Satu-satunya distributor BBM untuk memenuhi kebutuhan nelayan Cilacap, KUD Mino Saroyo saat ini memiliki lima unit SPDN atau SPBUN, terdiri dari tiga unit solar dan dua unit Pertalite.

Selain itu, KUD Mino Saroyo juga memiliki unit Fixed Bunkering Agent (FBA) untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar industri kapal di atas 30 gross tonnage (GT).

Kapal di atas 30 GT tidak menggunakan BBM bersubsidi, melainkan BBM industri.

Intinya, diakui banyak pihak bahwa digitalisasi distribusi BBM bersubsidi yang dilakukan Pertamina melalui aplikasi MyPertamina sangat bermanfaat bagi para pemancing.

Hal ini karena nelayan mendapatkan kepastian dan kemudahan saat membeli BBM bersubsidi, baik di SPBU maupun di SPBU.

Hingga saat ini, lebih dari 1.000 pemancing Kabupaten Cilacap telah terdaftar di aplikasi MyPertamina.

Namun, tidak semua nelayan bisa membeli BBM bersubsidi dari SPBUN yang dioperasikan oleh KUD Mino Saroyo, karena garis pantai Kabupaten Cilacap terpanjang di Jawa Tengah dengan total 201,9 kilometer.

Dari panjang garis pantai tersebut, 105 kilometer di antaranya langsung menghadap Samudera Hindia, sedangkan sisanya 96,9 kilometer menghadap kawasan Laguna Segara Anakan dan Pulau Nusakambangan.

Dengan demikian, nelayan di wilayah barat kota Cilacap, seperti kabupaten Patimuan dan di wilayah timur, seperti kabupaten Nusawungu Kecil, tidak dapat membeli BBM bersubsidi dari KUD SPBUN Mino Saroyo. Jaraknya cukup jauh dari kota, sehingga jika pemancing membeli BBM dari KUD SPBUN Mino Saroyo, BBM akan habis di perjalanan.

Namun, berbekal aplikasi MyPertamina, para nelayan ini bisa membeli BBM bersubsidi di SPBU terdekat.

Khusus untuk nelayan di Pantai Jetis kabupaten Nusawungu selain dapat membeli BBM bersubsidi dari SPBU terdekat juga dapat membelinya dari SPBU yang dikelola oleh pusat KUD Mina Baruna Provinsi Jawa Tengah di Pantai Ayah, Kabupaten Kebumen yang jaraknya cukup dekat dengan wilayah mereka.

Kebutuhan BBM bersubsidi bagi seluruh nelayan di Pantai Jetis selanjutnya akan diarahkan ke SPBU yang dikelola oleh Puskud Mina Baruna untuk menghemat waktu karena jika membeli dari SPBU terdekat harus menunggu dengan tenang agar tidak mengganggu antrian kendaraan bermotor.

Susah awalnya

Penggunaan aplikasi MyPertamina memberikan kesan tersendiri bagi sebagian besar pemancing, terutama yang masih awam dengan perkembangan teknologi.

Jika biasanya mereka hanya menunjukkan surat rekomendasi dan langsung membayar saat tabung atau tangki sudah terisi bahan bakar, kini mereka harus menunggu proses verifikasi kode QR aplikasi MyPertamina sebelum melakukan transaksi.

Namun, seiring berjalannya waktu, hal tersebut tidak lagi menjadi kendala bagi nelayan ketika hendak membeli BBM bersubsidi di SPBU dan SPBU.

“Awalnya ribet, tapi sekarang sudah tidak lagi, semua orang dilayani, tidak sulit untuk mendapatkan bahan bakar”, kata Tarmuji, salah satu nelayan yang ditemui di Pantai Teluk Penyu.

Dengan demikian, nelayan akan mendapat kepastian pemenuhan kebutuhan BBM bersubsidi, meski pada awal penggunaan aplikasi MyPertamina membutuhkan proses pembelajaran.

Bahkan ketika stok BBM di SPBU habis karena menunggu pengiriman, para nelayan yang ingin melaut bisa membelinya di SPBU terdekat dengan menunjukkan aplikasi MyPertamina yang memudahkan untuk memenuhi syarat-syarat tertentu.

Selain itu, penggunaan aplikasi MyPertamina juga membuat distribusi BBM bersubsidi lebih terarah dan nelayan skala kecil dapat merasakan manfaat subsidi pemerintah.

Kini para nelayan semakin bersemangat dengan kepastian dan kemudahan mendapatkan BBM, sehingga digitalisasi distribusi BBM bersubsidi melalui aplikasi MyPertamina menjadi anugerah bagi mereka dalam upaya memenuhi kebutuhan keluarganya.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button