Berita Wisata

Aksi UI Mapala dalam menjaga kelestarian alam dan keanekaragaman hayati: Suara untuk pariwisata ramah lingkungan dan gerakan pendakian dengan cara yang netral karbon

PENYIMPANAN: Manajemen Mapala UI berfoto bersama rombongan pecinta alam lainnya.

yamaha-nmax

RADARDEPOK.COM – Selain pesona alam yang eksotis, berbagai daerah di Indonesia juga menyuguhkan wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Melihat potensi tersebut, pemerintah terus menggalakkan pengembangan ekowisata untuk meningkatkan dampak positif bagi masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Juli lalu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meluncurkan Menuju pariwisata yang positif iklim melalui dekarbonisasi dan ekowisata. Program ini bertujuan untuk mengajak wisatawan berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan yang dapat mengurangi emisi karbon di sektor pariwisata.

Untuk mendukung program tersebut, para pecinta alam dari Universitas Indonesia (Mapala UI) menyelenggarakan diskusi panel bertajuk Carbon Neutral Ascent: Bentuk Kepedulian terhadap Alam dan Pariwisata Pascapandemi di Sekretariat Ikatan Alumni UI, Kampus UI Salemba.

Diskusi ini menghadirkan beberapa pembicara dari berbagai latar belakang, yaitu Dinni Septianingrum, pendiri organisasi perlindungan lingkungan #SeaSoldier; Andi Pananrang, petugas komunitas #IPilihBumi; Bogar Baskoro sebagai Kepala kemitraan strategis jejak.in; dan Raditya Anggoro, Manajer Umum Baka Raya Proyek serta calon anggota Mapala UI.

Kegiatan diskusi ini menjadi wadah untuk mengungkapkan gerakan pariwisata ramah lingkungan dan pendakian secara karbon-netral dari berbagai sudut kepada lebih dari 150 penonton yang didominasi oleh mahasiswa pecinta alam dari berbagai lapisan masyarakat Indonesia. Pada dasarnya, prinsip pendakian netral karbon adalah pendakian yang terdiri dari menghitung, mengganti, dan mengurangi emisi karbon selama pendakian.

“Netralitas karbon adalah upaya kami untuk menyediakan penyerap emisi karbon yang telah kami hasilkan. Kelebihan senyawa CO2 di bumi menyebabkan bumi menjadi panas sehingga apa yang kami sebut perubahan iklim. Ketika berhadapan dengan emisi karbon berlebih ini, kita mengenal istilah carbon neutral,” kata Dinni.

Pendakian netral karbon dalam penerapannya meliputi tiga hal yaitu perhitungan, penggantian dan pengurangan emisi.

“Perhitungan karbon adalah dasar awal untuk menghadapi pemanasan global. Kita bisa mulai menerapkannya dari aktivitas sehari-hari. Kemudian yang terpenting adalah kita masing-masing terlebih dahulu harus menyadari bahwa hampir setiap aktivitas yang kita lakukan menghasilkan emisi karbon,” kata Bogar.

Sedangkan penerapan netralitas karbon tidak hanya dalam pendakian, tetapi juga dalam aktivitas lain di alam, seperti yang dikatakan Radit.

“Netralitas karbon juga dapat diterapkan pada jenis kegiatan lain di alam, seperti arung jeram. Hal ini dapat dilakukan segera setelah perjalanan direncanakan dengan mempertimbangkan komponen-komponen yang menghasilkan emisi karbon yang mungkin muncul selama kegiatan”, jelas Radit.

Meja bundar ini adalah bagian dari seri Proyek Baka Raya, yaitu kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Khusus Pengukuhan Mapala UI 2022 (BKP) bagi calon anggota Mapala UI dan sebagai bentuk kampanye wisata dan pendakian carbon neutral. Sebelumnya, Mapala UI membantu memajukan kawasan ini dengan memimpin kampanye pendakian bebas karbon; pembukaan jalur baru pendakian Gunung Bukit Raya; dan peluncuran proyek sosial Pojok Literasi di Taman Nasional Bukit Baka dan Bukit Raya (TNBBBR), Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat Agustus lalu.

“Dengan mengusung tema carbon neutral climbing, diharapkan (calon anggota Mapala UI) dapat membantu melestarikan lingkungan di tengah krisis iklim global. Semoga gerakan ini dapat memotivasi masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap lingkungan alam, ” kata Magkma, ketua Mapala UI.(*/rd)

Penerbit : Indra Siregar

Source: www.radardepok.com

Related Articles

Back to top button