Berita Wisata

Belajar, bermain dan wisata edukasi

Oleh TEGUH PAMUNGKA*

Masa kecil adalah masa yang penuh kebebasan. Bebas bergerak, bebas berkreasi untuk menyaring ide dan potensi. Kebebasan dalam tempat belajar dan bermain.

STAYCATION Favehotel

Kebebasan ini harus diimbangi dengan peran orang tua dan lingkungan dalam mengarahkan keberadaan anak. Tidak jarang minat dan bakat anak tidak tersalurkan, karena potensi anak kurang dipahami oleh orang tua. Jika tidak segera dicerna, progresivitas anak menjadi “layu”.

Anak-anak biasa dipenuhi dengan rasa ingin tahu yang besar, rasa ingin tahu yang membawa kreativitas ke tumpuan. Jika dipahami, rasa ingin tahu anak mengarah pada belajar dan bermain.

Pembelajaran yang mengasah otak dalam kecerdasan berpikir. Sedangkan sisi bermain anak mengarah pada praktik narasi tersebut pada sesuatu yang aplikatif. Tempat belajar seperti bermain adalah taman baca. Atau biasa disebut dengan perpustakaan komunitas.

Ada banyak tempat belajar formal untuk anak-anak. Namun, wahana belajar yang tidak mengekang, lebih berkembang pada kebebasan menyalurkan ide dan kreatifitas belum representatif. Apalagi ternyata saudara-saudara kita yang kurang mampu secara ekonomi tidak bisa sekolah, tidak bisa mencari tempat untuk mengembangkan potensinya.

Pada dasarnya, ada dua upaya mendidik anak, seperti sisi uang yang tidak bisa dipisahkan. Belajar dan bermain, keduanya mendidik.

Keduanya membutuhkan tempat yang dapat mewakili kebutuhan anak. Apa tempat yang baik untuk memelihara kedewasaan positif seorang anak? Tentunya sesuai dengan dunia anak yaitu belajar dan bermain.

Kegiatan membaca yang dilakukan dengan permainan merupakan salah satu unsur penting. Karena kebiasaan membaca membuat anak kaya akan wawasan dan pengetahuan. Sayangnya fasilitas belajar masyarakat yang ada masih minim. Bahkan jika belajar tidak cukup dengan pergi ke sekolah. Rumah dan lingkungan dapat dijadikan sebagai tempat belajar.

Perpustakaan, taman baca, rumah baca atau apapun itu merupakan media yang tepat untuk mengasah kepekaan kecerdasan anak. Waktu belajar di sekolah yang singkat, dengan ritme hanya enam jam, diperkirakan masih kurang mencukupi kebutuhan belajar siswa. Oleh karena itu, program pemberdayaan masyarakat untuk pendidikan sangat diperlukan.

Untuk tujuan mengembangkan kebiasaan atau tradisi belajar di masyarakat. Berupa fasilitas belajar dan perpustakaan yang menjadi basis pembelajaran selain sekolah. Diantaranya adalah program membaca, mendongeng, dan menulis yang terorganisir. Diikuti dengan program hiburan yang mendidik, seperti review film dan lomba. Pada akhirnya, program-program ini dapat mengarahkan anak-anak untuk memperkaya ide dan kreativitas mereka.

Biasanya, perlombaan antar kelas atau pertemuan kelas berlangsung setelah ujian di sekolah. Sebagai sarana keakraban antar siswa dan antara siswa dengan guru atau pengajar. Memang, suasana yang cair dirasa perlu ketika pada minggu-minggu sebelumnya Anda rajin belajar saat ujian.

Maka perlu dipertahankan keberadaan tempat belajar (perpustakaan) dengan berbagai program pembelajaran. Tetaplah membumi dengan buku dan membaca sebagai menu utama Anda.

Karena dari membaca, insting anak lebih banyak belajar tentang apa yang “menggelitik” dirinya. Sebagai anak berbakat, anak mencoba sesuatu yang baru, ingin mencoba sesuatu.

Menurut M. Fauzil Adhim (1996), anak berbakat sering melakukan “petualangan” untuk memuaskan rasa ingin tahunya dan mengubah apa yang biasa menjadi sesuatu yang sama sekali baru dan bermanfaat. Hal ini mendorong anak untuk melakukan aktivitas.

Kunjungan pendidikan
Bepergian untuk anak-anak adalah model pembelajaran langsung. Selain sebagai tempat rekreasi pembelajaran formal di sekolah, tempat wisata bagi anak-anak juga utamanya adalah tempat belajar. Biasanya, wisata edukasi ditandai dengan kunjungan. Tempat wisata edukasi meliputi wisata sejarah (museum atau monumen), wisata alam dan lingkungan (petualangan) dan berbagai jenis wisata pembelajaran lainnya.

Sebagian besar obyek wisata yang ada lebih didasarkan pada aspek pemasaran. Hanya sekedar tempat liburan, pesta menghabiskan uang. Fasilitas wisata juga tersedia untuk umum. Spesifikasi wisata anak belum menjadi skala prioritas.

Anak adalah anak yang berhak mendapatkan pendidikan, siapapun mereka. Tanpa memandang status sosial, jenis kelamin atau etnis.

Tempat belajarnya pun sama, tidak hanya sekolah formal, orang tua dan masyarakat harus bisa membawa dan membimbing anaknya dalam belajar, dimana saja. Oleh karena itu, bimbing dan bimbinglah anak dalam mengembangkan ide dan kreativitasnya.

Selain mendapat pendidikan, anak juga memiliki hak hidup untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasinya adalah di sekolah, komunitas lingkungan dan tempat wisata. Anak-anak belajar untuk hidup secara sosial di sekolah dan di masyarakat – belajar, bermain, menjelajahi buku – mengembangkan kesadaran sosialnya.

Dengan berwisata, anak-anak dapat lebih mengenal lingkungannya dan memahami tempat-tempat bersejarah. Otomatis, pembelajaran budaya dan sosial juga akan menyertainya. (*/fud)

*ASN perwakilan BKKBN Kalsel

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button