Berita Wisata

Bukan organisasi pemuda biasa, pemuda desa ini fokus pada pelestarian mangrove

Harianjogjacom, BANTUL – Hanya sedikit kelompok pemuda desa yang peduli dengan pelestarian alam. Namun, di pantai selatan Bantul, sekelompok anak muda aktif dalam konservasi mangrove (bakau).

Kelompok Pemuda Baros (KP2B) adalah pelaku konservasi mangrove di Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kapanewon Kretek.

Pada umumnya kelompok ini merupakan wadah pengorganisasian pemuda Dusun Baros di masyarakat. Namun dalam praktiknya, kelompok ini lebih mementingkan kegiatan pelestarian alam.

DIPROMOSI:

Resmikan IKM di Umbulharjo, Dinas Perinkopukm Jogja berharap SMI naik ke puncak

Kepala KP2B Konservasi Sidiq Muhammad Nurcholis mengatakan, kegiatan pelestarian lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan konservasi bakau apa yang dilakukan organisasi merupakan bentuk kepedulian terhadap alam.

Kegiatan sosial ini sudah dilakukan selama 20 tahun untuk menjaga muara di pesisir pantai. “Bakau di sini semuanya ditanam, tidak ada yang alami berasal dari sini,” kata Cholis Harianjogja.comKamis (8/10/2022) lalu.

Berbeda dengan pantai utara, pantai selatan Jawa justru lebih sulit menjadi kawasan mangrove karena ombaknya yang ganas. Namun karena tingginya abrasi pantai yang melanda pantai Baros, sebuah organisasi bernama LSM Relung menggagas penanaman mangrove di Baros pada tahun 2003.

BACA JUGA: Toko Klontong milik Lurah Seloharjo, Bantul, Malingan

Setelah tiga tahun, pengelolaan kawasan konservasi mangrove diserahkan sepenuhnya kepada organisasi lokal yaitu KP2B yang terus merawatnya hingga saat ini.

Keberadaan mangrove di pantai Baros sangat penting untuk menahan abrasi dan banjir Sungai Opak. Selain itu, di sebelah utara kawasan mangrove terdapat areal pertanian tempat penduduk bekerja. Selain itu, mangrove juga penting sebagai habitat beberapa fauna seperti burung dan ikan.

Di satu sisi, KP2B masih menjalankan kegiatan kemasyarakatan seperti organisasi kepemudaan pada umumnya. Namun, di sisi lain, pelestarian alam juga menjadi fokus kelompok ini.

Pemuda setempat terus berikrar untuk melanjutkan perjuangan anggota kelompok yang telah dipertahankan bakau dari awal.

“Setiap pertemuan pemuda, kami selalu memberikan informasi tentang konservasi bakau. Karena dari awal kita sudah ditugaskan untuk menjaga bakaujadi saya ingin tetap peduli dengan konservasi bakau sampai akhir,” kata Cholis.

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan kelompok anak muda terlibat dalam kegiatan pelestarian lingkungan di daerahnya masing-masing.

Di Baros, kegiatan ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah hingga berbagai perusahaan yang memberikan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap hutan konservasi ini.

“Banyak yang mendorong juga untuk fokus ke pariwisata, tapi kita masih belum siap untuk pengelolaannya. Selama ini, kegiatan konservasi bakau Ini masih bentuk sosial,” katanya.

daerah wisata

Dipimpin oleh sekitar 50 pemuda desa, KP2B secara rutin merawat mangrove Baros. Mereka bertanggung jawab untuk menabur, menanam, menanam kembali, dan memelihara apa yang disebut tanaman Latin. Rhizofor itu.

Cholis mengatakan, saat ini ada enam jenis mangrove yang ditanam di Baros. Awalnya, areal tersebut ditanami spesies Rhizopora dan Avicennia. Kemudian ditambah dengan Sonneratia, Nypa, Bruguiera dan Aegiceras.

Anggota KP2B merawat bibit mangrove./Harian Jogja-Lajeng Padmaratri

Keenam tanaman ini ditanam di berbagai area secara berlapis untuk menahan abrasi pantai. “Untuk kawasan hutan, tanamannya sudah tinggi sejak tahun 2003, ada empat hektar. Kemudian kami memperluas ke barat sekitar sepuluh hektar ke desa berikutnya, kami bekerja dengan kelompok di sana,” kata Cholis.

Meski belum menyiapkan perjalanan khusus, Cholis mengaku banyak pengunjung yang ingin ke Hutan Lindung Mangrove Baros.

Sejak 2013 mereka telah membangun perkebunan diikuti di sekitar hutan sehingga wisatawan dapat mengunjungi dan belajar tentang hutan bakau. Namun, tur itu tidak diambil karena kelompok ini tidak terlalu fokus pada kegiatan wisata.

Selama ini, jika ada komunitas atau sekolah yang ingin mempelajari mangrove lebih jauh, mereka bisa melayani edutourism sekaligus menanam mangrove bersama.

Program penanaman mangrove akan dipandu oleh para relawan yang siap memberikan penjelasan tentang mangrove.

Cholis juga memastikan bahwa semua kawasan hutan bakau pengunjung umum dapat menjelajahi, karena beberapa area secara khusus disisihkan untuk konservasi dan penelitian.

Bukan tanpa masalah, konservasi mangrove di Baros masih terperosok pada masalah serasah yang sering hanyut terbawa arus dan tersangkut di akar pohon. Jika tanaman mangrove masih kecil, limbah tersebut dapat menyebabkan mereka membusuk dan merusaknya.

“Sampah dari sungai banyak, ada beberapa jenis dan banyak Tidak dapat dianalisis. Itu selalu menjadi masalah kita dalam kegiatan konservasi,” katanya.

Beberapa waktu lalu, pihak lain mengundang KP2B untuk mengolah sampah dengan pirolisis.

Namun hingga saat ini alat pirolisis tersebut masih dalam tahap uji coba, sehingga belum dapat menyelesaikan secara tuntas permasalahan sampah yang mengganggu kelestarian mangrove di Baros.

Baca lebih banyak berita dan artikel di Google Berita

Source: jogjapolitan.harianjogja.com

Related Articles

Back to top button