Berita Wisata

Bupati Teluk Wondama dengan Balai Besar TNTC untuk Pelepasliaran Tukik di Pantai Mawar

Wondama, Jubi TV – Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat mendukung penuh upaya Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BB TNTC) untuk melestarikan habitat penyu di kawasan tersebut.

Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor di Wasior, Rabu mengatakan, kawasan Pantai Mawar, Kabupaten Wasior dan sekitarnya dulunya merupakan tempat yang kaya akan sumber daya perikanan, juga biota laut lainnya seperti teripang termasuk penyu.

Namun, seiring dengan perkembangan Kawasan dan aktivitas manusia, sebagian besar biota laut, termasuk penyu, tidak lagi ditemukan di Kawasan.

Pada Selasa (14/11), sebanyak 71 tukik atau anak penyu dilepasliarkan ke laut di kawasan Pantai Mawar, Desa Rado, Kecamatan Wasior.

Tukik yang telah dilepasliarkan merupakan hasil penetasan semi alami yang dilakukan oleh tim peneliti dari BB TNTC.

“Pelepasliaran tukik di Pantai Mawar ini diharapkan menjadi pemacu kesadaran masyarakat akan kelestarian sumber daya laut, termasuk penyu yang keberadaannya sangat terancam akibat eksploitasi manusia yang berlebihan,” kata Bupati Mambor.

Orang nomor satu Kabupaten Teluk Wondama telah meminta dinas lingkungan hidup setempat serta pemerintah kabupaten dan kepala desa untuk memerintahkan warga untuk membantu melindungi habitat penyu di kawasan itu.

“Perlu ada himbauan kepada masyarakat agar ini tetap dipertahankan agar terus berkembang meski dibiarkan untuk dilestarikan selamanya,” kata Bupati Mambor.

Plt Kepala Seksi II BB TNTC Nanang Hari Mardani menjelaskan, penetasan tukik bermula dari ditemukannya beberapa telur penyu yang masih aktif oleh tim peneliti saat pemantauan di kawasan Kepulauan Auri, Kecamatan Roon, Kabupaten Teluk Wondama.

Sebanyak 93 telur berhasil diambil. Telur-telur penyu dikumpulkan dari beberapa titik di Kepulauan Auri, kemudian ditempatkan dalam ember berisi pasir dan ditata menyerupai habitat aslinya.

Selain itu, telur-telur yang sudah terisi ember dibawa ke Wasior untuk melakukan penetasan semi alami. Setelah 50 hari sejak telur penyu dikumpulkan dari Kepulauan Auri, akhirnya menetas.

“Dari 93, 77 telah menetas. Jadi, dalam perjalanan ini, usianya sudah dua bulan, ada enam ekor yang mati karena persaingan asupan makanan. Karena itu hewan prioritas kementerian, kita inkubasi dan lepas lagi,” kata Nanang.

Kepala BBTNTC Supartono mengatakan penyu, termasuk pelepasan tukik, bisa menjadi daya tarik wisata yang bisa menarik banyak wisatawan ke Kabupaten Teluk Wondama.

Oleh karena itu, pihaknya terus mendorong pemerintah daerah dan masyarakat untuk melestarikan hewan laut yang termasuk dalam hewan purba tersebut.

“Hewan ini bisa dijadikan tempat wisata asalkan tidak melanggar ekologi,” kata Supartono.

Saat BB TNTC sedang mendorong dua kelompok masyarakat yang tinggal di kawasan TNTC untuk melestarikan mamalia laut yang bisa hidup ratusan tahun. Kedua desa tersebut adalah Senebuai di distrik Roon dan Aisandami di distrik Teluk Duairi.

“Itu dibangun di Senebuai. Jika nanti mereka memiliki penyu dan siap menetas, maka bisa dijadikan objek wisata. Saya pikir ini juga kesempatan kita. Inilah sebabnya kami akan menjadikan salah satu desa yang kami kembangkan sebagai desa wisata. Salah satu atraksinya adalah pelepasan penyu,” kata Supartono.

Pelepasan bayi baru lahir tersebut dilakukan Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor dan Wakil Bupati Andarias Kayukatuy bersama Kapolres TNTC Supartono, Kapolsek AKBP Yohanes Agustiandaru, Dandim 1811/Peradaban Letkol Inf Saheri, Ketua TP PKK Ibu Sri Maryanti Mendila Mambor, Camat Wasior Antonius Alex Marani dan sejumlah pimpinan OPD dari Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama.

Dapatkan update berita terbaru dari Jubi Newsroom setiap hari. Ayo gabung di grup Telegram “News Room Jubi” dengan klik link, lalu gabung. Pertama, Anda perlu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button