Tempat Wisata

Candi Ratu Boko: Harga Tiket, Foto, Lokasi, Fasilitas dan Spot

Candi Ratu Boko merupakan situs peninggalan sejarah dan sering disebut dengan Istana Ratu Boko. Disebut Istana Ratu Boko karena bangunan ini lebih menyerupai keraton atau istana daripada candi. Pura Ratu Boko terletak di kawasan bukit Batur Agung dan berada pada ketinggian 196 meter di atas permukaan laut.

Kompleks Candi Ratu Boko merupakan suatu kompleks bangunan yang terdiri dari beberapa bagian. Kompleks candi ini berdiri di atas lahan yang sangat luas, keseluruhan kompleks candi mempunyai luas sekitar 25 hektar. Nama Ratu Boko sendiri berasal dari legenda setempat yang meyakini bahwa tempat wisata ini adalah istana Ratu Boko yang tak lain adalah ayah dari Roro Jonggrang.

Kompleks Candi Ratu Boko terletak di dua desa sekaligus. Yakni, Dukuh Dawung, Desa Bokoharjo dan Dukuh Sumberwatu, Desa Sambirejo, Kecamatan. Prambanan, Kab.Sleman, Yogyakarta. Bangunan bersejarah peninggalan Kerajaan Mataram kuno ini terletak sekitar 18 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Dan hanya berjarak 3 kilometer dari kompleks candi Prambanan.

Sejarah Candi Ratu Boko

Candi Ratu Boko diyakini dibangun oleh Rakai Panangkaran pada abad ke-8. Diketahui Rakai Panangkaran merupakan seorang raja di kerajaan Mataram kuno dari dinasti Syailendra yang beragama Budha. Pembangunan candi kemudian dilanjutkan oleh raja-raja Kerajaan Mataram Hindu. Hal ini diyakini karena adanya unsur Hindu pada arsitektur bangunan ini.

Sebuah prasasti ditemukan di sekitar kompleks candi ini. Prasasti tersebut merupakan prasasti Abhayagiri Vihara bertanggal 792 M. Prasasti yang ditulis dalam huruf Pranagari ini menyatakan bahwa Raja Tejapurnama Panangkarana atau Raja Rakai Panangkaran memerintahkan pembangunan sebuah tempat bernama Abhayagiri Wihara.

Menurut beberapa ahli bahasa, Abhaya bisa berarti kedamaian, Giri berarti bukit atau gunung, sedangkan vihara adalah tempat peribadatan. Jadi Abhayagiri Wihara bisa diartikan sebagai kuil di atas bukit yang damai. Rakai Panangkaran sendiri diyakini telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai raja di Kerajaan Mataram saat ini. Hal ini terjadi karena Rakai Panangkaran ingin memperdalam ilmu agama dan mencari ketenangan batin.

Menurut beberapa sejarawan, kompleks candi diubah menjadi istana yang dilengkapi dengan bangunan pertahanan. Pembangunan ini dilanjutkan oleh Rakai Walaing Pu Kumbayoni dengan menambahkan berbagai bangunan pada kompleksnya.

Vihara Abhayagiri juga diubah namanya menjadi Keraton Walaing dari Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Hal ini dikuatkan dengan prasasti Siwagrha yang menyatakan bahwa kompleks tersebut merupakan benteng pertahanan yang terdiri dari ratusan batu dan parit sebagai sistem pertahanan.

Penemuan Candi Ratu Boko

Situs bersejarah Candi Ratu Boko pertama kali ditemukan pada abad ke-17 oleh orang Belanda HJ ​​De Graaf dan ditemukan kembali oleh Van Boeckholtz pada tahun 1970. Saat itu Candi Ratu Boko masih berupa reruntuhan batu. Penemuan ini kemudian dipublikasikan dan menarik minat para arkeolog seperti Makenzie, Junghun dan Brumun yang akhirnya melakukan penelitian pada tahun 1814.

Saat Makenzie menyelidiki kompleks tersebut, ditemukan sebuah patung yang menggambarkan seorang pria dan seorang wanita sedang berpelukan. Ditemukan pula pilar batu yang berukir gajah dan kuda. Pada awal abad ke-20, dilakukan penelitian terhadap Candi Ratu Boko di bawah arahan FDK Bosch. Penelitian ini dilaporkan secara tertulis oleh Keraton van Ratoe Boko.

Bangunan Candi Ratu Boko

1. Gerbang utama

Gerbang masuk kompleks Candi Ratu Boko terletak di sebelah barat bangunan. Gerbang tersebut terdiri dari dua bagian yaitu gerbang luar dan gerbang dalam. Gerbang luar lebih kecil sedangkan gerbang dalam lebih besar. Gerbang dalam merupakan gerbang utama kompleks candi ini.

Gerbang luar candi ini terdiri dari tiga buah gerbang Paduraksa yang sejajar. Gerbang utama terletak di tengah dan merupakan gerbang terbesar dari gerbang luar candi. Gerbang tersebut disertai dengan dua gerbang mengapit yang lebih kecil. Sayangnya, ketiga atap gapura tersebut rusak dan belum diketahui seperti apa bentuk asli atap gapura tersebut.

Baca juga: Candi Barong, objek wisata khas dari candi Hindu

Gerbang dalam atau gerbang utama berjarak sekitar 15 meter dari gerbang luar. Terdapat 5 buah gapura Paduraksa pada gerbang utama candi ini. Di gerbang dalam, terdapat tiga anak tangga menuju ke kompleks candi. Tangga pada pintu gerbang dihiasi dengan pola uklet di bagian bawah dan kepala besar di bagian atas tangga. Sedangkan dinding tangga dihiasi motif bunga dan sulur.

Atap pada gerbang utama pada gerbang dalam sudah tidak dapat ditemukan lagi. Namun gerbang terkait memiliki atap berbentuk limas dan bagian atas berbentuk mutiara. Terdapat tulisan “Panabwara” pada bangunan gerbang utama. Ini merupakan simbol bahwa Candi Ratu Boko diambil alih oleh Rakai Panabwara, putra Rakai Pikatan.

2. Pura Batu Kapur

45 meter timur laut gerbang utama terdapat candi dengan pondasi batu kapur. Pura Batukapur dikenal juga dengan nama Pura Batu Putih. Hal ini dikarenakan pondasi candi terbuat dari batu kapur berwarna putih. Sayangnya bangunan tersebut sudah tidak berbentuk dan rusak.

3. Kuil yang Terbakar

Sesuai dengan namanya, bangunan kuno ini konon dulunya merupakan tempat pembakaran mayat. Bangunan ini berbentuk teras bertingkat dengan tinggi 3 meter dan luas sekitar 26 meter persegi. Letak gedung ini berjarak sekitar 37 meter dari gerbang utama. Di sudut tenggara bangunan ini terdapat sebuah sumur tua yang diyakini sebagai sumber air suci.

4. Paseban

Gedung ini letaknya sekitar 45 meter dari gerbang utama. Paseban merupakan bangunan bertingkat dengan dimensi tinggi 1,5 meter, lebar 7 meter, dan panjang 38 meter. Terdapat tangga untuk mengakses gedung ini di sebelah barat. Paseban dibangun dari batu andesit. Konon bangunan ini merupakan tempat berkonfrontasi dengan raja.

5. Pendapat

Pendapa merupakan bangunan berdinding batu yang tingginya sekitar 3 meter, panjang 40 meter, dan lebar 30 meter. Bangunan tersebut mempunyai pagar berupa gapura Paduraksa di sisi utara, barat, dan selatan. Terdapat saluran pembuangan air yang disebut Jaladwara di berbagai tempat di luar tembok.

Terdapat dua teras yang terbuat dari material batu andesit pada bangunan Pendapa ini. Teras pertama disebut Pendapa, berupa bangunan berbentuk panggung berbentuk persegi dengan tinggi 1,4 meter dan luas 20 meter persegi.

Baca juga: 58 Tempat Wisata di Jogja Paling Menarik yang Wajib Dikunjungi

Di sisi selatan Pendapa terdapat teras kedua yang disebut juga Pringgitan. Bentuk dari pringgitan ini juga sama dengan pendapa yaitu berbentuk persegi dengan luas 20 meter x 6 meter. Pada teras kedua ini ditemukan 12 buah tiang batu.

Di luar tembok Pendapa terdapat teras lagi, di ujungnya terdapat tiga buah candi kecil. Candi ini dipercaya sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa, Dewa Wisnu, dan Dewa Brahma. Candi Dewa Siwa berada di tengah dan berukuran lebih besar dibandingkan kedua candi lainnya.

6. Putri

Keputren juga dapat diartikan sebagai tempat tinggal anak perempuan. Lokasi bangunan ini berada di sebelah timur Pendapa. Bangunan ini memiliki luas 31 x 8 meter dan dikelilingi pagar batu setinggi 2 meter. Ada dua pintu di timur dan barat. Kedua pintunya berbentuk gapura Paduraksa dan dihiasi Kalamakara pada bagian atasnya.

Bangunan sang putri sendiri terbagi menjadi dua bagian dan dipisahkan oleh tembok batu. Terdapat sebuah pintu yang berfungsi sebagai penghubung antar masing-masing putri. Di putri pertama terdapat tiga kolam persegi, satu kolam persegi, dan dua kolam persegi panjang. Pada keputren kedua terdapat 8 buah kolam yang bentuknya menyerupai lingkaran.

7. Gua

Terdapat dua buah gua di kompleks Candi Ratu Boko, kedua gua tersebut dinamakan Gua Lanang dan Gua Wadon. Gua Lanang memiliki tinggi 1,3 meter, lebar 3,7 meter, dan kedalaman sekitar 2,9 meter. Di dalam Gua Lanang terdapat relung-relung yang dihiasi ukiran seperti bingkai.

Gua Wadon berukuran lebih kecil dari Gua Lanang dan tingginya 1,3 meter, lebar 3 meter, dan kedalaman sekitar 1,7 meter. Gua ini terletak sekitar 20 meter dari Paseban dan memiliki relung di dalamnya.

Wisata sejarah

Candi Ratu Boko merupakan salah satu destinasi wisata sejarah yang cukup populer dan cukup terkenal di Yogyakarta. Jika Anda pecinta wisata budaya, candi ini patut menjadi destinasi wisata Anda selanjutnya. Bangunan bersejarah ini mempunyai daya tarik tersendiri yang tidak dimiliki candi lainnya.

Pura ini mempunyai keistimewaan tersendiri. Di kompleks yang diyakini pernah menjadi istana ini, Anda akan menemukan berbagai bentuk bangunan. Keberagaman arsitektur bangunan turut menyumbang keindahan candi-candi yang masuk nominasi Situs Warisan Dunia ini.

Wisata fotografi

Keindahan bangunan-bangunan yang ada di kompleks candi ini seakan menarik para pecinta fotografi untuk mengabadikannya dalam sebuah foto. Banyak fotografer yang mengunjungi Candi Ratu Boko hanya untuk mencari foto.

Kompleks candi ini memiliki banyak objek yang menarik untuk difoto seperti arca, arca, patung dan bangunan lainnya. Selain itu, letak candi yang berada di perbukitan memungkinkan wisatawan menikmati indahnya panorama alam di sekitar Candi Ratu Boko. Jika Anda datang ke Candi Ratu Boko pada sore hari, Anda juga akan disuguhi pemandangan matahari terbenam yang sangat mempesona.

Jam buka Candi Ratu Boko dan tarif masuknya

  • Harga tiket online: Rp 19.000
  • Beli tur matahari terbit dan terbenam: Rp 785.000
  • Harga tiket masuk reguler untuk tiket domestik: Rp 20.000-40.000
  • Ratu Boko – Harga Tiket Masuk Kanal Prambanan : Rp 40.000-85.000
  • Harga Tiket Masuk Ratu Boko – Kanal Borobudur: Rp 35.000-75.000

Jam Buka Candi Ratu Boko

  • Buka setiap hari dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore

Peta lokasi Candi Ratu Boko

Galeri Foto Candi Ratu Boko

Candi Ratu Boko
Keindahan Candi Ratu Boko
Titik foto di halaman
Potret kawasan Candi Ratu Boko
Sunset di Candi Ratu Boko

Source: www.tempatwisata.pro

Related Articles

Back to top button