Berita Wisata

Ciptakan desa yang sehat untuk mengajar tari

Tak disangka, Hanindyo Priyo Witjaksono dan Aprilly Natania Tanojo terpilih menjadi Kakang Mbakyu Kota Malang 2022. Karena merekalah dua orang pertama yang mengikuti ajang atau kompetisi duta tersebut. Apa program untuk tahun depan?

Setelah mengusung gelar Kakang Mbakyu Kota Malang 2022 pekan lalu, Jawa Pos Radar Malang berkesempatan berbincang dengan Kakang Dyo dan Mbakyu Tania. Ditemui di Taman Indie Resto kemarin (24/9), mereka berbagi cerita selama proses seleksi.

Dyo, sapaan akrab R Hanindyo Priyo Witjaksono mengatakan, baik dirinya maupun Tania tidak memiliki pengalaman dalam acara duta besar tersebut. Selama ini ia berkecimpung di bidang olahraga. Tepatnya sebagai atlet bola tangan. Sementara itu, Tania terutama terlibat dalam musik, menari dan modeling.

“Namun, itu semua berawal dari kecintaan kami pada kota Malang. Kami juga ingin mempromosikan pariwisata di Kota Malang dan tertantang untuk mencoba hal baru. Dalam hal ini melalui Kakang Mbakyu Kota Malang 2022,” ujar alumnus SMA Negeri 3 Kota Malang ini.

Ia mengungkapkan, secara total, keduanya sudah terlibat dalam proses seleksi selama hampir satu setengah bulan sejak Agustus lalu. Mulai dari babak seleksi, semi final, finalis, pra karantina, karantina, hingga grand final.

Dari sekitar 130 anak muda yang terdaftar, mereka berhasil berevolusi menjadi duta. Namun, proses yang mereka lalui tidaklah mudah. Sejak lolos seleksi, Dyo dan Tania harus membagi waktu dengan baik. Begitu pula dengan Tania yang saat ini sedang menempuh studi semester tiga di Program Studi Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya (FMIPA UB).

“Mengikuti Kakang Mbakyu, kami harus menghabiskan lebih banyak waktu. Beberapa aktivitas harus dikurangi. Seperti tidur berjam-jam dan menyembuhkan atau dihibur,” kata Dyo.

Untuk itu, Dyo dan Tania dituntut memiliki manajemen waktu yang baik. Mereka harus pintar memilah kegiatan prioritas.

Belum lagi tantangan dan tekanan lainnya. Hal ini dikarenakan mereka bersaing dengan anak muda lainnya yang sebagian besar sudah berpengalaman, terutama di bidang duta atau kompetisi.

Selain tantangan dan tekanan, ada juga pelajaran baru yang didapat selama proses seleksi. Misalnya, relasi baru, upaya memaksimalkan potensi dan platform, mengasah public speaking dan wawasan. Keduanya sama-sama bahagia karena bisa membuat bangga keluarga dan bertemu pihak dari berbagai instansi.

Dyo melanjutkan, setelah terpilih sebagai Kakang Mbakyu Kota Malang 2022, tugas mereka bukan berarti selesai. Mereka juga diharuskan memiliki program kerja (proker) yang sudah berjalan.

“Dalam acara Kakang Mbakyu saya mengajukan program untuk pariwisata kota Malang yang sehat dan kuat. Untuk proyek ini saya membuat program di Kampung Ginger Merah. Bentuknya berupa senam bersama Groupement des women petani,” jelas pria berusia 18 tahun itu.

Proyek tersebut dipilih berdasarkan kondisi terkini pascapandemi. Melalui program kerja yang diusulkan, Dyo ingin mengajak masyarakat Kota Malang untuk hidup lebih sehat.

Tidak hanya ingin mengajak warga Kota Malang untuk hidup sehat. Dalam karyanya, penggila binafisika ini juga ingin menjadikan desa bertemakan desa kesehatan sekaligus memfasilitasi desa tersebut sebagai daya tarik wisata. Sehingga kedepannya akan menarik wisatawan dari luar. “Ke depan olahraga tidak hanya senam. Ada program jalan sehat karena lebih banyak orang yang bisa mengikutinya,” imbuhnya.

Sementara itu, Tania memiliki proyek bernama Maburi. Artinya Malang sehat, berbudaya dan menari. Sebagai seorang remaja yang berkecimpung di bidang tari, ia ingin mengajar tari tradisional dan tari gabungan. Terutama kepada para remaja.

“Saya ingin mengembangkan atraksi di kampung bertema. Sedangkan di sana tidak hanya unggul dari segi spot foto tapi juga aktivitasnya. Tujuannya untuk menambah pengetahuan tentang budaya sekaligus jalan-jalan,” tutur gadis kelahiran 2003 itu.

Namun, proker Maburi masih dibutuhkan. Kedepannya, ia ingin fokus menggarap program kerja desa tematik terlebih dahulu dengan rutin mengajar tari.

Selain mengerjakan proyek kerja masing-masing, mereka juga akan mengerjakan proyek kerja bersama Paguyuban Kakang Mbakyu (Pakandayu). Nantinya akan ada sekitar 3 proker umum. Yang paling dekat adalah kegiatan sosial dalam tema desa berupa kegiatan bersih desa. Dalam menjalankan program kerja, keduanya berencana bekerjasama dengan Pokdarwis dan instansi terkait.

“Pembersihan kampung akan dilakukan bersama bapak-bapak, sedangkan ibu-ibu akan senam. Dan untuk anak-anak, mereka mewarnai tempat sampah dengan harapan mereka lebih termotivasi untuk membuang sampah pada mereka,” lanjutnya.

Tania menambahkan, ke depan keduanya tidak hanya disibukkan dengan kegiatan wisata di kota tersebut. Saat ini mereka juga sedang mempersiapkan diri untuk acara Raka Raki di Jawa Timur 2023. “Untuk acara Raka Raki, kami fokus pada peningkatan public speaking, wawasan dan pengembangan bakat dan pengetahuan. ‘Bahasa Inggris, “jelas istri Malang.

Wanita berambut gondrong itu juga berpesan kepada anak muda untuk tidak takut mencoba hal baru. Misalnya, acara duta besar seperti Kakang Mbakyu. “Saran saya harus berani, mau belajar dan disiplin. Jangan takut untuk mencoba karena kita mungkin memiliki potensi lebih dari yang kita bayangkan,” katanya. (kurir/abm)

Source: radarmalang.jawapos.com

Related Articles

Back to top button