Berita Wisata

Cok Ace: Bali tidak bisa mengandalkan pariwisata

Wagub Cok Ace telah memasukkan konsep Padma Bhuwana ke dalam strategi pembangunan Bali, dimana prioritas pembangunan di setiap kabupaten/kota harus didasarkan pada potensi geografis, demografis dan sumber daya yang ada.

DENPASAR,Nusa Bali

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) menerima kunjungan delegasi dari Provinsi Bataan, Filipina, terkait pertukaran informasi perkembangan pariwisata Provinsi Bali yang diinginkan oleh Provinsi de Bataan mengadopsi. Dalam kesempatan tersebut, Wagub menjelaskan bahwa upaya Bali tidak bergantung pada sektor pariwisata.

Wagub Cok Ace mengapresiasi Provinsi Bataan mau belajar dari Bali. Menurutnya, belajar dari pandemi, Bali tidak bisa terlalu mengandalkan pariwisata sebagai penggerak utama perekonomian.

Dilihat sebelum pandemi, 54% PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Bali berasal dari sektor pariwisata, dan ketika pandemi Covid-19 melanda, perekonomian Bali ambruk. Untuk itu, Pemprov Bali telah melakukan beberapa manuver untuk mendorong perekonomian Bali, salah satunya dengan meningkatkan potensi sumber daya alam lokal, adat dan budaya Bali.

“Merupakan potensi dan kekuatan yang besar untuk membangun perekonomian berbasis sumber daya lokal Bali melalui sektor pertanian, kelautan dan perikanan, serta industri kerajinan berbasis kerakyatan yang didukung oleh pariwisata,” kata Wagub Cok Ace saat Resepsi kepada Rombongan, di Gedung Pertemuan Praja Sabha, Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Sabtu (3/12).

Ia mengatakan, perkembangan pariwisata di Bali selama ini mendorong warga Bali semakin meninggalkan potensi sumber daya lokal.

Perjalanan panjang pariwisata di Bali dengan berbagai peristiwa kerusuhan keamanan, bencana alam, bencana alam dan pandemi Covid-19 cukup memberikan pelajaran tentang rentannya gejolak ekonomi Bali yang hanya bertumpu pada dominasi sektor pariwisata.

Untuk itu, kata Wagub Cok Ace, perlu dikembangkan sektor-sektor unggulan seperti pertanian dalam arti luas meliputi peternakan dan perkebunan, kelautan dan perikanan, industri, IKM, UMKM dan koperasi, ekonomi kreatif dan digital. dan pariwisata serta pembangunan infrastruktur pendukung. “Semua itu tergambar dalam ekonomi Kerthi Bali,” kata Wakil Gubernur Cok Ace.

Selain itu, Wagub Cok Ace juga melihat hal yang perlu mendapat perhatian Bali adalah keseimbangan antar daerah. Selama ini disparitas antar daerah sangat tinggi, misalnya pariwisata hanya dominan di wilayah selatan Bali.

Untuk itu, Wagub Cok Ace juga telah memasukkan konsep Padma Bhuwana ke dalam strategi pembangunan Bali, dimana prioritas pembangunan di setiap kabupaten/kota harus didasarkan pada karakteristik geografis, demografis, dan potensi sumber daya yang dominan.

“Pengoptimalan seluruh potensi tersebut harus sesuai dengan karakteristik dan fungsi masing-masing Dewata Nawasanga yang membawahi daerah sehingga terbangun taksu yang memastikan semua potensi berkembang secara optimal,” ujar Sub-Gubernur Cok Ace.

Wakil Gubernur Cok Ace menjelaskan bahwa taksu adalah kekuatan hakiki yang tidak terlihat (niskala), tetapi yang menentukan keberhasilan semua yang terlihat (sekala). Taksu memastikan setiap potensi dapat berkembang secara optimal, jika dan hanya jika dikembangkan pada ruang yang tepat.

Oleh karena itu, semua program pembangunan Bali harus dimulai dengan menggali taksu dari masing-masing daerah, dan Padma Bhuwana memberikan rancangannya. Bagaimana mengembangkan wilayah timur, selatan, barat, utara, dan tengah harus disesuaikan dengan taksu sesuai dengan ruh ketuhanan yang menguasainya.

Sejalan dengan visi pembangunan Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, konsep Padma Bhuwana relevan sebagai kerangka pendekatan pemetaan wilayah baik skala maupun Niskala.

Secara berkala, prioritas pembangunan di setiap kabupaten/kota harus didasarkan pada potensi geografis, demografis, dan sumber daya yang ada. Optimalisasi semua potensi tersebut harus didasarkan pada karakteristik dan fungsi masing-masing Dewa Nawasanga yang mengawasi wilayah agar terbangun taksu yang menuntut semua potensi berkembang secara optimal.

Berdasarkan pemetaan tersebut, pengembangan dan pemberdayaan potensi harus menyasar seluruh elemen Sad Kerthi, yaitu jiwa masyarakat (Atma Kertih), kualitas sumber daya manusianya (Jana Kertih), tata ruang kawasan (Jagat Kertih). ), dan semua unsur alam dan lingkungan biotik didalamnya (Laut, Wana dan Danu Kertih).

“Dengan demikian, desain Padma Bhuwana memberikan landasan teoritis dan praktis untuk mewujudkan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali,” kata Wakil Gubernur Cok Ace.

Selain itu, Gubernur Bali telah mengeluarkan beberapa peraturan daerah untuk mengatur beberapa hal terkait perlindungan Bali. Salah satunya adalah peraturan tentang penggunaan plastik sekali pakai, dimana di Bali saat ini terutama di tempat perbelanjaan, tempat wisata dan tempat lainnya, plastik sekali pakai tidak diperbolehkan. Ini tentang pengurangan sampah plastik di Bali.

Selain itu, juga telah dikeluarkan peraturan tentang penggunaan produk lokal untuk industri pariwisata, dimana hotel dan restoran di Bali harus menggunakan produk lokal dari petani Bali untuk menyajikan makanannya.

Hal ini digunakan untuk melindungi petani Bali agar dapat menghasilkan produk pertanian yang berkualitas. Sehingga pembangunan Bali berkelanjutan dan berdampak langsung kepada masyarakat.

Ketua delegasi yang beranggotakan 9 orang, Maria Angela S Garcia mengatakan, Bataan merupakan provinsi yang terdiri dari 3 kabupaten dengan sejumlah potensi wisata.

Maria Garcia mengatakan, Bataan memiliki pemandangan alam yang indah seperti Bali. Untuk itu, pihaknya ingin belajar dari Bali untuk mengembangkan industri pariwisata dengan baik. Ia mengatakan Bali sangat terkenal di mancanegara, sehingga pihaknya ingin mengadopsi sarana pengembangan pariwisata di Bali. Baik dari segi pendekatan kepada masyarakat, investor maupun manajemen lainnya. 7 cr78

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button