Berita Wisata

Desa Cisantara Gunung Ciremai, Menjunjung Tinggi Toleransi dan Pelestarian Alam

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Toleransi umat beragama Indonesia tercermin dengan indah di kaki Gunung Ciremai di Jawa Barat. Warga Desa Cisantara dengan berbagai kepercayaan, menjaga toleransi, menjaga alam dengan indah dan menjadi tujuan wisata.


Salah satu tujuan wisata paling terkenal di mancanegara adalah Gua Maria, Gunung Ciremai. Destinasi wisata di Desa Cisantara ini sangat ramai dikunjungi umat Katolik, saat liburan Natal dan Tahun Baru 2023 atau Nataru 2023.

“Gua Maria banyak dikunjungi umat Katolik dari berbagai kota di Indonesia, merupakan destinasi wisata religi desa Cisantara yang sudah menjadi nasional,” kata Sekretaris Desa Cisantana Aji Rianto.

Aji Rianto menyebutkan destinasi wisata di Desa Cisantara beragam, antara lain Obyek Wisata Palutungan, Air Terjun Putri Palutungan, Pemandangan Sukageuri, Taman Cisantana, Taman Nasional Gunung Ciremai, Obyek wisata alam Landung dan Tenjo.

Ada juga kafe dengan nuansa alam yang bisa menambah suasana liburan dan mempererat tali silaturahmi dengan keluarga atau teman. Kafe bernuansa alam di desa Cisantara ini antara lain Santana Sky, BlackBine Coffee, Teras Kokopan dan Arunika Eatery.

Desa-Cisantara-2.jpg

“Pemandangan city light di Kuningan sangat indah dari desa Cisantana. Masyarakat desa Cisantara juga sangat menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal yang ada,” kata Aji.

Aji Rianto menjelaskan, tidak hanya toleransi beragama, masyarakat Desa Cisantana juga peduli terhadap kekayaan alam dan budaya. Di tempat ini pun belum ada hotel atau villa, karena belum mengeluarkan izin untuk penginapan.

“Tidak ada vila yang disewakan, hanya vila pribadi yang digunakan pemiliknya,” kata Aji.

Kepala Bea Cukai Sunda Ela Romlah mengatakan kunjungan ke Desa Cisantara yang terletak di kaki Gunung Ciremai tidak berdampak pada kerusakan alam. Wisata desa Cisantara ini membawa kemajuan dan peningkatan ekonomi masyarakat.

“Ini benar-benar kawasan konservasi. Dulu, air mengalir ke sini hingga ke pemukiman desa Cisantara, tapi sekarang sudah tidak lagi. Jadi kepedulian kita yang sebenarnya adalah kelestarian air,” ujarnya.

Ela menuturkan, hadirnya wisata ini memberikan dampak lain bagi warga Desa Cisantara dari sektor ketenagakerjaan. Warga desa Cisantara yang berprofesi sebagai petani kini menjadi tukang ojek atau pedagang kaki lima. Ia berharap, meski ada dampak seperti itu, keberlangsungan alam di Desa Cisantana tetap terjaga.


“Dulu (Desa Cisantara) di sini sentra produksi sayuran. Tapi sekarang sudah tidak lagi,” ujarnya.

Ela Romlah berharap pengembangan kawasan wisata di Desa Cisantara juga mengedepankan nilai-nilai budaya tradisional yang telah dibangun sejak lama demi menjaga kelestarian alam di kaki Gunung Ciremai.

**) Ikuti berita terbaru KALI Indonesia di berita Google

Klik link ini dan jangan lupa follow.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button