Berita Wisata

Desa Obelix menjadi destinasi unggulan di tengah alam pedesaan

Harianjogja.com, SLEMAN—Tampak mencolok di tengah hamparan hijau Padukuhan Krandon, Kalurahan Pandowoharjo, Sleman, beberapa bangunan bergaya arsitektur Jawa bercat putih dan Desa Obelix yang menandai nama kawasan tersebut.

Pada Sabtu (15/10/2022), objek wisata baru Desa Obelix akan dibuka untuk umum. Namanya hampir mirip dengan Bukit Obelix di Prambanan karena Desa Obelix merupakan objek kedua yang dikembangkan oleh pengelola All Obelix.

Manajer Desa Obelix Monika Priyatno mengatakan, proyek desa ini sudah berlangsung cukup lama. Ide tersebut lahir dari keinginan untuk mencari ruang santai yang unik di tengah persawahan.

DIPROMOSI:

Resmikan IKM di Umbulharjo, Dinas Perinkopukm Jogja berharap SMI naik ke puncak

“Kita [All Obelix] wingin menghadirkan sesuatu yang alami tanpa merusak keberadaan kawasan tersebut sebagai tanah kuning. Seperti Obelix Hills yang sudah lebih dulu hadir, kami selalu berprinsip tidak mengubah keaslian objek”, ujarnya dalam siaran pers kepada Harian Jogja, Jumat (14/10/2022).

Dari niat tersebut, akhirnya tercetus ide sebuah objek wisata dengan desain back-to-nature. Menurut konsep ini, Desa Obélix, yang berdiri di atas lahan seluas empat hektar, menawarkan pertanian mini dan kebun binatang kecil.

Mini-farm merupakan wahana pendidikan pertanian. Pengunjung dapat berpartisipasi dalam bertani dan memanen hasil pertanian serta dapat menjual berbagai produk tanaman organik.

Kebun binatang kecil ini mengusung konsep berbagai jenis hewan seperti rusa, kelinci, burung, sapi, kambing, kuda poni dan ayam. Pengunjung dapat berinteraksi dengan satwa dengan menyediakan makanan yang disediakan oleh pawang.

Aktivitas olahraga juga menjadi salah satu perbedaan dengan Obelix Hills yang lebih menjual pesona alam. Ada juga wahana tepi sungai yang memungkinkan pengunjung untuk bersantai di tepi sungai sambil mencicipi berbagai kuliner.

Monika mengatakan, lokasi Desa Obelix yang berada di pedesaan memungkinkan pengelolaan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Sebelum dibukanya objek wisata, ada bakti sosial dan pengajian yang mengundang masyarakat.

“Nantinya kita akan bekerjasama dengan desa wisata melalui atraksi gerobak sapi. Organisasi pemuda juga terlibat dalam pengelolaan lahan parkir,” kata Monika.

Kehadiran objek wisata ini juga mampu menyerap lebih dari 120 karyawan, termasuk pekerja restoran, kafe, dan toko serba ada. Untuk masuk ke objek wisata ini, pengunjung membayar tiket masuk mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 30.000.

Baca lebih banyak berita dan artikel di Google Berita

Source: jogjapolitan.harianjogja.com

Related Articles

Back to top button