Berita Wisata

Desa wisata Dampak positif upaya pelestarian alam dan akar budaya

Walikota Batu Dewanti Rumpoko meresmikan Desa Wisata Petik Strawberry yang digagas oleh Pemerintah Desa Pandanrejo. (MVoice/Prokopim Pemkot Batu)

SUARA MALANG – Seluruh wilayah Indonesia berdesak-desakan menarik kunjungan wisatawan dengan menghadirkan potensi desa wisata. Munculnya desa wisata juga merata hadir di seluruh kelurahan/desa Kota Batu yang menggemakan julukan Kota Wisata Batu (KWB).

Politisi sering membuat alasan yang monoton dan klise, hanya fokus pada sudut pandang ekonomi ketika desa wisata terbentuk, yang terkadang dimulai secara asal-asalan.

Lambat laun, masyarakat terjebak dalam paradigma antroposentris yang mengeksploitasi sumber daya alam pada aspek ekonomi semata. Hubungan timbal balik antara manusia dan alam diingkari demi mengurangi upaya pelestarian ekologi.

Baca juga : Ajang Promosi Pariwisata, Walikota Batu Sulut Semangat Ribuan Peserta Tur Nasional Gowes

Hal itu ditegaskan Menteri PDTT Abdul Halim Iskandar yang menilai maraknya pembangunan desa wisata tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Sedangkan aspek pelestarian ekologi harus menjadi prioritas. Bukan sebaliknya, mengeksploitasi alam untuk tujuan ekonomi. Hal itu disampaikannya saat berkunjung ke balai kota Among Tani, Kota Batu, beberapa hari lalu.

Baca juga : Keunikan tata ruang Kota Batu terancam punah jika tata ruang ditinggalkan

“Saat ini perkembangan desa wisata sangat marak. Pembangunan ini harus didasarkan pada filosofi konservasi. Sisi sosial, kelestarian dan pelestarian alam menjadi variabel penting dalam pengembangan desa wisata,” kata mantan Ketua DPRD Jatim periode 2014-2019 ini.

Baca juga : Jelajahi ciri-cirinya, konfirmasi keberadaan desa wisata

Saat ini, pelestarian lingkungan pedesaan menjadi pusat perhatian PDTT Kementerian Desa. Hal ini untuk menjaga kelestarian alam pedesaan yang meliputi 91 persen luas daratan negara. Dengan melestarikan alam dan menjaga akar budaya, menjadi nilai lebih bagi wisatawan untuk datang secara alami.

Baca juga : Meningkatkan prestise kawasan Songgoriti sebagai destinasi wisata budaya di kota Batu

“Saya bersikeras pada fakta bahwa tujuannya bukan pariwisata secara langsung. Namun, harus ada proses konservasi tanah dan air. Pariwisata merupakan dampak positif dari pelestarian alam itu sendiri,” kata politisi PKB itu.

Baca juga : Sebagai barometer kawasan wisata, diperlukan Rippda Kota Batu untuk kualitas

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa kebijakan pengembangan dan penguatan kelembagaan ekonomi desa, BumDesa dan BumDesa Bersama juga perlu diperhatikan. Obsesi pemulihan ekonomi tidak boleh mengesampingkan kepentingan kelestarian dan pelestarian alam.

Baca juga : Disparta Kota Batu siapkan Ranperda Rippda

“Memang kehadiran lembaga ekonomi desa harus menempatkan pelestarian alam sebagai misi utama,” ujarnya.

Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko sependapat dengan pernyataan Abdul Halim. Pembangunan desa wisata tidak boleh merusak kelestarian lingkungan. Pihaknya sangat mendukung hal tersebut, apalagi Kota Batu merupakan penyangga dan hulu Sungai Brantas.

Baca juga : Aliansi Malang Raya menilai perubahan RTRW Perda Kota Batu sebagai ancaman bagi ruang hidup

“Konservasi alam adalah sesuatu yang perlu diprioritaskan, ketika kondisi dan situasi alam sudah nyaman. Otomatis semakin banyak wisatawan yang datang ke Kota Batu untuk betah,” ujarnya. (der)

Source: malangvoice.com

Related Articles

Back to top button