Berita Wisata

Drogba berhasil mendamaikan perang saudara, netizen: cerita berbeda di +62 negara

Striker Montreal Impact Didier Drogba. FOTO AFP /FREDERIC J. BROWN

Konflik persaudaraan yang terjadi di Pantai Gading dapat diredam dengan hadirnya sepak bola.

SuaraJogja.id – Sebuah akun Instagram @factsfavoritdunia mengunggah kisah inspiratif tentang pesepakbola dunia Pantai Gading yang pernah bermain untuk Chelsea, Didier Drogba.

Seperti yang kita ketahui bersama, di Pantai Gading pernah terjadi konflik yang sangat besar antara saudara kandung, namun pada tanggal 8 Oktober 2005, itu menjadi titik awal perdamaian tepat setelah Pantai Gading memenangkan tiket Piala Dunia 2006 di Jerman.

“Yang mendamaikan pihak yang berperang bukanlah politisi atau orang bersenjata, melainkan bintang sepak bola Didier Drogba”, tulis akun Instagram @factsfavoritdunia.

Dilansir dari akun Instagram @factfavoritdunia bahwa kapten Pantai Gading saat itu Cyril Damoraud sengaja mengundang tim media ke ruang ganti pemain. Kapten kemudian meminta salah satu wartawan untuk menyerahkan mikrofon kepada Drogba untuk pidato kemenangannya serta untuk negaranya yang sedang berperang.

Baca Juga: Perang Saudara di Semifinal Kejuaraan Dunia 2022

Saat eks pemain Chelsea yang mengangkat trofi Liga Champions bersama The Blues memulai pidatonya, seluruh pemain berlutut di depan kamera.

“Ketika Drogba mulai berbicara, semua pemain berlutut di depan kamera. Drogba berkata: ‘Wahai warga Pantai Gading dari utara, selatan, timur dan barat, kami berlutut memohon Anda untuk saling memaafkan. Negara besar seperti Pantai Gading tidak bisa terus tenggelam. dalam kekacauan. Letakkan tangan Anda dan saling memaafkan. Hentikan perang. “Sebuah negara Afrika dengan banyak kekayaan tidak boleh dihancurkan karena perang ini. Tolong letakkan semua senjata.” Para pemain kemudian berlutut dan berdiri, senyum lebar di wajah para pemain dan mereka mulai bernyanyi,” tulisnya.

“Tuntutan Drogba dan para pemain lain di ruang ganti stadion tidak sia-sia. Kelompok-kelompok yang bertikai menyetujui gencatan senjata dan segera setelah dimulainya proses perjanjian damai, kedua pihak telah menandatangani perjanjian damai resmi yang menandai berakhirnya perdamaian.” tahun perang saudara,” tambahnya.

Kisah tersebut langsung menyita perhatian para penggemar dan netizen sepak bola Indonesia. Banyak dari mereka yang membandingkan sepak bola Pantai Gading dan Indonesia dengan pascatragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang.

“Sepak bola harus berdamai, bukan menjadi ruang bagi fanatisme yang merugikan baik harta benda maupun nyawa,” ujar salah satu warganet.

Baca Juga: Pawai Kemerdekaan Lagi, Dua Pemuda Garut Terlibat Kerusuhan, Penonton: Sudah Bebas, Bahkan Perang Saudara

“Di negaranya sepak bola mendamaikan rakyat, di Indonesia sepak bola rusuh dengan rakyat,” sindir pengguna internet lainnya.

“Ini diposting 17 tahun yang lalu, sementara pagi ini 2 Oktober 2022, tidak kurang dari 180+ orang meninggal karena fanatisme gelap sepak bola Indonesia. Negaraku…” kata netizen lain.

Kontributor: Moh. Afaf El Kurnia

Source: jogja.suara.com

Related Articles

Back to top button