Berita Wisata

Fakta Menarik Tugu Waseso di Klaten

Tugu Waseso

JournalPost.com – Dalam budaya Keraton, para penguasa atau yang dikenal dengan sebutan Sultan memiliki nilai-nilai adat dan peninggalan sejarah. Salah satu monumen terkenal di Klaten yang memiliki nilai tradisional dan simbol sejarah adalah Monumen Waseso (Supriyanto, 2015). Tugu Wasesa merupakan salah satu situs peninggalan sejarah atau disebut peninggalan Kyai Karsoredjo, dimana saat ini kawasan tersebut dijadikan sebagai tempat wisata budaya dan religi yang terletak di Dusun paling utara Pandanan, Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Tengah. Jawa. Selain sebagai tempat wisata budaya, kawasan ini juga dijadikan sebagai tempat wisata religi yang diwujudkan melalui ziarah, dan wisata budaya yang sudah ada sejak tahun 2007 ini dilakukan dengan penampilan wayang kulit (Silotika dan al. , 2017). Pada artikel ini akan dipaparkan secara singkat fakta-fakta menarik tentang salah satu peninggalan sejarah yang masih digunakan sebagai tempat wisata, yaitu monumen Waseso.
Menurut sumber di klatenkab.go.id, ada beberapa fakta mengenai arsitektur umum monumen Wasesa di Klaten, yaitu:

1. Tugu Waseso memiliki kesan bangunan kuno berlambang gotong royong yang dibangun di pinggir sawah sehingga terlihat lebih penting dari tugu-tugu lain di Jawa Tengah.
2. Tugu Waseso memiliki tinggi 11 meter yang dapat dilalui melalui gapura dalam bangunan, dimana ketinggian tersebut menandakan kesatuan manusia dengan Tuhan dan kesatuan organis antara rakyat dengan penguasanya (manunggaling kawula-gusti) ( sumber: bearita .com).
3. Tugu Waseso memiliki total 5 undakan dengan material logam yang saling bertautan untuk mencapai puncaknya, dimana undakan tersebut memiliki arti Pancasila, rukun Islam atau kiblat papat kalima pancer (sumber: bearita.com).
4. Di puncak tugu terdapat pagar besi yang mengelilinginya seperti pembatas, dan juga terdapat tempat pengibaran bendera merah putih sebagai simbol landmark perjuangan kemerdekaan.
5. Di kawasan sekitar tugu Waseso juga terdapat cagar budaya yang masih dilestarikan karena menyisakan cerita sejarah.

Dalam cerita sejarah, saat ini terjadi pertemuan antara presiden dengan raja Keraton Solo yang membutuhkan keterlibatan sesepuh atau tokoh spiritual dari desa Pandanan untuk meminta doa restu untuk membantu melawan penjajah Belanda. Demikian menurut klatenkab.go.id berdasarkan latar belakang peristiwa sejarah, dipaparkan fakta lain tentang monumen Waseso, yaitu:

1. Tugu Waseso memiliki arti utama Waseso yang berarti puncak dan asal mula Tugu Waseso dibangun sebagai simbol perjuangan kemerdekaan.
2. Tugu Waseso telah ditorehkan dan dilestarikan sebagai salah satu peninggalan sejarah yang mengenang pertemuan antara Kyai Karsoredjo sebagai sesepuh desa Soropaten dengan presiden pertama Indonesia, Soekarno.
3. Pada pertemuan tadi, Kyai Karsoredjo memberikan beberapa rumput pasir sebagai bekal Presiden Soekarno untuk mengusir penjajah.
4. Tugu Waseso dibangun sejak tahun 1934 dan digunakan sebagai tempat pertemuan penting dari tahun 1934 hingga 1935.

Selain itu ada beberapa fakta yang tidak kalah menarik yaitu dari segi spiritual, di makam Kyai Karsoredjo terdapat Pancuran Sendang yang menurut warga sekitar dapat menyembuhkan penyakit, ada Menara Baskoro sebagai tempat pemujaan Sultan Pakubuwono X, dan kabupaten sebagai tempat tirakatan Pakubuwono XI (rangkaian acara menjelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia) yang saat ini sedang direvitalisasi ( tribunenews.com).

Kisah sejarah yang saat ini dikenang dan dianggap sebagai tradisi setiap generasi adalah perayaan Kirab pada tahun 1926 di desa Soropaten, dimana sebagian besar penduduknya terserang penyakit pes dan meninggal dunia. Kejadian ini mendorong Kyai Karsoredjo mengadakan pertunjukan wayang kulit yang rutin diadakan setiap malam Jum’at (weton) Pon di Bangsal Wayang Dukuh Pandanan. Alhasil, warga setempat berangsur pulih dan terbebas dari penyakit pes dan perayaan Kirab mulai menjadi tradisi dan bentuk syukur. Bahkan mengajarkan bahwa peristiwa wabah yang muncul dapat diatasi dengan solidaritas.

Oleh karena itu, sehubungan dengan hal tersebut kawasan Dukuh Pandanan saat ini dijadikan sebagai tempat wisata, dan pemerintah desa juga melakukan pembangunan berbasis gotong royong di kawasan sekitar lokasi monumen Waseso. Pemerintah daerah akan membangun sejumlah fasilitas hingga sarana dan prasarana. Harapannya, selain tugu Waseso yang masih tercatat sebagai tugu bersejarah dan budaya tradisionalnya masih terjaga, pemerintah setempat dapat membantu mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di kawasan Dukuh Pandanan.

Referensi:
Silotika, I., Rahmat dan Suyitno. (2017). Cerita Rakyat Kyai Karsoredjo Dukuh Pandanan: Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai-Nilai Keagamaan Serta Relevansinya Sebagai Materi Pendidikan Di Sekolah Menengah. Sabdasastra, 89–102.
Supriyanto. (2015). Amurwabumi sebagai Simbol Legitimasi Sultan Hamengku Buwana X. Judul Jurnal Seni Budaya, 13(1), 65–79. http://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/gelar/issue/
https://www.tribunnews.com/section/2018/10/12/tugu-waseso-bangunkan-geliat-perekonomian-warga-desa-soropaten-klaten?page=3

Tugu Waseso di Soropaten menandai pertemuan Soekarno dan Kiai Karsorejo

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button