Berita Wisata

Green Canyon Pangandaran tutup, debit air tinggi

Aktivitas perahu di Green Canyon hanya bisa dilakukan jika debit air maksimal 100 cm

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN — Kelompok Sadar Wisata Cukang Taneuh-Green Canyon (Pokdarwis) Kabupaten Pangandaran menutup sementara kegiatan di Objek Wisata Green Canyon, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Rabu (21/8/2022). Penutupan dilakukan karena aliran di Sungai Cijulang melebihi batas aman untuk aktivitas wisata.

Ketua Pokdarwis Cukang Taneuh-Green Canyon, Kabupaten Pangandaran, Iyus Rahman mengatakan alasan penutupan itu karena kondisi cuaca buruk. Berdasarkan survei yang dilakukan Rabu pagi, debit air di bendungan Merjan mencapai 410 sentimeter (cm).

“Ditutup sehari. Tidak ditutup selamanya. Ini hanya situasional,” katanya, Rabu saat dihubungi Republika.

Ia menjelaskan, berdasarkan SOP yang ada, aktivitas perahu di objek wisata Green Canyon hanya boleh dilakukan jika debit air maksimal 100 cm. Sedangkan aktivitas full rafting hanya bisa dilakukan saat debit air mencapai 60cm atau kurang.

“Padahal hari ini debit airnya 410cm. Jadi bisa dibayangkan seperti apa nanti,” kata Iyus.

Namun, katanya, penutupan itu biasa terjadi. Artinya penutupan dilakukan bukan karena kejadian luar biasa, melainkan sesuai dengan SOP yang ada. Saat debit air sudah berkurang, objek wisata Green Canyon bisa dibuka kembali seperti biasa.

Menurut Iyus, penutupan juga hanya berlaku setiap hari. Pihaknya akan kembali memantau aliran air di Bendungan Merjan pada Kamis pagi (22/9/2022) untuk menentukan langkah selanjutnya.

“Kalau besok airnya surut, kami akan buka kembali,” katanya.

Diakui Iyus, belakangan ini objek wisata Green Canyon lebih sering ditutup dari sebelumnya. Pada September 2022, sekitar empat kali objek wisata ditutup karena debit air melebihi batas. Sebab, jika dibiarkan terbuka, berpotensi membahayakan wisatawan. Apalagi warna air Green Canyon juga berubah menjadi coklat tua saat debit airnya tinggi.

Menurut Iyus, frekuensi banjir yang semakin sering terjadi kemungkinan karena berkurangnya daya serap di daerah hulu. Akibatnya, saat hujan di kawasan hulu Langkalir, debit air langsung naik dan warna air menjadi keruh.

“Dulu debit air tinggi sangat jarang. Kalau hujan deras, warna airnya tidak berubah, airnya tetap hijau. Kami berharap semua pihak bisa menjaga kondisi alam, karena itu wisata alam,” ujarnya. dikatakan. .

Dia mengatakan penutupan itu tentu akan merugikan pelaku komersial, terutama awak kapal dan pemandu wisata. Namun, rata-rata pengusaha Green Canyon memiliki pekerjaan sampingan.

“Jadi kalau mereka tutup, mereka akan melakukan bisnis lain. Misalnya pergi ke ladang,” katanya.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pangandaran Asep Noordin mengatakan penutupan Green Canyon dilakukan sesuai dengan SOP keselamatan dan keamanan yang ada. Selain itu, cuaca saat ini sulit diprediksi. “Saya kira shutdown itu wajar asalkan sesuai SOP,” ujarnya.

Namun, Asep juga menyoroti masalah kondisi lingkungan di kawasan hulu. Selain itu, saat ini frekuensi penutupan objek wisata Green Canyon semakin sering terjadi.

Oleh karena itu, menurut dia, langkah-langkah mitigasi harus dilakukan. Salah satunya dengan membuat rest area atau waduk.

“Jadi saat hujan dengan intensitas tinggi, airnya tidak langsung jatuh, tapi tertahan di waduk,” ujarnya.

Selain itu, harus dilakukan upaya untuk mengembalikan fungsi alam. Pasalnya, semakin banyak kondisi rembesan air yang datang ke sini, maka kondisi resapan air akan semakin berkurang.

“Artinya KPS (kawasan lindung setempat) di kawasan Perhutani harus dipertahankan. Artinya fungsi alam di sana tidak boleh berubah,” ujarnya.

Source: www.republika.co.id

Related Articles

Back to top button