Berita Wisata

Jogja: Disrupsi Pariwisata dan ATF 2023

Oleh: Yudah Prakoso R, pensiunan jurnalis televisi swasta nasional

TRIBUNJOGJA.COM – Pembangunan sektor pariwisata yang baik akan mampu menarik wisatawan nasional maupun mancanegara sehingga berdampak pada perekonomian baik secara langsung maupun tidak langsung.

Salah satu daerah yang memiliki potensi wisata terkenal di Indonesia adalah Yogyakarta. Pemerintah telah menetapkan Yogyakarta sebagai salah satu Destination Management Organizations (DMO), yaitu tata kelola destinasi pariwisata yang meliputi perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan pengendalian organisasi pariwisata di Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 2010.

Disrupsi digital yang terjadi di sektor pariwisata dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi pemangku kepentingan yang terdampak.
Yogyakarta, tujuan wisata kedua setelah Bali, diperkirakan akan mengalami kebangkitan di sektor pariwisata.

Kembalinya hiruk pikuk tempat wisata ditandai dengan gejala masyarakat bosan berdiam diri di rumah dan meningkatnya pengguna jasa angkutan umum khususnya pesawat dan kereta api akibat dampak keterlambatan penggantian tiket liburan atau perjalanan pulang.

Peningkatan jumlah wisatawan juga didorong oleh banyaknya promosi tiket transportasi, hotel, jasa wisata dan akomodasi.

Yudah Prakoso, pensiunan jurnalis televisi swasta nasionalYudah Prakoso, pensiunan jurnalis televisi swasta nasional (Istimewa)

Pada awalnya, wisatawan yang akan meramaikan tempat wisata ini adalah wisatawan domestik. Untuk itu, para pebisnis dan profesional pariwisata di Yogyakarta harus siap menyambut kebangkitan ini. Mengingat hasil survei McKinsey menunjukkan bahwa 61% masyarakat Indonesia sangat memperhatikan keselamatan publik, aspek keselamatan dan kesehatan menjadi faktor penting dalam menghidupkan kembali sektor pariwisata. Semua elemen pariwisata harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.

Destinasi wisata di Yogyakarta dapat dikategorikan menjadi destinasi pantai, gunung dan budaya.

Ada banyak destinasi pantai di Kabupaten Bantul, Kulonprogo dan Gunungkidul. Karena destinasi wisata pantai biasanya dikelola oleh pemerintah daerah (Dinas Pariwisata), maka pemerintah setempat segera mengambil langkah untuk menghidupkan kembali sektor ini. Aksi tersebut bisa berupa gerakan membersihkan pantai dan menata kembali bisnis di sekitarnya yang sudah lama tidak dikunjungi wisatawan.

Penerapan protokol kesehatan dilakukan sejak wisatawan memasuki pintu atau tempat membayar retribusi.
Objek wisata gunung lebih banyak menjadi pilihan wisatawan di masa pasca pandemi karena memiliki udara yang lebih sejuk dan air yang lebih jernih sehingga terasa dapat meningkatkan imunitas tubuh.

Sementara itu, wisata budaya yang diperkirakan akan ramai dikunjungi wisatawan pascapandemi tetap sama seperti sebelumnya, antara lain Candi Prambananan dan Keraton Yogyakarta.

Seperti halnya destinasi wisata lainnya, protokol kesehatan bagi seluruh pemangku kepentingan pariwisata harus diterapkan dengan baik.
Pramuwisata di Candi Prambanan misalnya, karena bertugas menjalin komunikasi yang intens dengan wisatawan, harus menerapkan protokol kesehatan secara penuh dan sering mengingatkan para tamu untuk selalu mematuhi protokol kesehatan.

Demikian pula di Kraton Yogyakarta, Abdi Dalem yang mengenakan pakaian pranakan dan dilengkapi topeng merupakan tontonan baru yang memiliki nilai tambah tersendiri.

Diharapkan akan terjadi peningkatan jumlah pengunjung tempat wisata lainnya seperti Malioboro, Pasar Beringharjo dan desa wisata yang tersebar di seluruh kabupaten DIY. Inti masalahnya sama, yaitu menciptakan suasana senyaman mungkin bagi wisatawan dan memastikan mereka aman dari ancaman Covid-19.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button