Berita Wisata

Jumlah pengunjung wisata alam Dlundung dan Padusan Mojokerto Turun, pengaruh cuaca ekstrim

Laporan wartawan jaringan Tribun Jatim, M Romadoni

TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO– Dampak musim hujan berdampak pada turunnya jumlah pengunjung sejumlah objek wisata alam Kabupaten Mojokerto.

Salah satu wisata alam yang terkena dampak kondisi cuaca ekstrim Ini adalah Air Terjun Dlundung (Air Terjun) Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas.

“Jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Air Terjun Dlundung mengalami penurunan hingga 70%,” kata Koordinator Wisata Air Terjun Dlundung Safuk, Jumat (11/11/2022).

Safuk mengatakan, dampak cuaca ekstrem juga berdampak pada turunnya jumlah wisatawan ke wisata Air Terjun Dlundung yang turun signifikan pada hari biasa sekitar 30 orang dan 300 orang pada akhir pekan.

Memang, saat cuaca normal, jumlah wisatawan bisa mencapai 200 orang di hari biasa dan 1.000 orang.

“Memang setiap musim hujan cuacanya buruk, wisata alam khususnya Air Terjun Dlundung menjadi masalah yang menyebabkan jumlah wisatawan berkurang,” jelasnya.

Menurut dia, pengelola juga akan menutup wisata air terjun Dlundung jika terjadi kondisi cuaca ekstrem untuk mengantisipasi bencana alam seperti pohon tumbang dan tanah longsor.

Baca Juga: BMKG Juanda: Puncak Musim Hujan di Jatim Februari 2023, Warga Diimbau Tetap Waspada Kondisi Cuaca Ekstrem

“Jika terjadi hujan lebat dan angin kencang, kami segera menutup kawasan wisata tersebut, kami juga mengarahkan pengunjung untuk mengantisipasi bencana alam,” ujarnya.

Tak hanya air terjun Dlundung, wisata alam Padusan di Pacet, Kabupaten Mojokerto juga terkena dampak kondisi cuaca ekstrem.

Koordinator Pemandian Air Panas Padusan Heru Utomo mengakui wisata Padusan sepi pengunjung saat musim hujan. Bahkan, kunjungan wisatawan turun hingga 50%.

Dalam kondisi normal, wisatawan di Padusan mencapai 200 orang dan 1.500 orang pada akhir pekan.

Wisata Padusan ditutup selama dua hari karena kondisi cuaca yang ekstrim.

“Kami tutup selama dua hari karena beberapa titik rusak akibat hujan dan angin kencang,” kata Heru.

Menurut Kesatuan Pengelolaan Hutan Pacet (BKPH) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Pasuruan, Margono menambahkan, hal itu terkait dengan mitigasi pohon tumbang saat berkunjung ke air terjun Dlundung dan Padusan.

“Kami sudah membentuk tim mitigasi tetapi masih menunggu instruksi lebih lanjut dari kantor pusat,” pungkasnya.

Menurut dia, penampakan di lokasi wisata Dlundung dan Padusan saat kondisi cuaca ekstrem selalu aman, Perhutani dan dinas pariwisata diperbolehkan memangkas dahan pohon jika dianggap tidak aman.

“Insya Allah aman, kecuali ada pohon kering yang kemungkinan tumbang, langsung kami tebang,” ujarnya.

Informasi lengkap dan menarik di Googlenews TribunJatim.com

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button